3.
Bagi peneliti
Dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah. Selain itu, juga dapat menjadi bahan
pembelajaran untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK
Al Amanah Ds. Sindang Jaya Kec. Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2011. Karena salah satu penyebab timbulnya masalah gizi pada anak adalah
kebiasaan makan yang salah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer dengan menggunakan kuisioner dan metode food recall 24 jam. Sedangkan data
sekunder berupa profil sekolah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya, Kab. Tangerang.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Pra Sekolah
1. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah
Menurut Widjaja 2002, periode sesudah masa bayi hingga berusia 5 tahun disebut periode masa pra sekolah. Istilah pra sekolah memang tak
sepopuler balita bawah lima tahun. Padahal keduanya membicarakan anak dalam kurun waktu usia yang kurang lebih sama. Anak pra sekolah adalah
mereka yang berusia 3-6 tahun Monks et al. 1994. Pada usia ini kebutuhan gizinya yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya harus
diperhatikan. Seorang anak yang sehat dan cerdas tentu menjadi dambaan setiap
orang tua. Untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas memang tidaklah mudah. Masa-masa yang sangat menentukan bagi kesehatan dan kecerdasan
manusia adalah pada usia 0 nol sampai dengan 5 lima. Pada masa-masa ini penting bagi seorang ibu untuk memberikan perhatiannya, seperti halnya
perawatan jasmani anak dalam bentuk pemberian gizi seimbang Wahyuni, 2001.
Menurut Hardinsyah dan Martianto 1992, masa seorang anak yang berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa yang
tergolong rawan. Pada umumnya anak perempuan lebih susah makan atau hanya suka pada makanan jajanan yang tergolong hampa kalori dan gizi.
11
Perhatian terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan.
Papalia dan Olds 1987 membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap, yaitu :
a Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
b Masa Bayi atau Tatih, masa bayi 0-18 bulan sedang masa tatih 18-36
bulan. c
Masa Kanak-kanak Pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga dengan masa prasekolah.
d Masa Kanak-kanak Kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai
masa sekolah. e
Masa Remaja, yaitu masa rentang usia 12-18 tahun. Karakteristik anak pra sekolah ditinjau dari teori perkembangan
Psikososial Erikson adalah mampu melakukan partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang
akan dilakukan Latifah Hastuti 2004. Keinginan anak untuk mengambil tindakan sendiri tidak selamanya disetujui oleh orangtuanya. Hal ini dapat
menghambat kebebasan mereka, sehingga mereka menjadi ragu dan timbul perasaan bersalah.
Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional mencantumkan bahwa selain
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, juga terdapat pendidikan pra sekolah Mendikbud, 1989. Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1990, tujuan pendidikan pra sekolah adalah untuk meletakan dasar perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta anak didik di dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan Mendikbud, 1990. Di samping hal tersebut, pendidikan
pra sekolah juga membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga Hawadi, 2001.
Pelchat dan Pliner menemukan beberapa masalah tentang konsumsi makan pada anak yaitu :
a Anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah bahan makanan yang
terbatas b
Kebiasaan makan anak agar makanan secara teratur sangat sulit sekali c
Anak tidak menyukai beberapa makanan seperti sayuran dan buah d
Anak lebih suka mengkonsumsi makanan jenis junk food. Suhardjo 1989 menyatakan anak yang makan 2 kali sehari
merupakan anak yang sering jajan. Di mana jajan yang sering digemari anak-anak adalah jajan yang dibuat sebagian besar bahannya yaitu tepung
terigu dan gula yang hanya mendapatkan tambahan energi sedangkan tambahan zat pembangun dan pengatur sangat sedikit.
Menurut Luke 1984 anak harus diperkenalkan variasi makanan sejak dini. Variasi yang dimaksud tekstur, warna, dan jenis makanan.
Sehingga dapat merangsang makanan yang ditawarkan oleh anak dan membuat suasana makan menjadi hal yang menyenangkan.
Berikan jumlah makanan yang normal pada anak, bukan merupakan masalah jika makanan tersebut tidak dihabiskan. Orang tua terutama ibu
jangan memaksakan makanan pada anak, jika ia tidak menyukai makanan tersebut, hilangkanlah dari menunya untuk sementara waktu, sebelum
mencobanya kembali Addy, 1996. Lund dan Burk dalam Suhrdjo 1989 mengatakan kebutuhan makan
pada anak terbentuk karena adanya motivasi yang ditentukan oleh beragam proses kognitif mencakup persepsi, memori, berfikir dan memutuskan untuk
bertindak. Faktor yang berkaitan langsung dengan kognitif anak yaitu pengetahuan dan kepercayaan anak terhadap makanan, sikap penilaian anak
terhadap makanan.
2. Zat Gizi dan Angka Kecukupan Gizi AKG
Angka kecukupan gizi AKG adalah banyak nya masing-masing zat gizi yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencukupi hampir semua
orang sehat. Untuk Indonesia, AKG yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI Tahun 2004. Tujuan
utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan individu masyarakat Almatsier, 2001.
Kebutuhan untuk bayi dan anak merupakan kebutuhan zat gizi yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan. Anak yang tidak mendapat
gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan terjadinya sel otak dengan konsekuensi sel yang lebih sedikit. Sebaliknya
anak yang mendapat gizi lebih tinggi akan memperoleh kalori yang lebih tinggi juga. Dengan kata lain konsumsi yang melebihi kebutuhan akan
menyebabkan gizi lebih, sebaliknya konsumsi gizi yang kurang menyebabkan kondisi kurang atau defisiensi.
Kekurangan energi terjadi apabila masukan energi lebih sedikit dari penggunaan energi, sehingga tubuh akan mengalami keseimbangan energi
negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya. Bila hal ini terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan
Almatsier, 2003. Menurut Sediaoetama 2006, protein merupakan zat gizi yang sangat
penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein merupakan asam amino dan zat yang penting bagi tubuh
disamping air, lemak, mineral, karbohidrat dan berbagai vitamin. Protein berguna sebagai pembentuk energi dan asupan energi yang ditunjukkan
tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi setiap harinya.
Kebutuhan kalori untuk anak usia pra sekolah 4-6 tahun yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 2004 adalah 1550
Kkal dan 39 gram protein per hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi AKG bagi Anak Pra Sekolah
JENIS ZAT GIZI KELOMPOK USIA
1-3 Tahun 4-6 Tahun
Energi Kkal 1000
1550 Protein g
25 39
Vitamin A RE 400
450 Vitamin D µg
5 5
Vitamin E mg 6
7 Vitamin K µg
15 20
Thiamin mg 0.5
0.6 Riboflavin mg
0.5 0.6
Niacin mg 6
8 Asam folat µg
150 200
Piridoksin mg 0.5
0.6 Vitamin B12 µg
0.9 1.2
Vitamin C mg 40
45 Kalsium mg
500 500
Fosfor mg 400
400 Magnesium mg
60 80
Besi mg 8
9 Yodium µg
90 120
Seng mg 8.2
9.7 Selenium µg
17 20
Mangan mg 1.2
1.5 Fluor mg
0.6 0.8
Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi Tahun, 2004
3. Pengaturan Makan Anak Pra Sekolah
Golongan umur ini masih rawan terhadap infeksi dan penyakit kurang gizi. karena itu nutrisinya diutamakan terhadap kalori dan protein,
ditambah perlunya perhatian terhadap masukan vitamin A dan mineral besi. Jenis makanan keras dapat diberikan seperti pada orang dewasa. Menu yang
dihidangkan hendaknya bervariasi dengan bahan makanan hewani dan nabati yang selalu bergantian Markum, 2002.
Agar dapat menumbuhkan minat dan nafsu makan anak, harus terus- menerus diupayakan berbagai cara. Dalam memberikan makanan,
hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: Santoso, 2004 a.
Porsi makanan tidak terlalu besar. Untuk anak yang banyak makannya, dapat diberikan tambahan makanan
b. Makanan cukup basah tidak terlalu kering agar mudah ditelan anak
c. Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah
dimasukkan ke dalam mulut anak dan mudah dikunyah d.
Tidak berduri atau bertulang kecil e.
Sedikit atau tidak terasa pedas, asam dan berbumbu tajam f.
Bersih, rapi dan menarik dari segi warna dan bentuk g.
Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya sehingga anak tidak bosan dan anak belajar mengenal berbagai jenis bahan makanan dan hidangan
h. Menggunakan alat makan dengan ukuran yang sesuai untuk anak TK.
Tidak berbahaya dapat pecah dan tajam seperti kaca, dan juga dapat dibersihkan dan disimpan dengan mudah dan baik.
Jadwal pemberian makan sama dengan orang dewasa, yaitu tiga kali
makanan utama pagi, siang dan malam dan dua kali makanan selingan di antara dua kali makanan utama. Makanan yang dikonsumsi, yang
dianjurkan adalah makan seimbang yang terdiri atas: Santoso, 2004 a.
Sumber zat tenaga, misalnya nasi, roti, mie, bihun, jagung, ubi, singkong, tepung-tepungan, gula dan sebagainya
b. Sumber zat pembangun, misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-
kacangan, tahu, tempe dan sebagainya c.
Sumber zat pengatur, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan terutama yang berwarna hijau dan kuning.
4. Makanan bagi Anak Pra Sekolah
Menurut Pudjiadi 1993 penyakit gangguan gizi seperti KKP, defisiensi vitamin A dan sebagainya terdapat terutama pada golongan umur
ini, karena anak-anak dari golongan sosial-ekonomi rendah jarang mengunjungi balai pengobatan. Pemerintah berusaha agar anak prasekolah
dapat perawatan kesehatan yang baik dengan tersebarnya balai pengobatan puskesmas di kota maupun desa dan posyandu, diantaranya untuk memberi
nasihat gizi. Bagi anak-anak dari golongan sosio-ekonomi menengah ke atas,
umur permulaan masuk sekolah tidak 7 tahun melainkan jauh lebih muda. Pada umur dua setengah atau tiga tahun mereka sudah dikirim ke play group,
untuk diteruskan ke Taman Kanak-kanak pada umur 4-6 tahun. Walaupun jam sekolah hanya 2-3 jam sehari dan 3-4 kali seminggu, sebaiknya
diperhatikan jam-jam makn anak-anak tersebut jangan sampai merasa lapar. Beberapa sekolahan play group menyediakan makanan bagi murud-
muridnya walaupun tidak saban hari sekolah. Mereka harus dapat makan pagi sebelum pergi ke sekolah dan makan siang atau snack begitu pulang di
rumah Pudjiadi, 1993.
Tabel 2.2 Makanan bagi Anak Pra Sekolah
Makan pagi Makan siang
Makan malam
a Bubur beras
atau roti
diolesi dengan
mentega margarin
b Telur, daging
atau ikan c
Satu gelas
susu a
Nasi b
Daging, ayam,
ikan, telur, tahu atau tempe
c Sayur
seperti tomat,
wortel, bayam
d Satu gelas susu
a Nasi roti diolesi
dengan mentega
margarin
b Daging, ayam,
ikan, telur, tahu atau tempe
c Sayur mayur
d Buah
atau puding
e Satu gelas susu
Sumber: Ilmu Gizi Klinis pada Anak Tahun, 1993
Di antara makan pagi dan siang, juga antara makan siang dan malam anak dapat diberi snack seperti biskuit, keju, kue basah, es krim. Jangan
memberikan makanan tersebut terlalu banyak hingga mengganggu nafsu makannya di waktu makan siang atau malam Pudjiadi, 1993.
B. Masalah Gizi Anak Usia Pra Sekolah
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka anak usia pra sekolah yaitu 4-6 tahun termasuk golongan masyarakat yang disebut kelompok
rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah terkena kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang
relatif pesat, dan memerlukan zt-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar Santoso, 2004.
Menurut Santoso 2004, ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gizi. penyakit-penyakit ini dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
1 Penyakit gizi lebih obesitas
2 Penyakit gizi kurang malnutrition, undernutrition
3 Penyakit metabolik bawaan inborn erros of metabolism
4 Penyakit keracunan makanan food intoxication.
C. Masalah Gizi di Wilayah Puskesmas Sindang Jaya
Masih tingginya gizi buruk diwilayah PKM Sindang Jaya yaitu sebanyak 66 balita 0.29. Selain itu, masih rendahnya kesadaran keluarga bahwa anak
adalah aset keluarga yang bernilai ekonomi juga membuat masyarakat yang mempunyai balita dengan gizi buruk sulit untuk diajak berobat karena
keterbatasan biaya dan tidak adanya pemahaman bahwa anak sehat adalah aset yang baik bagi keluarga.
Tabel 2.3 Status Gizi Balita Kecamatan Sindang Jaya
Tahun Gizi Buruk Kurang Gizi
Gizi Baik Gizi Lebih
2005 73
459 5325
36 2006
36 384
11015 59
2007 24
218 4630
7 2008
66 483
6021 23
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Sindang Jaya
D. Kebiasaan Makan