Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
                                                                                tersebut  bukanlah  sebuah  masalah  apabila  subjek  hukumnya  adalah  orang naturlijke  person.  Namun  akan  timbul  masalah  apabila  subjek  hukum  tersebut
merupakan  sebuah  badan  hukum  recht  person,  maka  hal  tersebut  akan  dapat melahirkan  konstruksi  perusahaan  grup  yang  dikhawatirkan  dapat  melahirkan
monopoli,  termasuk  apabila  badan  hukum  tersebut  bergerak  dibidang  penyiaran. Selain  itu  permasalahan  yang  lain  adalah  setelah  adanya  putusan  atas
permohonanjudicial  review  terkait  undang-undang  nomor  32  tahun  2002  tentang penyiaran  oleh  Mahkamah  Konstitusi  dengan  Perkara  Nomor  78PUU-
IX2011yang pada pokoknya tujuan judicial review tersebut adalah untuk menguji substansi  yang  terkandung  pada  pasal  18  ayat  1
2
dan  pasal  34  ayat  4
3
undang- undang    nomor  32  tahun  2002  tentang  penyiaran  yang  selanjutnya  akan  disebut
Undang-undang  penyiaran  terkait  tidak  diaturnya  secara  defintif  mengenai pembatasan terhadap pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran
swasta  yang  selanjutnya  akan  disebut  dengan  LPS  yang  dikhawatirkan  akan dimanfaatkan  oleh  pihak-pihak  yang  memiliki  kepentingan  dalam  hal  ini  adalah
pengusaha  dibidang  penyiaran,  dalam  melanggengkan  usahanya  dengan  tidak memperhatikan  kepentingan  masyarakat  umum  dan  dikhawatirkan  akan
menghalalkan  para  pengusaha  untuk  melakukan  monopoli  dibidang  penyiaran.
4
Yakni dengan cara melakukan pembentukan suatu anak perusahaan sebagai usaha pengembangan  usahanya  melalui  konstruksi  perusahaan  grup.  Salah  satu
2
Bunyi  Pasal  18  ayat  1  undang- undang  nomor  32  tahun  2002  tentang  penyiaran  :”
Pemusatan  kepemilikan    dan    penguasaan    Lembaga    Penyiaran    Swasta    oleh  satu    orang    atau satu  badan  hukum,  baik  di  satu  wilayah  siaran maupun di beberapa wilayah siaran, dibatasi”;
3
Bunyi  Pasal  34  ayat  4  undang- undang  nomor  32  tahun  2002  tentang  penyiaran  :  “Izin
penyelenggaraan  penyiaran  dilarang  dipindahta ngankan  kepada pihak lain”;
4
Penyampaian dissenting opinion oleh hakim Mahkamah Konstitusi, Achmad Sodiki dalam uji materil  undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran
kemungkinan  dari  adanya  perusahaan  grup  dibidang  penyiaran  adalah  dapat menimbulkan  penguasaan  pasar  yang  sifatnya  monopolistik  dan  tentu  akan
berdampak  pada  kerugian-kerugian  baik  materil  maupun  immaterial  kepada masyarakat,  Sebagai  contoh  kerugian  materil  adalah  pengusaha  akan  leluasa
mengatur kekuatan pasar yang berimbas kepada control of power dalam penyiaran yang  dapat  membuat  ketergantungan  masyarakat  kepada  produk  yang  disiarkan
oleh  lembaga  penyiaran  swasta  miliknya  hal  itu  otomatis  pengusaha  dapat melakukan  kontrol  terhadap  harga.  Contoh  kerugian  immaterial  yang  dapat
dirasakan  oleh  masyarakat  adalah  pengusaha  dapat  melakukan  propaganda  yang bersifat  politis  oleh  lembaga  penyiaran  swasta  miliknya  sehingga  dapat
mengarahkan  opini  publik  kepada  sesuatu  yang  sifatnya  tidak  terpuji  dan menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Tujuan  seseorang  melakukan  kegiatan  bisnis  adalah  untuk  mencari keuntungan  yang  sebesar-besarnya,  namun  hal  tersebut  tidak  dapat  dijadikan
sebagai  alasan  pembenar  seseorang  dapat  menghalalkan  segala  cara  demi mendapatkan profit yang besar. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar  para
penanam  modal  mengembangkan  usahanya  dalam  bentuk  perseroan  terbatas, selain  karena  berbentuk  badan  hukum,  kontinuitas  perseroan  terbatas  juga  tidak
tergantung  pada  pribadi  para  pemilik  melainkan  oleh  modal,  serta  pemisahan tanggung  jawab  limited  liability  antara  pemilik  perusahaan  dengan  perusahaan
itu  sendiri.
5
Selain  itu  dapat  memberikan  rasa  aman  dan  memberikan  kepastian hukum dalam hal perlindungan hukum bagi si penanam modal selain memberikan
5
Sentosa  Sembiring,  Hukum  Perusahaan  Tentang  Perseroan  Terbatas.  Bandung: CV.Nuansa Aulia. 2012  h.4
kemudahan  untuk  keluar  dan  masuk  dari  kepemilikan  suatu  perseroan  terbatas maka  bentuk  perseroan  terbatas  sering  disebut  mesin  uap  kapitalisme.
6
Namun, karena  prinsip  pertanggung  jawaban  yang  terbatas  itulah  banyak  perseroan  yang
memanfaatkan  celah  tersebut  sebagai  ruang  pengembangan  usahanya  melalui pembuatan  anak  perusahaan  subsidiary  sebagai  penggerak  roda  usaha
perusahaan  holding.  Namun,  karena  terdapatnya  prinsip  separate  legal  entity perusahaan induk dapat membela dirinya tidak terlibat atas segala kerugian yang
timbul  akibat  kelalaian  anak  perusahaannya,  karena  induk  perusahaan  tidak bertanggung jawab atas perbuatan hukum anak perusahaan yang berbentuk badan
hukum  mandiri.
7
Realita  bisnis  perusahaan  grup  ini  mengindikasikan  bahwa tergabungnya  anak  perusahaan  pada  perusahaan  grup  merupakan  strategi
perusahaan  grup  untuk  menciptakan  sinergi  kegiatan  usaha  anak-anak perusahaan.
8
Secara  proporsional  hal  ini  dirasa  tidak  mencerminkan  rasa  adil karena  segala  keuntungan  yang  dihasilkan  oleh  perusahaan  anak  dapat  juga
menjadi  keuntungan  bagi  perusahaan  holding.Namun,  ketika  perusahaan  anak mengalami kerugian,perusahaan induk dapat saja menolak untuk ikut bertanggung
jawab dengan alasan kedua perusahaan tersebut adalah entitas yang terpisah, Hal tersebut  bertentangan  dari  konsepsi  keadilan  menurut  pemikiran  filosof  Yunani,
Phytagoras.Ia  berpendapat,  keadilan  adalah  persamaan  perlakuan  equality  yang dimanifestasikan  melalui  konsep  “balas  dendam”,  yang  berarti  bahwa  keadilan
6
Chatamarrasjid  Ais.Penerobosan  Cadar  Perseroan  dan  Soal-Soal  Actual  Hukum Perusahaan. Bandung : Citra Aditya Bakti,2004 h.3
7
Sulistyowati.aspek  Hukum  Dan  Realita  Bisnis  Perusahaan  Grup  Di  Indonesia.  Jakarta: Erlangga. 2010 h.4
8
Sulistyowati.Aspek  Hukum  Dan  Realita  Bisnis  Perusahaan  Grup  Di  Indonesia.  Jakarta: Erlangga. 2010 h.4
memberikan  hal  yang  sama  kepada  prestasi  yang  sama.
9
Tentunya  hal  tersebut memunculkan sikap oportunis perusahaan induk melalui pengalihan risiko kepada
anak  perusahaan.Karena  pada  dasarnya  perseroan  berdasarkan  undang-undang nomor  40  tahun  2007  tentang  perseroan  terbatas  menganut  prinsip  kemandirian.
Artinyadireksi  dalam  suatu  perseroan  melaksanakan  usahanya  tidak  dapat dipengaruhi  atau  diintervensi  pihak  luar  selain  karena  kepentingan  para
stakeholdersnyadan para pemegang saham tidak dapat mencampuri kepengurusan direksi  karena  fungsi  dari  pemegang  saham  hanyalah  memberikan  modalnya
kepada perseroan berdasarkan prinsip kepercayaan fiduciary duty untuk dikelola oleh direksi berdasarkan prinsip business the judgment rule  Direksi bertanggung
jawab  kepada  seluruh  pemangku  kepentingan  stakeholder  didalam  sebuah perseroan  untuk  melaksanakan  fungsi  dan  kewajibannya  dengan  sebaik-baiknya.
Hak  tersebut  diberikan  secara  limitatif  kepada  seorang  direksi  karena  dalam hukum perseroan tidak memberikan pengakuan yuridis terhadap status perusahaan
grup vis-à-vis badan hukum lainnya.
10
Dalam hal perusahaan grup terkadang tidak ada  pemisahan  yang  jelas,  bagaimana  perbedaan  dan  pemisahan  mengenai
asset,pertanggung  jawaban  dan  eksistensi  ekonomi  antara  perusahaan  induk dengan  perusahaan  anak.Kemandirian  yuridis  anak  perusahaan  tidaklah
menghalangi  kewenangan  induk  perusahaan  untuk  mengendalikan  anak perusahaan.Sebaliknya,  pengendalian  induk  perusahaan  tidak  menghapuskan
9
Munir fuady . Dinamika Teori Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia. 2007 h.82
10
Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di  Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010  h.98
kemandirian  yuridis  status  badan  hukum  anak  perusahaan.
11
Keberadaan  holding company sendiri di dalam undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas  tidak  dijelaskan  secara  jelas  seperti  apa  konsep  holding  company  yang dikehendaki.  Namun,  secara  eksplisit  keberadaan  holding  company  dapat
dilakukan  dengan  cara  melakukan  pengambilalihan  saham  akuisisi  maupun dengan cara membentuk perseroan baru. Pengambilalihan akuisisi menurut pasal
125  Undang-undang  nomor  40  tahun  2007  tentang  perseroan  terbatas  dapat dilakukan  oleh  orang  perseorangan  maupun  badan  hukum.  Dengan  peristiwa
tersebut,  maka  seluruh  pengendalian  perusahaan  berpindah  kepada  pihak  yang mengakuisisi.Ketentuan  tersebut  menjadi  legitimasi  dan  celah  atas  keberadaan
prinsip  kemandirian  perusahaan  untuk  disiasati  oleh  para  pelaku  usaha  dalam membentuk  perusahaan  berdasarkan  payung  hukum  umbrella  up  perusahaan
grup atau holding company. Hal  tersebut  bukan  tidak  akan  menimbulkan  masalah,  meskipun  secara
legalitas kehadiran perusahaan grup ditengah-tengah realitas bisnis yang ada tetap memiliki  payung  hukum,  tetapi  belum  tentu  memberikan  manfaat  dikalangan
masyarakat  umum.  Justru  yang  dikhawatirkan  adalah  ketika  legitimasi  tersebut disalah  gunakan  bagi  yang  memiliki  kepentingan  sehingga  berdampak  kurang
baik  terhadap  masyarakat  luas  ataupun  pihak-pihak  lain  yang  berhubungan  atau memiliki
kepentingan dengan
perusahaan grup.Gustav
Radbuch mengatakanbahwa hukum yang baik adalah yang memiliki substansi hukum yang
11
Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.98
memenuhi  keadilan,kemanfaatan,  dan  kepastian  hukum
12
.  Artinya  dalam pembuatan  hukum  harus  dapat  terpenuhi  unsur  keadilan  dimana  seluruh
masyarakat  memiliki hak  yang sama dihadapan  hukum  untuk  tidak diperlakukan tidak  adil.  Hukum  harus  memiliki  kepastian  agar  hukum  memiliki  kewibawaan
serta  memiliki  manfaat  karena  hukum  semata-mata  bertujuan  memberikan kemanfaatan  atau  kebahagiaan  yang  sebesar-besarnya  bagi  sebanyak-banyaknya
warga masyarakat. Oleh  karena  itu,  penulis  tertarik  membahas  topik  terkait  eksistensi
perusahaan  grup  dibidang  penyiaran  ditinjau  dari  prinsip  kemanfaatan  hukum dalam  penelitian  berjudul  “ASAS  KEMANFAATAN  HUKUM  HOLDING
COMPANY DI BIDANG PENYIARAN ”
                