Pengetahuan Merek Brand Knowledge

23 Dalam jurnal Barata 2007:71 mengatakan bahwa indikator dari innovativeness adalah modern dan unik. Secara sempit, innovativeness didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang individu mengadopsi inovasi relatif lebih awal dibanding dengan anggota sistem sosial lainnya. Definisi ini sangat terbatas dan kaku. Dalam definisi yang lebih luas, innovativeness bisa di ukur dengan 3 tiga cara. Pertama, innovativeness diukur berdasar waktu konsumen pertama kali membeli produk baru dalam satuan waktu hari, minggu, bulan, tahun. Kedua, diukur dengan menghitung jumlah suatu produk baru secara khusus yang dibelidikonsumsi oleh seorang individu dalam periode waktu tertentu. Ketiga, innovativeness bisa diukur dengan self- reporting instrument seperti dalam penelitiannya Goldsmith dan Hofacker dalam Engel 1994:899. Ada 3 tiga variabel yang berpengaruh dalam penentuan consumers innovativeness, yaitu consumers socio-economics, consumers personality dan consumers communication behavior. Item socio- economics yang digunakan, antara lain education, income, social status , social mobility, size of social system, commerce oriented, specialization. Item personality yang digunakan, antara lain empathy, capability in abstract, rationality, intelligence, attitude toward for change, capability to handle uncertainty, attitude toward for science, achievement motivation, dogmatism dan aspiration. Item communication behavior yang digunakan, antara lain social participation, inter-connectivity with social system, cosmopolitan, media exposure, interpersonal channel exposure, innovation knowledge dan opinion leadership. www.nbudi.tripod.com 24

F. Minat Beli

Menurut Slamenton dalam Nurmala 2008:96, minat beli adalah sesuatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa adanya pembahasan. Sedangkan menurut Gustina dalam Nurmala 2008:96, minat beli adalah keinginan atau kemampuan seseorang terhadap suatu objek sehingga mengambil suatu keputusan. Menurut Simamora 2002:106, minat beli terhadap suatu produk timbul karena adanya dasar kepercayaan terhadap produk yang di ingini dengan kemampuan untuk membeli produk. Para pembeli memiliki motif yang mendukung mereka untuk melakukan pembelian. Minat beli menurut Assael dalam Barata 2007 juga merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap obyek, atau juga merupakan minat pembelian ulang yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Disamping itu Assael dalam Barata 2007 menambahkan bahwa minat membeli adalah tahap terakhir dari suatu proses keputusan pembelian yang kompleks. Proses ini dimulai dari munculnya kebutuhan akan suatu produk atau merek need arousal dilanjutkan dengan pemrosesan informasi oleh konsumen consumer information processing. Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk atau merek tersebut brand evaluation. Hasil evaluasi ini akhirnya memunculkan niat atau intensi untuk membeli sebelum akhirnya konsumen benar-benar melakukan pembelian atau pun menunda untuk membeli bahkan tidak jadi membeli.