terhadap pembentukan total nilai PDRB adalah Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi
dengan judul ” Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit dan Konsumsi Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Binjai ”.
1.2 Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi di kota Binjai? 2.
Bagaimana pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai?
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, yang masih perlu dikaji kembali kebenarannya melalui data yangh terkumpul.
Dari rumusan masalah tersebut diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
1. Penyaluran kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi di kota Binjai. 2.
Pengeluaran konsumsi berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.
2. Untuk mengatahui bagaimana pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.
2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswai Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswai Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan
peneliti lain yang tertarik dan menaruh perhatian pada penelitian sejenis. 4.
Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit
Kata ”Kredit” berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau to belive atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian
kredit oleh suatu lembaga keuangan Bank maupun Non Bank kepada seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan.
Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi economic value kepada seseorang atau badan usaha
berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada debitur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur Tjoekam,1999:1. Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antar Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
a Unsur-unsur Kredit
Dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Adapun unsur-unsur yang terkandung tersebut dalam pemberian suatu
fasilitas kredit yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa
tertentu dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. 2.
Kesepakatan Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.
4. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau yang disebut
dengan kredit macet. Semakin panjang suatu kredit maka semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya.
5. Balas Jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit yang dikenal dengan nama ”bunga”. Balas jasa dalam bentuk bunga dan
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
b Tujuan dan Fungsi Kredit
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan utama pemberian kredit antara lain : 1.
Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga
yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah, baik dana investasi maupun dana untuk
modal kerja. 3.
Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak
kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit
adalah : a.
Penerimaan pajak b.
Membuka kesempatan kerja dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan
tenaga kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, semakin besar kredit yang
disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat
devisa negara.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dengan siklus perekonomian dan perdagangan lalu lintas moneter. Menurut Muchadasyah
Sinungan 1993:21, fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna utility dari uang.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna utility dari barang.
c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
d. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi.
e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
g. Kredit juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit Eksploitasi atau
Kredit Modal Kerja KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Contoh kredit modal kerja digunakan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau bisa yang lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
c Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka Bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut
diperoleh dari hasil penilaian kredit. Sebelum kredit tersebut disalurkan, penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghindari kerugian dan memperkecil resiko kredit di masa mendatang, investigasi kredit yang tegas, spesifikasi, dan akurat harus dilakukan.
Tujuan dari investigasi kredit ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan objektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit. Menurut Reed dan Giil 1989, unsur-unsur yang harus tercakup dalam
investigasi kredit adalah : a.
Kapasitas untuk membayar b.
Karakter dan itikad baik c.
Kemampuan menghasilkan pendapatan d.
Asset yang dimiliki e.
Kondisi ekonomi f.
Faktor-faktor penting dalam usaha Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat Bank dapat
melakukan langkah-langkah berikut ini : 1.
Wawancara dengan calon debitur, dan hasil wawancara diharapkan dapat diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan dan itikad
baik calon debitur. 2.
Memeriksa kembali catatan-catatan Bank tentang debitur yang bersangkutan. Hal ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah Bank.
3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar Bank
bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain yang pernah kerja sama dengan calon debitur.
4. Pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur.
Universitas Sumatera Utara
5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba dan
laporan perubahan modal.
d Kriteria Pemberian Kredit I. Prinsip 5C
Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja 2004;193, untuk memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka prinsip 5C yaitu
character, capacity, capital, collateral, condition dapat diterapkan dalam analisis kredit. Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :
1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si
nasabah baik yang bersifat pribadi atau umum. Hal ini dijadikan ukuran kemauan nasabah untuk membayar dan melunasi kredit.
2. Capacity
Suatu analisa untuk melihat kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang di
hubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan
solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini dan persentase modal sendiri
dengan modal pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
5. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya nilainya melebihi jumlah kredit yang
diberikan dan diteliti keabsahannya serta kesempurnaannya. Masih menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja 2004;194,
selain prinsip 5C, konsep 7 P dan 3 R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit.
II. Konsep 7 P
Tujuh unsur dalam konsep 7 P yaitu : 1
Personality kepribadian Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah
laku sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.
2 Purpose tujuan
Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan.
3 Prospect prospek
Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
4 Payment pembayaran
Universitas Sumatera Utara
Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut dan bagaimana tingkat kepastiannya.
5 Profitabillity tingkat keuntungan
Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama semakin besar
atau sebaliknya. 6
Protection perlindungan Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan
perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.
7 Party
Bertujuan bagaimana calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank
dalam hal pemberian fasilitas. Tujuan unsur dalam konsep 7P sebenarnya memiliki kesamaan dengan
unsur dalam konsep 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek dan pembayaran dapat
memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kolateral dalam konsep 5C.
III. Konsep 3R
Tiga komponen dalam konsep 3R adalah : 1.
Return tingkat pengembalian usaha 2.
Repayment kemampuan membayar kembali
Universitas Sumatera Utara
3. Risk Bearing Ability kemampuan menanggung resiko
Unsur-unsur yang dibahas dalam konsep 3R sebenarnya juga telah dibahas dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit.
Konsep 3R memberi penekanan kepada aspek finansial dan analisis kredit.
e Jenis-jenis Kredit
Jenis-jenis kredit dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1
Berdasarkan Kegunaannya Berdasarkan kegunaannya, jenis kredit dibagi atas :
a. Kredit Modal Kerja KMK, yaitu kredit yang diberikan bank
kepada debitur untuk memenuhi kebutuhan modal kerja debitur. Biasanya kredit yang diterima oleh debitur akan digunakan untuk
uang muka pembelian mesin-mesin, pembayaran gaji karyawan dan lain-lain.
b. Kredit Investasi, yaitu kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk
pembelian barang-barang modal debitur yang tidak akan habis digunakan dalam satu periode.
2 Berdasarkan Tujuan Kredit
Berdasarkan tujuan kredit, kredit dibagi atas : a.
Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan
konsumsi pribadi, dimana dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang digunakan secara
pribadi.
Universitas Sumatera Utara
c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan
usaha perdagangan. Biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier, agen-agen perdagangan yang akan membeli dalam jumlah besar.
3 Berdasarkan Jangka Waktu
Berdasarkan jangka waktu, kredit dibagi atas : a.
Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari atau paling lama satu tahun biasanya untuk keperluan
modal kerja. b.
Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya 1-3 tahun dan biasanya untuk investasi.
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktu untuk
pengembaliannya 3-5 tahun . biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang.
4 Berdasarkan Jaminan
Berdasarkan jaminannya, kredit terbagi atas : a.
Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan berbentuk barang berwujud atau barang tidak berwujud.
Artinya kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminannya.
b. Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang tertentu atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan
Universitas Sumatera Utara
melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
5 Berdasarkan Sektor Usaha Berdasarkan sektor usahanya, kredit terbagi atas :
a. Kredit untuk pertanian
b. Kredit untuk pertambangan
c. Kredit untuk perindustrian
d. Kredit untuk listrik, gas dan air
e. Kredit untuk konstruksi
f. Kredit untuk perdagangan
g. Kredit untuk angkutan
h. Kredit untuk jasa-jasa
f Manfaat Kredit Secara Umum
Manfaat kredit secara umum yaitu:
Manfaat bagi debitur Manfaat bagi debitur antara lain :
a. Relatif mudah diperoleh bila usahanya memang feasible.
b. Telah ada lembaga yang kuat dimasyarakat perbankan yang
menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana kredit. c.
Biaya untuk memperoleh kredit bunga biaya administrasi dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para
pegusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa yang akan datang.
Manfaat bagi kreditur
Universitas Sumatera Utara
Manfaat bagi kreditur antara lain : a.
Memperoleh bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit yang dibebankan kepada debitur dengan dikurangi oleh biaya
dana yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam mengolah
kredit tersebut. b.
Untuk menjaga solvabilitas dan profitabilitas usahanya. c.
Sarana untuk memasarkan produk dan jasa bank lainnya. d.
Untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. e.
Untuk merebut pasar market share dalam industri perbankan.
Manfaat bagi pemerintah Manfaat bagi pemerintah antara lain :
a. Sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi
b. Sebagai alat pengendali moneter
c. Sebagai alat menciptakan lapangan kerja
d. Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat
e. Sebagai sumber pendapatan negara
f. Sebagai alat untuk menciptakan pasar
Manfaat bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat antara lain : a.
Dengan adanya kelancaran proses perkreditan diharapkan akan diperolehnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dapat
membuka lapangan kerja yang baru sehingga menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan dimasyarakat.
b. Bermanfaat bagi masyarakat yang berprofesi sebagai akuntan
publik, notaris dan lain-lain. c.
Para pemilik dana yang disimpan di bank diharapkan agar dana yang disimpannya tetap aman karena bank mampu
mengelolanya dengan baik. d.
Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai suplier bahan-bahan baku atau barang jadi untuk relasi usahanya akan merasa lebih
terjamin pembayaran utang relasi usahanya tersebut. e.
Dengan pemberian kredit bank membantu mendirikan usaha- usaha lain yang dapat mendukung usaha yang baru berdiri yang
dibiayai oleh bank.
2.1.2 Konsep dan definisi konsumsi
Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut
pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari
pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran
konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus
dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi
Universitas Sumatera Utara
terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi Marginal Propensity to Consume :MPC. Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya
relatif belum mapan biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka
sebagian besar tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi atau digunakan untuk menyempurnakan konsumsinya.
Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif lebih mapan. Menurut Rahardja 2001, pengeluaran konsumsi terdiri atas
konsumsi pemerintah goverment consumption dan konsumsi masyarakat atau rumah tangga household consumption.
Alasan yang mendasarinya antara lain: 1.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki posisi terbesar dalam total pengeluaran agregat.
2. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenous dalam arti besarnya
konsumsi rumah tangga berkaitan dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun model
dan teori ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Teori dan model tersebut dikenal dengan teori model konsumsi yang telah terbukti bermanfaat bagi pengelola perekonomian makro.
3. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat mengakibatkan perilaku-
perilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang memuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pestaupacara,
barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga.
Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi tersebut. Rencana konsumsi sebuah rumah tangga atau individu tergantung pada:
a Selera-selera, maksudnya sikap psikologis terhadap benda-benda yang
berbeda. b
Jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk tujuan konsumsi. c
Harga benda-benda yang diduga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan
jasa oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode tertentu dikurangi netto penjualan barang bekas. Konsep kecondongan mengkonsumsi
perlu dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Definisi dan arti setiap
konsep ini adalah: 1.
Kecondongan mengkonsumsi marginal atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai MPC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan
konsumsi ∆C yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposible
Universitas Sumatera Utara
∆Yd yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula MPC=
∆C∆Yd. 2.
Kecondongan mengkonsumsi rata-rata, atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai APC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat
pengeluaran konsumsi C dengan tingkat pendapatan disposible Yd. Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula APC = C Yd.
a Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Masyarakat golongan penerima pendapatan yang rendah akan menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi, yaitu memenuhi
kebutuhan pokoknya. Sehingga peningkatan pendapatan golongan masyarakat ini akan digunakan untuk memperbaiki kualitas konsumsinya sehari-hari. Sedangkan
masyarakat penerima pendapatan tinggi, walaupun terjadi peningkatan pendapatan tidak akan mempengaruhi tingkat konsumsi, karena konsumsi masyarakat
golongan ini sudah terencana dengan baik dan hampir sempurna. Sehingga peningkatan pendapatan ini dapat digunakan untuk memperbaiki tabungan
mereka. Menurut Mulia Nasution 1997:97 bahwa tingkat konsumsi yang terjadi
dapat dipengaruhi oleh : 1.
Distribusi Pendapatan Karena terjadi perbedaan marginal propensity to consume MPC antar
masyarakat berpenghasilan tinggi dengan masyarakat berpenghasilan rendah, maka akan terjadi perubahan konsumsi apabila terjadi pemerataan pendapatan
yang lebih merata. Karena masyarakat berpenghasilan rendah MPC-nya lebih tinggi di bandingkan masyarakat berpenghasilan tinggi, sehingga bila terjadi
Universitas Sumatera Utara
distribusi pendapatan yang lebih merata akan menciptakan peningkatan konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah ini.
2. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang atau masyarakat, karena semakin tinggi pendapatan masyarakat maka tingkat
konsumsi sudah semakin terencana, sehingga peningkatan-peningkatan pendapatan bagi masyarakat berpenghasilan tinggi tidak akan mempengaruhi
konsumsi. Akan tetapi, pada masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan menengah akan meningkatkan konsumsinya yang
belum sempurna apabila terjadi kenaikan pendapatan. 3.
Tingkat Pajak Besarnya pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan akan
mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Bila masyarakat dikenakan pajak yang sama rata misalnya 10, ini akan mempengaruhi pendapatan yang siap
untuk dikonsumsikan. Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka akan memperkecil konsumsi yang terjadi.
4. Tingkat Pendapatan yang Pernah Dicapai
Bila seseorang pernah mendapatkan pendapatan yang tinggi dalam jangka pendek tingkat konsumsi tidak akan berubah sebesar penurunan pendapatan
yang terjadi. Sehingga tingkat pendapatan seperti ini akan memperbesar tingkat konsumsi masyarakat hipotesis pendapatan relatif. Jadi dengan
demikian tingkat pendapatan yang tertinggi dicapai seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang terjadi.
5. Banyaknya Barang Tahan Lama dalam Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Bila masyarakat telah mengkonsumsi barang tahan lama tahun x, maka pada periode berikutnya konsumsi untuk barang jenis ini tidak akan dilakukan lagi
barang tidak mengalami kerusakan dan masih dapat digunakan, sehingga konsumsi barang tahan lama tahun Y tidak akan dilakukan lagi. Juga barang
tahan lama harganya relatif tinggi, sehingga masyarakat untuk membelinya tentu diperlukan menabung terlebih dahulu tabungan ini akan mempengaruhi
konsumsi masyarakat. 6.
Banyak Alat Pembayar yang Likuid dalam Masyarakat Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak alat
pembayaran yang likuid yang dimiliki masyarakat. Semakin banyak alat pembayaran yang likuid dengan pendapatan yang sama akan lebih besar
jumlah pengeluaran untuk konsumsi, dibandingkan dengan alat pembayaran likuid sedikit yang ada dalam masyarakat.
7. Adanya Perkiraan Terjadinya Perubahan Harga
Perubahan harga pada masa yang akan datang kalau dapat diperkirakan masyarakat sebelumnya maka akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat sekarang ini. Perkiraan masyarakat akan adanya devaluasi khususnya masyarakat kota besar, hal ini akan menyebabkan kenaikan harga-
harga. Oleh karena itu, konsumsi masyarakat yang dapat diperkirakan kenaikan harga ini akan meningkatkan konsumsinya sekarang untuk
menghindari terjadinya kerugian akibat selisih harga. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat
pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga masyarakat yaitu :
Penyebab Faktor Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
1 Pendapatan
Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh: seseorang
yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan pendapatan atau gaji yang besar akan
meninggalkan nasi aking dan beralih ke nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi tiga kali ketika
mendapat tunjangan tambahan dari pabrik atau perusahaan tempatnya bekerja.
2 Kekayaan
Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang
yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan
demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya.
3 Tingkat Bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di Bank dengan
bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.
4 Perkiraan Masa Depan
Orang yang was-was tentang nasibnya dimasa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau
Universitas Sumatera Utara
pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.
Penyebab Faktor Demografi
1. Komposisi Penduduk
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya juga akan tinggi. Bila yang tinggal di
kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu
tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebutmenjadi tinggi.
2. Jumlah Penduduk
Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka
konsumsinya juga akan banyak pula.
Penyebab Faktor Lain
a Kebiasaan adat sosial budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat
astiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan
gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar. b
Gaya hidup seseorang Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat
pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang
Universitas Sumatera Utara
mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.
Sumber : www.bps.go.id b Cara Menghitung Konsumsi
Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi
jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga
keseluruhan.
Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu
dengan jumlah seluruh rumah tangga.
Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis
tertentu misal makanan dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga dikali seratus.
Rumus yang digunakan untuk mengestimasi konsumsi rumah tangga sebagai berikut yaitu :
Xi,k = X1,k IBi,k IBi,k
Keterangan: Xi,k
= Konsumsi perkapita triwulan ”i”pada tahun k Ibi,k
= IHK triwulan pada tahun k X1, k
= Konsumsi perkapita dari data susenas tahun k
Universitas Sumatera Utara
I = 1,2,3,4
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku didapat dari rumus:
Ci,k = Xi,k . Pi,k
Dimana : Ci,k
= Nilai konsumsi atas dasar harga berlaku triwulan ”i” tahun k Xi,k
= Konsumsi perkapita triwulan ”i’ tahun k Pi,k
= Penduduk triwulan ”i” tahun k Dan konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan :
Cki,k = Pi,k . Co
Dimana: Cki,k = Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan
Pi,k = Rata-rata penduduk triwulan
Co = Konsumsi perkapita pada triwulan tahun dasar
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Jenis-jenis fungsi konsumsi Dwi Eko Waluyo, 2003:44 dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Fungsi konsumsi menurut Keynes Absolute income hypothesis
Fungsi konsumsi Keynes sering disebut hipotesis pendapatan absolut, dimana dalam bentuk konsumsi didasarkan pada asumsi, yaitu fungsi konsumsi Keynes
menunjukkan bentuk hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan harga yang konstan,
Universitas Sumatera Utara
pendapatan yang terjadi adalah pendapatan nasional yang sebenarnya bukan pendapatan yang lalu atau yang akan datang.
Secara singkap dibawah ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes yaitu:
1. Variabel nyata
Yang dimaksud ialah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya
dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Jadi bukannya hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan pengeluaran konsumsi
nominal. Mengingat bahwa masalah ini sudah banyak dibahas didepan maka dapatlah dianggap tidak memerlukan tambahan penjelasan lebih lanjut.
2. Pendapatan yang terjadi
Dalam literatur banyak disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah yang terjadi atau
current national income. Penekanan ini sekedar untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi dimasa datang atau
konsepsi-konsepsi pendapatan nasional lainnya yang ternyata oleh para pemikir-pemikir sesudahnya dianggap bahkan ditemukan sangat besar
peranannya terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat. 3.
Pendapatan absolut Dalam literatur banyak pula disebut-sebut bahwa fungsi konsumsi Keynes
variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut yang dapat dilawankan pula misalnya dengan pendapatan
relatif, pendapatan permanen dan sebagainya lagi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1.
Fungsi konsumsi menurut Keynes tidak melalui titik silang sumbu 0, melainkan memotong sumbu vertikal pada nilai C0 yang positif. Ini
membawa konsekuensi bahwa baik dalam hal fungsi berbentuk garis lurus ataupun berbentuk garis lengkung seperti diasumsikan oleh Keynes,
meningkatnya pendapatan nasional mengakibatkan nilai APC menurun, dan berlaku pula MPC APC.
2. Fungsi konsumsi berbentuk lengkung dengan nilai MPC yang menurun
dengan meningkatnya pendapatan nasional. Dari analisis konsumsi yang dikemukakan oleh Keynes tersebut terdapat dua
hal yang penting yaitu: I.
MPC APC dalam jangka pendek II.
APC orang kaya lebih kecil dari APC orang miskin Dimana Keynes memberikan formulasi model fungsi konsumsi yaitu
sebagai berikut ini:
C = fY, dimana bentuk fungsinya C = a + Cy Keterangan:
C = Konsumsi masyarakat riil
A = Besarnya konsumsi pada tingkat Y = 0
C = MPC = Hasrat konsumsi marginal
∆C∆Y Y
= Pendapatan nasional riil Dari model diatas, bila digambar dalam bentuk kurva maka kurvanya adalah
sebagai berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kurva fungsi konsumsi Keynes
Bentuk kurva tersebut membawa konsekuensi bahwa meningkatnya pendapatan nasional akan meningkatkan hasrat konsumsi rata-rata MPC akan
lebih kecil dari pada APC.Pengertian pendapatan yang dijelaskan oleh Keynes adalah pendapatan nasional yang berlaku current national income yang
merupakan pendapatan absolut. Penekana disini untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud pendapatan menurut Keynes, bukanlah pendapatan yang terjadi
sebelumnya atau pendapatan yang diharapkan akan terjadi pada saat yang akan datang. Disamping variabel pendapatan, analisis Keynes juga membagi variabel
bukan pendapatan non-income menjadi dua yaitu : 1.
Faktor-faktor subyektif, misalnya : iklan, daya tarik barang 2.
Faktor-faktor obyektif, misalnya: distribusi pendapatan,cara pembayaran yang digunakan, dan aktiva-aktiva yang semula berpengaruh terhadap konsumsi.
2. Fungsi Konsumsi Menurut Simon Kuznets
Ada beberapa kesimpulan-kesimpulan penting yang dikemukakan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Perlu dibedakan antara fungsi konsumsi jangka panjang atau long-run
consumption function dan fungsi konsumsi jangka pendek atau short-run consumption function, oleh karena kedua macam fungsi konsumsi tersebut
dari hasil studi empiriknya ternyata mengalami bentuk yang berbeda. b.
Fungsi konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran ke atas. Kesimpulan ini, apabila diungkapkan dengan menggunakan bentuk standar
persamaan fungsi konsumsi kita C = C0 + bY, dapat kita katakan bahwa nilai C0 tendensinya meningkat dari waktu ke waktu.
Gambar 2.2 Kurva Fungsi Konsumsi Kuznets
Universitas Sumatera Utara
• Dalam fungsi konsumsi jangka panjang Kuznets mengatakan, bahwa untuk
APC tidak akan banyak berubah atau konstan sebagaimana digambarkan Keynes Keynes tidak membedakan konsumsi jangka panjang dan pendek.
Kurva konsumsi jangka panjang LC merupakan garis lurus yang melalui titik silang sumbu 0. Ini juga dapat diartikan bilamana APC tidak berubah dalam
jangka panjang, maka MPC juga tidak akan berubah dari pendapatan yang lain.
• Dalam konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran digambarkan
garis SC keatas, kesimpulan ini dapat mengungkapkan kepada kita. Dengan menggunakan persamaan fungsi konsumsi C = co + MPC Y .
3. Fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif relative income hypothesis
Fungsi konsumsi ini di kemukakan oleh James Dusenberry dimana dalam bukunya income, saving and the theory ofconsumer behavior mengemukakan
pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia berpendapat
bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang
tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi saving. Kalau pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah. Akan tetapi bertambahnya tidak begitu
besar. Sedangkan mengenai saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan seperti ini akan terus kita jumpai sampai pada tingkat pendapatan
tertinggi yang telah pernah dicapainya lagi. Sesudah puncak dari pendapatan
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan dilain pihak,
bertambahnya saving tidak begitu cepat. Didalam teorinya Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan
untuk mengamati faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi seseorang yaitu :
1. Selera rumah tangga atas barang konsumsim adalah independent. Artinya
pengeluaran konsumsi rumah tangga diperoleh konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya. Jadi faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap
pengeluaran konsumsi. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat wilayah masyarakat
yang pengeluaran konsumsinya serba kecukupan dan mewah, secara otomatis ada ransangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi masyarakat
sekitarnya demonstration effect, begitu pula sebaliknya. 2.
Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat pola pengeluaran
mengalami penurunan. Didalam pengertian disini dikatakan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang dalam jangka pendek dipengaruhi oleh
besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif disini adalah merupakan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai seseorang. Sebagai misal, apabila
pendapatan seseorang mengalami kenaikan secara otomatis konsumsi juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan seterusnya bila pendapatan
mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi.
Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Duesenberry akibat dari adanya pendapatan relatif adalah sebagai berikut :
C = f [ Y ] Yt Y
Dimana : Yt
= Pendapatan pada tahun t Y
= Pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu Lebih lanjut bentuk fungsi tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan
kurva sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kurva Fungsi Konsumsi Dusenberry
Universitas Sumatera Utara
CL menunjukan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila pendapatan sebesar Oyo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi
adalah Byo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OYo menjadi OY1, maka pengeluaran konsumsi tidak akan turun ke titik E. Pada kurva pengeluaran
jangka panjang C namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka pendek C1. Hal ini kurva pada saat terjadinya penurunan pendapatan pengeluaran
konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara perlahan.
Dari pengamatan yang dilakukan Duesenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila
seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan
kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan dan sebaliknya
bila pendapatan turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi high consumption .
4. Fungsi konsumsi dengan hipotesis siklus hidup life cycle hyphotesis
Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada
kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam modelnya tiga
tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap rasional. Ini berarti bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari aliran
Universitas Sumatera Utara
pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga mengasumsikan bahwa dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen menghadapi batasan berupa
samanya nilai sekarang dari pada saving yang terjadi pada umur B sampai umur P dengan hasil penjumlahan nilai sekarang daripada dissaving yang terjadi pada usia
muda dan usia tua. Didalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang atau
masyarakat sangat tergantung dari perjalanan usia umur. Teori ini membagi pengeluaran konmsumsi menjadi tiga bagian atau tahapan yaitu berdasarkan
perjalanan umur seseorang. Tahap pertama dimulai dari usia 0 tahun sampai usia kerja usia tertentubelum mandiri. Dalam tahap ini dakatakan oleh ketiga tokoh
tersebut bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi dissaving, kenapa demikian karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang
lain.. Tahap kedua dimulai dari usia kerja sampai dengan usia dimana orang tersebut sudah menjelang usia tua tahap ini dikatakan bahwa seseorang pada tahap
ini pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain. Tahap ketiga dikatakn bahwa pada tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi
dissaving, dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali tergantung pada orang lain.
Dari pembagian tahapan diatas, kudian ketiga tokoh ini lebih memperjelas analisanya dengan menggunakan pendekatan kurva yang disebut dengan kurva
hipotesa siklus hidup.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Kurva Fungsi Konsumsi Hipotesa Siklus Hidup
Gambar tersebut menjelaskan tentang tahapan-tahapan pengeluaran konsumsi seseorang yang tergantung pada usia, dimana dengan bertambahnya
usia seseorang tingkat pengeluaran konsumsi semakin meningkat, akan tetapi kemampuan untuk memperoleh pendapatan semakin lama semakin menurun.
Sumbu vertikal menunjukkan tingkat konsumsi seseorang dan sumbu horizontal menunjukkan waktu usiaumur orang tersebut. Pada tahap I, dijelaskan bahwa
pada usia 0 tahun hingga t tahun seseorang melakukan pengeluaran konsumsinya
dalam kondisi dissaving ada ketergantungan pada orang lain. Pada usia t tahun
hingga usia t
1
tahun digambarkan bahwa pada usia tersebut sebenarnya seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi kondisinya masih ada
ketergantungan dengan orang lain. Tahap II, dimana dalam usia t
1
tahun hingga usia t
2
tahun menunjukkan orang berkonsumsi sepenuhnya dalam kondisi saving artinya pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
konsumsinya sudah tidak lagi bergantung pada orang lain. Pada tahap III ketika seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi bekerja
menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga seseorang tersebut dapat dikatakan bahwa orang berkonsumsi kembali dalam kondisi dissaving.
5. Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen Permanent Income Hypothesis
Dikemukakan oleh Milton Friedman yang mengungkapkan hasil pemikirannya mengenai penggunaan hipotesis pendapatan permanen untuk
menerangkan variabel agregatif konsumsi dalam bukunya yang berjudul A Theory of Consumption Function. Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen
bersifat rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya selama hayatnya diantara kurun-kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola
konsumsi yang kurang lebihnya merata dari waktu ke waktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi seorang konsumen atau suatu masyarakat
mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya atau pendapatan mereka yang bersangkutan. Dalam bentuk matematik dapat
diungkapkan : Cp = kYp
Dimana : Cp = Konsumsi permanen
Yp = Pendapatan permanen k = Angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang
dikonsumsi. Ini berarti 0 k 1.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Friedman tidak ada hubungan antara besarnya konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Juga tidak ada hubungan antara
konsumsi permanen dengan konsumsi sementara. Demikian juga tidak ada hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara. Model
formulasi kekayaan menurut Friedman adalah :
W = Y p i W
Dimana : W = kekayaan
Yp = pendapatan permanen i = tingkat bunga
Formulasi pendapatan permanen seseorang Yp dapat diperoleh dari formulasi kekayaan W, sehingga :
Yp = i W
Pendapatan yang terukur measured income seseorang merupakan penjumlahan dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara, sehingga secara matematis
adalah sebagai berikut :
Y = Yp + Yt
Dimana : Y adalah pendapatan yang terukur
Yp adalah pendapatan permanen Yt adalah pendapatan sementara
Mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara, ada dua asumsi berikut :
Universitas Sumatera Utara
• Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan transitory,
karena pendapatan sementara merupakan faktor kebetulan saja. •
Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi, artinya jika seseorang mendapatkan transitory income yang bernilai positif, maka semuanya
ditabung, namun jika seseorang memperoleh penghasilan sementara negatif, maka ia akan mengurangi tabungan dan tidak mempengaruhi pengeluaran
konsumsinya.
Y = Yp + Yt C = Cp + Ct
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit
berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti perkembangan pendidikan, perkembangan kemahiran
tenaga kerja, perbaikan teknologi dan kenaikkan dalam taraf kemakmuran masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya berlaku apabila pendapatan per kapita
mengalami kenaikkan secara berkepanjangan. Tingkat pembangunan ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat yang
dicapai biasanya diukur oleh data pendapatan per kapita nominal. Pada saat ini, untuk mengukur taraf kemakmuran masyarakat ditentukan juga per kapita PPP.
Pendapatan per kapita nominal dihitung dengan formula PDB dibagi dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah penduduk. Sedangkan pendapatan per kapita PPP disesuaikan dengan menggunakan tingkat harga berlaku.
Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan
ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah:
kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang- barang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial
dan sikap masyarakat. Beberapa teori telah dikemukakan yang menerangkan mengenai hubungan
diantara berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Pandangan- pandangan teori tersebut antara lain :
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh
pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil
tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus
berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan
Universitas Sumatera Utara
alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang
besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung.
Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap
penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat
rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang Stasionary State. Pada keadaan ini
pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup subsistence. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan
mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Berdasarkan kepada teori klasik ini, dikemukakan suatu teori yang
menjelaskan perkaitan diantara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori perduduk optimum.
Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada
pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin
banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai
mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan
pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan
penduduk optimum.
2. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan tentang peranan usahawan yang akan melakukan inovasi dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi
dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi effisiensi cara memproduksi dalam
menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang
baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan
inovasi ini akan memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter
memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomiaan sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang
menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan
Universitas Sumatera Utara
akan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan
masyarakt akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat akan bertambah tinggi. Kenaikkan tersebut akan mendorong perusahaan-
perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat
dibedakan kepada dua golongan: penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah
penanaman modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi.
Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk melakukan inovasi. Maka
pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau
“Stationary State”. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat
pertumbuhan yang tinggi. Pandangan ini berbeda dengan pandangan klasik. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat
tersebut dicapai pada waktu perekonomian telah berada kembali pada tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat
rendah.
3. Teori Harrod-Domar
Teori ini menunjukkan peranan investasi sebagai faktor yang menimbulkan pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
menekankan peranan segi permintaan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi,
teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai suatu perekonomian
yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod- Domar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut: i barang modal telah
mencapai kapasitas penuh, ii tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, iii rasio modal-produksi capital output ratio tetap
nilainya, dan iv perekonomian terdiri dari dua sektor. Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan bahwa, walaupun
pada suatu tahun tertentu misalnya tahun 2002 barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran gregat pada tahun 2002
yaitu AE=C+I, akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya tahun 2003. Dengan perkataan
lain, investasi yang berlaku dalam tahun 2002 akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun 2003.
Menyadari tentang pertambahan kapasitas barang modal tersebut, analisis Harrod-Domar mengemukakan persoalan berikut: apakah syarat
yang perlu dipenuhi agar kapasitas barang modal yang bertambah itu akan sepenuhnya digunakan?. Artinya: apakah syaratnya agar pada tahun
berikutnya tahun 2003 barang-barang modal mencapai kapasitas penuh kembali.
Analisis tersebut disimpulkan bahwa analisis Harrod-Domar merupakan pelengkap kepada analisis Keynesian. Dalam analisis
Universitas Sumatera Utara
Keynesian yang diperhatikan adalah persoalan ekonomi jangka pendek. Manakala teori Harrod-Domar memperhatikan prospek pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa: i dalam jangka panjang pertambahan pengeluaran agregat yang
berkepanjangan perlu dicapai untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, dan ii pertumbuhan ekonomi yang teguh hanya mungkin dicapai apabila
I + G + X-M terus menerus bertambah dengan tingkat yang menggalakkan.
4. Teori Neo-Klasik
Melalui kajian empirikal teori ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan kemahiran masyarakat
merupakan faktor yang terpenting yang meweujudkan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandangan
yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi
tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
∆Y = f ∆K, ∆L, ∆T
Dimana : ∆Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
∆K = tingkat pertumbuhan modal ∆L = tingkat pertumbuhan penduduk
∆T = tingkat perkenbangan teknologi
Universitas Sumatera Utara
Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris
untuk menunjukkan kesimpulan berikut: Faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan
pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, tetapi daam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris dalam menetukan
peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam penyelidikan mereka Abramovits dan
Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi. Di antara 80 hingga 90 persen
dari pertumbuhan ekonomi yang berlaku di Amerika Serikat di antara pertengahan abad ke-19 dan ke-20 disebabkan oleh perkembangan
teknologi. Setelah itu beberapa ahli ekonomi lain melakukan penyelidikan
yang sama sifatnya. Salah satu studi yang terkenal adalahyang dilakukan oleh Denison yang menganalisis faktor yang mengakibatkan
perkembangan di negara maju di antara tahun 1950-1962. kesimpulan kajian tersebut adalah: pertambahan barang-barang modal hanya
mewujudkan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, 18 persen dari pertumbuhan ekonomi di Eropa Barat dan 21 persen dari
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Inggris. Dengan kata lain studi Denision menunjukkan bahwa bukan modal, tetapi teknologi dan
perkembangan keterampilan yang menjadi faktor utama yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
Pada masa sekarang ini kebanyakan negara-negara berkembang yang menghadapi banyak masalah dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan
ekonominya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kota Binjai dimana mengamati dan menganalisis mengenai pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonominya. Ruang lingkup penelitian adalah kredit dan konsumsi.
3.2 Jenis dan Sumber Data