Hubungan Hukum Antara Perusahaan Induk dengan Anak
badan hukum yang lahir mengatas namakan perseroan, akan tunduk dan patuh terhadap undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas. Termasuk perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup, yakni wajib tunduk dan patuh terhadap regulasi tersebut.Oleh sebab itu dengan
mengacu kepada undang-undang perseroan terbatas tahun 2007 tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa undang-undang tidak melegitimasi secara
khusus mengenai bentuk hubungan hukum antara anak dan induk perusahaan hal ini dapat dikatakan mengingat tidak ada satu pasal pun
yang menjelaskan mengenai definisi perusahaan grup. Namun perusahaan grup ditafsirkan sebagai perusahaan-perusahaan yang secara yuridis
mandiri dalam suatu susunan yang erat antara satu sama lain,sedangkan dari sudut pandang ekonomi dipandang sebagai suatu kesatuan yang
berada dibawah pimpinan sentral.
98
Undang-undang di Indonesia yang mengatur dan menjadi pedoman bagi badan hukum perseroan adalah
undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, adalah menganut prinsip kemandirian perusahaan separate legal entity yakni
antara pemegang saham dengan perseroan terdapat pemisahan kewenangan dan tanggung jawab pemegang saham yakni hanya sebesar
modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut,
99
dan pemegang saham tidak boleh melakukan intervensi terhadap direksi sebagai
98
Emmy Pangaribuan.Perusahaan Kelompok.Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 1994. h.5
99
Bunyi pasal 3 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas “Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki”
pengemban amanat pemegang saham dalam hal pengurusan perusahaan karena kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh direksi adalah mutlak hak
konstitusional yang dimiliki oleh seorang direksi untuk menjalankan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
100
Berbicara hubungan hukum antara anak perusahaan dengan induk perusahaan memang tidak diatur secara jelas, namun jika ditafsirkan
secara analogic hubungan hukum antara induk dengan anak perusahaan adalah layaknya dua subjek hukum yang melakukan hubungan
hukum.Seperti diketahui bahwa lahirnya perseroan adalah berdasarkan perjanjian. Hal ini adalah penegasan bunyi pasal 1 ayat 1 undang-undang
nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, dan mengacu kepada pasal 7 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas, bahwa yang dimaksud dalam subjek hukum perseroan adalah dapat orang perorangan naturlijke person maupun badan hukum recht
person, dalam konteks perusahaan grup yang dimaksud dengan subjek hukum adalah badan hukum. Hal ini tidak dapat dilepaskan dalam
kaitannya dengan teori fiksi yang melekat dalam suatu perseroan, yakni kelahirannya semata-mata melalui pengesahan pemerintah dalam bentuk
fiat atauapproval atau concensus of the government..
101
yang artinya perseroan dapat diibaratkan sebagai mahluk yang hidup yang digerakan
oleh personalitas orang-orang yang memiliki kepentingan didalamnya, dan
100
Bunyi pasal 92 undang- undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas :”
Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan”
101
M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.54
sebagai subjek hukum maka perseroan dapat melakukan perbuatan hukum. Dan oleh sebab itu perseroan yang melakukan perbuatan hukum wajib
tunduk kepada aturan yang berlaku, yang mana dalam hal perbuatan melakukan sebuah perjanjian diatur dalam kitab undang-undang hukum
perdata pasal 1313-1319 tentang perjanjian, pasal 1320-1337 mengenai sayarat sahnya perjanjian, dan pasal 1338-1341 mengenai akibat dari
perjanjian.
102
oleh sebab itu dalam hal terjadi pembentukan anak perusahaan oleh induk perusahaan baik dalam bentuk pemisahan
perseroan, pengambil alihan perseroan, maupun pembentukan badan hukum baru selayaknya tunduk kepada aturan-aturan yang mengatur
mengenai hubungan hukum tersebut. Dengan begitu otomatis akan terlihat mengenai hak dan kewajiban yang timbul akibat hubungan hukum yang
timbul antara induk dengan anak perusahaan. namun yang menjadi masalah adalah ketiadaan pengaturan yang jelas mengenai hubungan hak
maupun kewajiban dalam konstruksi perusahaan grup mengakibatkan tidak tertibnya pelaksanaan dari amanat setiap pasal yang terkandung
dalam regulasi yang terkait dengan pelaksanaan perusahaan grup, yakni undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Dimana
dalam undang-undang tersebut hanya memberikan peluang kepada perusahaan yang ingin membentuk anak perusahaan, namun tidak
menjelaskan bagaimana hubungan antara hak dan kewajiban perusahaan yang saling terkait tersebut.Karena saat ini konsepsi perusahaan grup tidak
102
M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2011 h.34
berada dalam ranah hukum, melainkan kepada realitas bisnis tergabungnya perusahaan-perusahaan
yang berada
dibawah kendali
induk perusahaan.
103
Hal tersebut mengakibatkan terbentuknua perusahaan grup sebagai bentuk jamak secara yuridis, namun satu kesatuan dalam hal
ekonomi.yang mana dalam aturan hukum hal tersebut melanggar ketentuan perseroan sebagai badan hukum yang mandiri. Dan pengakuan yuridis
terhadap kemandirian badan hukum induk dan anak perusahaan menimbulkan komplikasi permasalahan hukum terkait dengan perusahaan
grup, yakni kepemilikan saham induk pada anak,penempatan direksi pada anak perusahaan, ataupun kontrak bersuara dalam RUPS.
104
Dan hal tersebut dapat berakibat induk perusahaan dapat bertindak sebagai
pemimpin sentral yang dapat mengontrol serta mengendalikan anak perusahaannya demi mendukung tujuan perusahaan grup sebagai satu
kesatuan ekonomi.Dapat disimpulkan bahwa keterkaitan induk dengan anak perusahaan menggunakan pendekatan perseroan tunggal berdasarkan
karakteristik badan hukum perseroan yang mandiri dan hal ini menimbulkan pertentangan dengan realita yang terjadi di Indonesia dalam
konteks perusahaan grup. Oleh sebab itu dikhawatirkan dengan konstruksi perusahaan grup ini akan dapat menimbulkan kerugian-kerugian materil
maupun immaterial seperti eksternalisasi resiko perusahaan induk terhadap anak perusahaan yang akan merugikan pihak ketiga dalam suatu hubungan
103
Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.20
104
Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2010 h.20-21
hukum maupun terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat yang diakibatkan oleh penguasaan pasar yang bertentangan dengan undang-
undang anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.