Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Terhadap Sengketa Pajak.

g. Pasal 41 C ayat 1 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dipidana kurungan paling lama 1 satu tahun. h. Pasal 41 C ayat 2 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dipidana kurungan paling lama 10 sepuluh bulan. i. Pasal 41 C ayat 3 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dipidana paling lama 10 sepuluh bulan. j. Pasal 41 C ayat 4 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dipidana kurungan paling lama 1 satu tahun.

C. Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Terhadap Sengketa Pajak.

Hubungan antara Wajib Pajak dan pemungut Pajak dan aparatur negara yang berwenang dalam kegiatannya sangat memungkinkan untuk terjadi perselisihan paham yang kemudian memunculkan sengketa dalam perpajakan. Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 107 107 Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. 119 Universitas Sumatera Utara Objek sengketa Pajak terdiri dari 3 tiga jenis, yaitu : 108 1. Sengketa Pajak yang timbul sebagai akibat diterbitkannya ketetapan Pajak, antara lain : a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar d. Surat Ketetapan Pajak Nihil. e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga. 2. Sengketa Pajak yang timbul dari Tindakan Penagihan, yaitu : Tindakan penagihan dilakukan secara bertahap dimulai dengan mengeluarkan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, dan Pengumuman Lelang. 3. Sengketa Pajak yang timbul dari Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, disamping ketetapan Pajak dan keputusan keberatan. Dalam Pasal 25 ayat 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194PMK.032007 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan menentukan bahwa Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan dan Keberatan tersebut diajukan oleh Wajib Pajak dengan menyampaikan surat keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu: a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB; b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT; c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB; 108 Dr. Wiratni Ahmadi, SH, Perlindungan hukum Bagi Wajib Pajak Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hal. 51 120 Universitas Sumatera Utara d. Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN; e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Tata Cara Penyampaian Surat Keberatan. Surat keberatan disampaikan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar danatau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan melalui: 1. Penyampaian secara langsung. Yang termasuk dalam pengertian penyampaian surat keberatan secara langsung adalah penyampaian surat keberatan melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar danatau tempat PKP dikukuhkan. Penyampaian surat keberatan secara langsung diberikan tanda penerimaan surat dan penyampaian surat keberatan dengan e-Filing melalui ASP diberikan Bukti Penerimaan Elektronik. Bukti pengiriman surat atau tanda penerimaan surat serta Bukti Penerimaan Elektronik menjadi bukti penerimaan surat keberatan. 2. Pos dengan bukti pengiriman surat 3. Cara lain, Penyampaian surat keberatan melalui cara lain meliputi: a Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau b e-Filing melalui ASP. 121 Universitas Sumatera Utara Tata Cara Pengajuan Surat Keberatan. Pasal 4 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194PMK.032007 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan menentukan tata cara pengajuan surat keberatan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak : 109 a Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; b Mengemukakan jumlah Pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan; c 1 satu surat keberatan diajukan hanya untuk 1 satu Surat Ketetapan Pajak dan untuk 1 satu pemotongan Pajak atau untuk 1 satu pemungutan Pajak; d Wajib Pajak telah melunasi Pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan; e Diajukan dalam jangka waktu 3 tiga bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan Pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan Pajak oleh pihak ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak force majeur; f Surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak belum memenuhi persyaratan tersebut, Wajib Pajak dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 tiga 109 Pardiat, Pemeriksaan Pajak Edisi Kedua, Jakarta: PT. Mitra Wacana Media, 2008, hal. 272. 122 Universitas Sumatera Utara bulan. Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan perbaikan surat keberatan, tanggal penyampaian perbaikan surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima. Dasar Pengenaan Pajak yang diajukan Keberatan yaitu : 110 1. Untuk keperluan pengajuan keberatan, Wajib Pajak dapat meminta kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memberi keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau penghitungan rugi; 2. Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 20 dua puluh hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak diterima; 3. Jangka waktu pemberian keterangan oleh Direktur Jenderal Pajak atas permintaan Wajib Pajak tersebut tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan. Bila Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan bukan merupakan surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan Surat Keputusan Keberatan dan diberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak. Bila Wajib Pajak ingin melakukan pencabutan Surat Keberatan, dapat dilakukan dengan ketentuan: a Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak sepanjang Surat Pemberitahuan Untuk Hadir belum disampaikan kepada Wajib Pajak. b Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan, Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1 huruf b Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 110 Ibid, hal. 273. 123 Universitas Sumatera Utara Prosedur Penyelesaian Keberatan. Sebelum Direktur Jenderal Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir, hal-hal yang dapat dilakukan dalam proses penyelesaian keberatan adalah sebagai berikut: 111 a Direktur Jenderal Pajak meminta keterangan, data, danatau informasi tambahan dari Wajib Pajak; b Wajib Pajak menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis untuk melengkapi danatau memperjelas surat keberatan yang telah disampaikan baik atas kehendak Wajib Pajak yang bersangkutan maupun dalam rangka memenuhi permintaaan Direktur Jenderal Pajak; c Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk mendapatkan data danatau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan keputusan keberatan; d Sebelum menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, Direktur Jenderal Pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir kepada Wajib Pajak guna memberi keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya; e Dalam Hal Wajib Pajak tidak hadir pada waktu yang ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Untuk Hadir, proses keberatan tetap diselesaikan tanpa menunggu kehadiran Wajib Pajak; f Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, kecuali pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain tersebut berada di pihak ketiga dan beium diperoleh Wajib Pajak pada saat pemeriksaan. 111 Ibid, hal. 273. 124 Universitas Sumatera Utara Mengenai Keputusan atas pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tersebut, Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar dan apabila jangka waktu tersebut telah terlampui, sedangkan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, maka keberatan yang diajukan Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan keberatan Wajib Pajak. D. Tata Cara Pembetulan Kesalahan Tulis, Kesalahan Hitung, danatau Kekeliruan Penerapan Ketentuan Tertentu Dalam Peraturan Perundang- undangan Perpajakan. Peraturan Menteri Keuangan No.l9PMK.032008 tentang Tata Cara Pembetulan Kesalahan Tulis, Kesalahan Hitung, danatau Kekeliruan Penerapan Ketentuan Tertentu Dalam Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, wewenang Direktur Jenderal Pajak yang karena jabatarmya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat membetulkan surat-surat yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, danatau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, dimana pembetulan itu yang bersifat manusiawi yang tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, yaitu: 112 112 Ibid, hal. 275. 125 Universitas Sumatera Utara a Surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT,Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB dan Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN. a Surat Tagihan Pajak; b Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak; c Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga; d Surat Keputusan Pembetulan; e Surat Keputusan Keberatan; f Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi; g Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi; h Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak; atau i Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak; j SPPT PBB; k Surat Ketetapan PBB; l Surat Tagihan Pajak PBB; m Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB; n Surat Keputusan Pengurangan Denda PBB; o Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar, Kurang Bayar Tambahan, Lebih Bayar, Nihil; p STP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB; q Surat Keputusan Pemberian Pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB; Ruang Lingkup Pembetulan atas kesalahan atau kekeliruan meliputi : 113 a Kesalahan tulis, antara lain kesalahan yang dapat berupa nama, alamat, NPWP, 113 Ibid, hal. 275. 126 Universitas Sumatera Utara nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak, dan tanggal jatuh tempo; b Kesalahan hitung, antara lain kesalahan yang berasal dari penjumlahan danatau pengurangan danatau perkalian danatau pembagian suatu bilangan, termasuk kekeliruan perhitungan karena adannya penerbitan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, dan surat keputusan lain yang terkait dengan bidang perpajakan untuk tahun sebelumnya; atau c Kekeliruan, dalam penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perundang- undangan perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan Pemerikasaan Pajak tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan PTKP; kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak. d Pembetulan atas kesalahan atau kekeliruan tersebut yang terkait dengan pengkreditan Pajak Masukan dalam Pajak Pertambahan Nilai hanya dapat dilakukan bila terdapat perbedaan Pajak Masukan yang menjadi kredit pajak; dan Tidak mengandung sengketa antara fiskus dan Wajib Pajak. Permohonan pembetulan oleh Wajib Pajak harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, terkait dengan bidang perpajakan yang diajukan pembetulan, dengan ketentuan sebagai berikut: a 1 satu permohonan diajukan untuk 1 satu Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, atau surat keputusan lain yang terkait dengan bidang perpajakan; b Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan 127 Universitas Sumatera Utara alasan yang mendukung permohonan; c Surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. Mengenai Keputusan atas pengajuan pembetulan tersebut oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pembetulan dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat, tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pembetulan yang diajukan oleh Wajib Pajak dianggap dikabulkan; dan Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan surat keputusan pembetuian sesuai dengan permohonan Wajib Pajak paling lama 1 satu bulan sejak berakhirnya jangka waktu 6 enam bulan. Keputusan Pembetulan dapat berupa menambahkan, mengurangkan atau menghapuskan jumlah pajak yang terutang danatau memperbaiki kesalahan dan kekeliruan lainnya, atau menolak permohonan Wajib Pajak dan dalam hal permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan Direktur Jenderal Pajak harus memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak. Wajib Pajak mempunyai hak untuk meminta secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak mengenai alasan yang menjadi dasar Direktur Jenderal Pajak menambah, mengurangkan, menghapuskan, atau menolak permohonan pembetulan yang diajukan oleh Wajib Pajak dan Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keterangan secara tertulis atas permintaan Wajib Pajak. Wajib Pajak juga dapat mengajukan Gugatan atas Keputusan Pembetulan tersebut ke Pengadilan Pajak. 128 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan