Status Kemandirian Perusahaan Berbadan Hukum

hukum mandiri. 41 Dengan status PT sebagai badan hukum, maka sejak saat itu hukum memberlakukan pemilik atau pemegang saham dan pengurus terpisah dari PT itu sendiri yang dikenal dengan istilah “separate legal personality ” yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri. 42 Segala perbuatan hukum yang dilakukan dalam rangka kerjasama dalam perseroan itu dipandang semata-mata sebagai perbuatan hukum badan hukum itu sendiri. 43 Artinya setelah PT berdiri, berlaku teori “institusional” yakni para pemegang saham harus tunduk kepada perseroan sebagai badan hukum. 44 Dengan kata lain setelah perseroan menjadi badan hukum status para pendiri berubah menjadi pemegang saham, yang satu tidak dapat menuntut yang lain dan yang dapat dituntut dalam hal ini adalah PT melalui pengurus. 45 Dengan begitu tanggung jawab pemegang saham hanya terbatas kepada modal yang dimilikinya, serta pemegang saham tidak berhak bertanggung jawab atas kerugian yang diderita perseroan melebihi dari modal yang dimilikinya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan atas harta pribadi si pemegang saham.Karena perseroan sebagai badan hukum maka perseroan dapat mempunyai harta kekayaan serta hak dan kewajiban 41 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.98 42 I.G. Rai.Widjaya Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan Peraturan Pelaksanaan Di Bidang Usaha. Jakarta: Kesaint Blanc. 2000 h.131 43 Rudhi Prasetya. Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas. Bandung: Citra Aditya Bakti.1996 h.30-31 44 Sentosa Sembiring. Hukum Perusahaan Tentang Perseroan. Bandung: Cv Nuansa Aulia.2012 h.9 45 Habib Adji. Status Badan Hukum,Prinsip-Prinsip Dan Tanggung Jawab Social Perseroan Terbatas. Bandung: Mandar Maju.2008 h.14 sendiri terlepas dari harta para pesero atau pemegang saham. 46 Jadi, apabila perseroan mengalami kebangkrutan, tidak akan mempengaruhi harta kekayaan pemegang saham. 47 Ini dikenal dengan sebutan corporate personality, yang esensinya adalah suatu perusahaan mempunyai personalitas atau kepribadian berbeda dari orang yang menciptakannya. 48 Hal tersebut dapat diartikan bahwasanya PT akan selalu berdiri sampai waktu yang ditetapkan habis tanpa memperdulikan organ perusahaannya masih sama atau telah berganti. Perseroan sebagai makhluk atau subjek hukum artificial disahkan oleh Negara menjadi badan hukum memang tetap tidak bisa dilihat dan tidak dapat diraba invicible and intangible tetapi eksistensinya riil ada sebagai subjek hukum yang terpisah dan bebas dari pemiliknya untuk melakukan perbuatan hukum. 49 Utang perseroan menjadi tanggung jawab dan kewajiban perseroan dalam kedudukan dan kapasitasnya sebagai badan hukum atau entitas yang terpisah dan independen dari tanggung jawab pemegang saham. 50 Berbagai teori telah muncul mengenai konsep personalitas perseroan sebagai badan hukum antara lain ; 1. Teori Fiksi Fictitious Theory. Pokok-pokok yang dikemukakan dalam teori ini adalah : 46 Wirijono Prodjodikoro. Hukum Perkumpulan,Perseroan Dan Koperasi Di Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat h.2 47 Rudhi Prasetya Dan Emmy Yuhassarie.Posiding Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah Kepailitan Dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya.Perseroan Terbatas Dan Good Governance. Jakarta:PPH.2006 h.141 48 I.G. Rai. Widjaya Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan Peraturan Pelaksanaan Di Bidang Usaha. Jakarta: Kesaint Blanc. 2000 h.131 49 M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.37 50 M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.38 Perseroan merupakan organisme yang mempunyai identitas hukum terpisah dari pemiliknya, oleh karena itu perseroan adalah badan hukum buatan melalui proses hukum. Dan pada dasarnya bersifat fiktif serta kelahirannya semata- mata melalui “persetujuan” pemerintah. 51 Dapat dikatakan bahwa dalam teori ini menjelaskan bahwa perseroan lahir secara hukum dan dijadikan simbol terhadap kumpulan pemegang saham dan organ perseroan lainnya yang memiliki kepentingan dari kelahiran perseroan. 2. Teori Realistik Realistic Theorie ini merupakan teori personalitas selain teori fiksi, dalam teori ini menjelaskan bahwa : Perseroan sebagai grup atau kelompok dimana kegaitan dan aktifitas kelompok itu “diakui hukum terpisah” dari kegiatan dan aktivitas individu kelompok yang terlibat dalam perseroan, dengan demikian jumlah peserta terpisah dari komponen aggregate distinct or separate from component.Dimana hukum mengakui adanya perbedaan dan pemisahan personalitas perseroan terbatas. 52 3. Teori kontrak contract theorie, teori ini menjelaskan bahwa perseroan sebagai badan hukum dianggap merupakan ontrak antara anggota-anggotanya pada satu segi dan antara anggota-anggota perseroan ,yakni para pemegang saham dengan pemerintah pada segi lain. 53 Hal tersebut diatur dalam pasal 1 angka 1 juncto pasal 7 ayat 1 51 M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.54 52 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.56 53 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.56 dan ayat 3 UUPT no.40 tahun 2007. Menurut pasal ini perseroan didirikan oleh para pemegang saham berdasarkan perjanjian yang terdiri sekurang-kurangnya 2 orang atau lebih. Dan agar perseroan sah dikatakan berbadan hukum apabila telah mendapatkan legitimasi pengesahan oleh pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia MENKUMHAM. Sebab seperti halnya personalitas manusia, perseroan sebagai badan hukum juga mempunyai maksud, tujuan, dan kehendak sama seperti halnya manusia. 54 Latar belakang penerapan prinsip kemandirian suatu perseroan meliputi kerangka pengaturan relasi internal dan eksternal yaitu, 55 hubungan internal perseroan menyangkut distribusi kekuasaan dari pihak-pihak yang memegang kekuasaan pengambilan keputusan dalam perseroan. Perseroan memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan yang bertindak sebagai badan hukum mandiri. 56 Hubungan eksternal perseroan menyangkut distribusi tanggung jawab hukum pihak-pihak yang menjalankan tanggung jawab atas konsekuensi perbuatan hukum perseroan. Perseroan merupakan subjek hukum yang memiliki tanggung jawab hukum atas segala risiko dan biaya yang timbul dari kegiatan bisnisnya, sedangkan pemegang saham dijamin 54 Agus Budiarto..Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendirian Perseroan. 2002. h.27 55 Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.99 56 Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010. h.99 oleh limited liability. 57 Pengesahan status badan hukum memberikan legalitas hukum kepada perseroan untuk dapat bertindak secara mandiri. Penjabaran tersebut menunjukan bahwa prinsip hukum mengenai kemandirian dan tanggung jawab perseroan dapat berjalan dengan baik ketika badan usaha dikelola dan dijalankan melalui bentuk perseroan tunggal. 58 Senada dari pembahasan di atas, undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbats memberikan ciri adanya personalitas perseroan sebagai badan hukum. Ciri-ciri pokok personalitas perseroan tersebut adalah 59 : a. Perseroan diperlakukan sebagai wujud yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya. 60 Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 3 ayat 1 UUPT 2007. 61 Bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar modal yang ditanamkannya dalam perseroan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan atas utang perseroan melebihi modalnya. b. Dapat menggugat dan digugat atas nama perseroan itu sendiri. Hal ini diatur oleh pasal 98 ayat 1 UUPT 2007 yang isinya dapat didefinisikan bahwa perseroan dapat menggugat wanprestasi atau PMH terhadap 57 Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h. 99-100 58 Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.100 59 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.57 60 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.57 61 Bunyi pasal 3 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas “Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki” pihak ketiga, begitu juga sebaliknya, ia dapat digugat oleh pihak ketiga dengan hal yang sama yang dilakukan oleh perseroan. 62 c. Perseroan dapat memperoleh ,menguasai, dan mengalihkan miliknya atas namanya sendiri. Perseroan dapat memiliki asset dari hasil keuntungan perusahaan. Menguasai dan memindahkan asset itu sesuai dengan cara yang ditentukan oleh undang-undang dan anggaran dasar. 63 d. Tanggung jawab pemegang saham , terbatas sebesar nilai sahamnya. 64 Hal ini dijelaskan dalam pasal 3 ayat 1 UUPT 2007 yang menegaskan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sesuai dengan besaran modalnya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan atas utang perseroan terhadap harta pribadi pemegang saham. e. Pemegang saham, tidak mengurus perseroan kecuali dia dipilih sebagai anggota direksi. Hal ini dijelaskan didalam pasal 92 ayat 1 UUPT 2007 yang menegaskan bahwa organ perseroan yang menjalankan perusahaan adalah anggota direksi untuk kepentingan perseroan, dan selanjutnya pasal 94 ayat 1 menjelaskan bahwa anggota direksi diangkat oleh RUPS. 65 Hal ini menerangkan bahwa selain direksi maka pemegang saham tidak dapat ikut mencampuri urusan dalam pengurusan perseroan, karena tugas tersebut secara konstitusional diberikan hak hanya kepada seorang direksi yang telah diangkat oleh 62 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.58 63 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.58 64 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.59 65 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.59 RUPS. Dan direksi bertanggung jawab kepada perseroan atas semua perbuatan yang dilakukan oleh direksi dalam hal pengurusan perseroan. f. Melakukan kegiatan terus menerus sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar. 66 Hal ini diatur oleh pasal 6 UUPT 2007 yang menyebutkan bahwa jangka waktu berdirinya perseroan dapat didirikan untuk jangka waktu terbatas maupun tidak terbatas sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar perseroan. Dan perseroan menjalankan kegiatan dan usahanya sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditentukan dalam anggaran dasar. Penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa hukum perseroan menerapkan prinsip mengenai kemandirian badan hukum mandiri.Setiap perseroan memiliki hak dan kewajiban mandiri, asset dan utang sendiri dan limited liability yang tidak menanggung pinjaman perseroan dan pengembalian kredit perseroan di luar modal yang disetor. 67 Hukum perseroan menggunakan prinsip hukum mengenai kemandirian yuridis anak perusahaan atau perusahaan afiliasi ketika keseluruhan perseroan dimiliki oleh perseroan lain dan terintegrasi menjadi jaringan multi bisnis yang kompleks. 68 Berdasarkan pendekatan diatas hukum perseroan 66 M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.60 67 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.100 68 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.100 tidakmembedakan pengaturan mengenai adanya pemisahan tegas antara perseroan dan pemegang saham dengan pemisahan antara induk dan anak perusahaan. 69

C. Alasan-Alasan Pembentukan Perusahaan Grup

Pengembangan bisnis melalui mekanisme perusahaan grup kini telah semakin berkembang secara pesat.Perusahaan grup dianggap sebagai bentuk usaha yang paling mampu memenuhi kebutuhan kegiatan usaha berskala besar dan memiliki lini usaha yang terdiversifikasi. 70 Konstruksi perusahaan grup juga memudahkan perusahaan yang bersangkutan untuk mengatasi berbagai permasalahan menyangkut operasional perusahaan yang berada pada wilayah yurisdiksi berbeda. 71 Pembentukan atau pengembangan perusahaan grup merupakan strategi pertumbuhan eksternal untuk mengakomodasi ekspansi bisnis ataupun memperoleh posisi strategis di pasar dengan melakukan baik integrasi vertikalhorizontal maupun diversifikasi usaha kerja sama dengan perusahaan lain atau mengalokasikan sebagain kegiatan usaha ke perusahaan lain. 72 Pembentukan atau pengembangan perusahaan grup merupakan bagian strategi pertumbuhan perusahaan secara eksternal melalui integrasi dan diversifikasi, sebagaimana proses berikut ini. 73 69 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.100 70 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.64 71 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.64 72 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.71 73 Mudrajat kuncoro,”strategi bagaimana meraih keunggulan kompetitif”.h.110. 1. Integrasi vertikal, yaitu usaha perusahaan untuk memperoleh kendali terhadap input dan output, ataupun keduanya, nelalui integrasi vertikal, perusahaan dapat memadukan keseluruhan proses produksi dari pasokan sumber daya, produksi, hingga distribusi. 74 Integrasi horizontal, yaitu perluasan operasi usaha untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperkuat daya saing dengan cara menggabungkan suatu perusahaan degan perusahaan lain dalam industri yang sama. Praktik integrasi horizontal dilakukan dengan cara melakukan akuisisi. 75 2. Diversifikasi, yaitu usaha perusahaan untuk memperluas operasional dengan berpindah ke industri yang berbeda atau mengerjakan produk yang berbeda dengan pasar yang berbeda. 76 Secara umum ada dua alasan utama pembentukan atau pengembangan perusahaan grup. 1. Perintah peraturan perundang-undangan, berimplikasi kepada terbentuknya perusahaan grup biasanya melibatkan kepentingan ekonomi pengelolaan kekayaan Negaradaerah dari badan usaha milik Negaradaerah. 77 Peraturan perundang-undangan ini memuat ketentuan yang didorong oleh kepentingan 74 Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.71 75 Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.72 76 Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.72 77 Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.64