Perbuatan-Perbuatan Hukum yang dapat Melahirkan Perusahaan Grup
                                                                                mendirikan  perseroan  lain.
85
Pendirian  suatu  perseroan  oleh  perseroan  lain dapat  menimbulkan  keterkaitan  antara  induk  dengan  anak  perusahaan
sehingga  dapat  membentuk  konstruksi  perusahaan  grup.  Hal  inilah  yang dijadikan  landasan  bagi  para  pelaku  usaha  yang  ingin  mengekspansikan
bisnisnya  melalui  konstruksi  perusahaan  grup.  Maka,  dengan  adanya pembentukan  perseroan  baru  yang  dibentuk  oleh  suatu  perseroan  berbadan
hukum,  secara  hukum  akan  melahirkan  suatu  perseroan  baru  yang  akan memungkinkan  dijadikan  sebagai  anak  perusahaan  oleh  perseroan  yang
membentuknya. 2.
Pengambilalihan atau akuisisi. Cara yang kedua bagi pelaku usaha yang ingin melakukan  pengembangan  bisnisnya  melalui  konstruksi  perusahaan  grup
adalah dengan melakukan akuisisi. Definisi Akuisisi di dalam undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas diatur oleh pasal 1 angka 11
juncto  pasal  1  ayat  3  peraturan  pemerintah  nomor  27  tahun  1998  yaitu, perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan
untuk  mengambil  alih  saham  perseroan  yang  mengakibatkan  beralihnya pengendalian  atas  perseroan  tersebut.  Pengambilalihan  atau  yang  biasa
disebut dengan akuisisi menurut pasal 125 ayat 3 UUPT 40 Tahun 2007 akan mengakibatkan secara hukum adanya peralihan pengendalian oleh pihak yang
mengambil alih perseroan, atau pihak yang mengakuisisi, dan perseroan yang di  ambil  alih  sahamnya  tidak  menjadi  bubar  dan  tetap  eksis  seperti
85
Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.111
sediakala.
86
Pasal  125  ayat  1,  menjelaskan  pengambilalihan  saham  dapat dilakukan terhadap saham  yang telah dikeluarkan, ataupun jenis saham  yang
baru  akan  dikeluarkan  perseroan  saham  portefel.  Berarti  menurut  hukum, saham  perseroan  yang  dapat  diambil  alih  adalah  saham  yang  telah
ditempatkan  atau  disetor,  tetapi  dapat  juga  terhadap  saham  yang  baru  akan dikeluarkan  atau  saham  portefel.  Pihak  yang  dapat  mengambil  alih  adalah
bisa  melalui  direksi  perseroan  yang  mewakili  perseroan  ataupun  langsung dari pemegang saham hal tersebut diatur oleh pasal 125 ayat 2 UUPT 2007.
87
Pengambil  alihan  perseroan  oleh  perseroan  harus  berdasarkan  keputusan RUPS dan harus dilakukan dengan ketentuan kuorum yang telah diakomodir
oleh  pasal  89  UUPT  2007.  Tanpa  keputusan  RUPS,  pengambilalihan  yang dilakukan  direksi  adalah  cacat  hukum  dan  dikategorikan  perbuatan  ultra
vires.
88
Lain hal apabila pengambilalihan dilakukan oleh orang perseorangan atau pemegang saham, maka keharusan mendapatkan persetujuan dari RUPS
tidak  dibutuhkan.  Tetapi  dilakukan  langsung  melalui  perundingan  dan kesepakatan oleh pihak  yang akan mengambil  alih  dengan pemegang saham
dengan  tetap  memperhatikan  anggaran  dasar  perseroan  yang  diambil  alih.
89
Dalam  hal  pengambilalihan  baik  melalui  badan  hukum  maupun  orang perseorangan  tetap  harus  memperhatikan  kepentingan  para  pihak  yang
berkepentingan dan pihak tersebut  dapat  mengajukan keberatan apabila hak-
86
Munir  Fuady.  Hukum  Tentang  Akuisisi,Take  Over  Dan  Lbo.  Bandung:  Citra  Ditya Bakti.2001 h.5
87
Bunyi pasal 125 ayat 2 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas : “Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan.”
88
M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.511
89
M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.517
haknya  dicederai  oleh  perbuatan  hukum  pengambilalihan  tersebut  dan perseroan  yang  ingin  melakukan  pengambilalihan  wajib  menyelesaikan
keberatan-keberatan  tersebut  sebelum  berlangsungnya  pengambilalihan apabila
penyelesaian tersebut
belum diselesaikan
maka proses
pengambilalihan  belum  dapat  dilaksanakan  hal  tersebut  diatur  dalam ketentuan  pasal  127  ayat  7  undang-undang  nomor  40  tahun  2007  tentang
perseroan  terbatas.  Akuisisi  dapat  terjadi  dalam  keseluruhan  ataupun  secara sebagian, akuisisi secara keseluruhan terjadi jika yang mengambil alih adalah
seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih tersebut, sedangkan disebut akuisisi biasa jika mengambil alih lebih dari 50 kepemilikan saham.
90
3. Mekanisme  pembentukan  perusahaan  grup  terakhir  adalah  melalui
pemisahan.  Definisi  pemisahan  diatur  oleh  pasal  1  angka  12  UUPT  2007.
91
Ketentuan  dalam  pasal  tersebut  tidak  secara  eksplisit  menjelaskan  bahwa pemisahan perseroan dapat  berimplikasi pada pembentukan perusahaan  grup
ataupun  timbulnya  pengendalian  satu  perseroan  terhadap  perseroan  lain, tetapi  materi  ini  memberikan  legitimasi  bagi  pembentukan  perusahaan  grup
melalui  pemisahan  satu  perseroan  menjadi  dua  atau  lebih  perseroan.
92
Pemisahan  akan  mengakibatkan  seluruh  aktiva  maupun  pasiva  perseroan beralih karena hukum kepada satu atau lebih perseroan lainnya. Dari rumusan
90
Gunawan  Widjaja.  Merger  Dalam  Perspektif  Monopoli.    Jakarta  :  Raja  Grafindo Persada.2002 h.52-53
91
Bunyi pasal 1 angka 12 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas: “Pemisahan adalah   perbuatan hukum  yang dilakukan oleh Perseroan untuk  memisahkan  usaha
yang mengakibatkan seluruh aktiva d an pasiva Perseroan beralih  karena hukum kepada  2  dua Perseroan  atau  lebih  atau  sebagian  aktiva  dan  pasiva  Perseroan  beralih  karena  hukum  kepada  1
satu Perseroan atau lebih”
92
Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.112
tersebut  dapat  diketahui  bahwa  yang  menjadi  objek  pemisahan  adalah pemisahan  usahanya.
93
cara  pemisahan  dapat  dilakukan  dengan  cara melakukan  pemisahan  murni  dan  pemisahan  tidak  murni.  Pemisahan  murni
diatur  oleh  ketentuan  pasal  135  ayat  2  bahwa  pemisahan  murni mengakibatkan  seluruh  aktiva  dan  pasiva  perseroan  tersebut  beralih  karena
hukum  kepada  dua  perseroan  atau  lebih  yang  menerima  peralihan,  dan perseroan  yang  melakukan  pemisahan  berakhir  karena  hukum.  Sedangkan
pemisahan  tidak  murni  diatur  oleh  pasal  135  ayat  3  yakni,  pemisahan  tidak murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan  yang melakukan
pemisahan beralih karena hukum  kepada satu  perseroan lain atau lebih  yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap
ada. Memori
penjelasan mengenai
pembentukan perseroan
baru, pengambilaihan  atau  akuisisi  serta  pemisahan  menunjukan  bahwa  UUPT  2007
telah memberikan legitimasi kepada munculnya realitas kelembagaan perusahaan grup.Konstruksi perusahaan grup tidak mungkin ada apabila peraturan perundang-
undangan tidak memberikan legitimasi terhadap realitas kelembagaan perusahaan grup  tersebut.
94
Namun  keberadaan  legitimasi  tersebut  sebenarnya  adalah bertentangan  dengan  konsepsi  dasar  perseroan  terbatas  sebagai  badan  hukum
mandiri.  Dan  legitimasi  tersebut  yang  melandaskan  perseroan  memiliki  atau memperoleh  saham  pada  perseroan  lain  menjadi  alasan  keberadaan  bagi
93
Gatot Supramono. Hukum Perseroan Terbatas.  Jakarta: Djambatan.2009 h.254
94
Sulistyowati.Aspek  Hukum  dan  Realita  Bisnis  Perusahaan  Grup  di  Indonesia.  Jakarta: Erlangga. 2010  h.112-113
timbulnya relasi pengendalian induk perusahaan terhadap anak perusahaan dan hal tersebut  memungkinkan  anak  perusahaan  akan  kehilangan  kemandirian  karena
adanya  kewenangan  induk  perusahaan  untuk  mengendalikan  anak  perusahaan.
95
Secara  umum  pengaturan  mengenai  pengendalian  pada  suatu  perseroan diartikulasikan melalui kepemilikan atas mayoritas saham  yang dikeluarkan oleh
pemegang saham pengendali, kepemilikan atas mayoritas hak bersuara, hak untuk menentukan  komposisi  dewan  direksi,  dan  hak  untuk  mengarahkan  proses
pengambilan keputusan anak perusahaan yang mandiri.
96
95
Sulistyowati.Aspek  Hukum  dan  Realita  Bisnis  Perusahaan  Grup  di  Indonesia.  Jakarta: Erlangga. 2010 h.113
96
Sulistyowati.Aspek  Hukum  dan  Realita  Bisnis  Perusahaan  Grup  di  Indonesia.  Jakarta: Erlangga. 2010 h.114
BAB III
TINJAUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TERHADAP PERUSAHAAN GRUP
                