Penolakan Ratifikasi DCA oleh Parlemen Indonesia

28

B. Penolakan Ratifikasi DCA oleh Parlemen Indonesia

Awal wacana penolakan DCA digulirkan oleh seorang analis hukum internasional, Hikmahanto Juwana. Pada tanggal 25 April 2007, DCA mendapat protes dari pakar hukum ini, bahwa: “DCA bukanlah prioritas bagi Indonesia”. DCA yang berlatarbelakang untuk latihan militer, belum perlu dilakukan antara Singapura dan Indonesia. Untuk itu, DCA sebelum ditandatangan oleh kedua pemerintah, mendapatkan respon negatif oleh Guru Besar Hukum Internasional tersebut. 14 Senada dengan Hikmahanto, Amin Rais yang pernah menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR, menilai bahwa DCA lebih memberi keuntungan ke Singapura. Indonesia sebagai pihak yang diajak kerja sama tidak memperoleh hasil positif dari DCA. Respon mantan Ketua MPR ini memberi sinyal bahwa proses DCA harus dihentikan karena tidak menghasilkan apa-apa buat Indonesia. 15 Dengan melihat reaksi para tokoh di atas, maka Menhan kemudian memberi pernyataan ratifikasi tentang DCA. Pada tanggal 30 April 2007, Juwono Sudarsono menjelaskan bahwa DCA akan meningkatkan kemampuan militer Indonesia. Sejumlah fasilitas juga akan diberi dari Singapura sebagai sarana latihan. 16 Berikut gambar peta wilayah Indonesia yang disepakati oleh Menhan Juwono Sudarsono dan Menhan Singapura Theo Chee Hean. 14 Tra, “DPR Diminta Tunggu Penyerahan Dokumen Penolakan Perjanjian Kerja Sama RI-Singapura Terburu-buru ,” Kompas, 27 Juni 2007, h. 4. 15 Ibid. 16 Ibid. 29 Gambar III. 1 Peta Wilayah DCA Singapura dan Indonesia Sumber : www.kemlu.go.id Gambar di atas adalah wilayah Indonesia yang dapat digunakan oleh Singapura untuk menggelar latihan militer. Pada tanggal 1 Mei 2007, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso pun menyatakan dukungan bagi DCA dengan memastikan bahwa tidak ada wilayah Indonesia yang ditukar melalui perjanjian terkait. Beliau menanggapi, bahwa DCA murni untuk latihan militer. DCA Singapura dan Indonesia merupakan peluang kedua negara untuk latihan dengan peralatan modern di wilayah Indonesia. Pada tanggal 3 Mei 2007, Hassan Wirajuda meminta agar anggota Komisi 1 DPR memandang DCA secara menyeluruh. DCA bukanlah proses menjual wilayah Indonesia. DCA disepakati sebagai kerangka kerja area latihan dan transfer teknologi di bidang militer. 17 17 Ibid. 30 Pada tanggal 14 Juni 2007, Dewan Perwakilan Daerah DPD Indonesia pun ikut mempertimbangkan DCA. 18 DPD mengambil langkah untuk mengirim surat ke DPR agar klausul-klausul perjanjian dengan Singapura itu dapat direvisi. Perjanjian tersebut harus saling menguntungkan bagi Indonesia dan Singapura. Lain lagi dengan pendapat Yusron Ihza Mahendra Wakil Ketua Komisi 1 DPR di periode 2004-2009 pada saat yang sama. Menurutnya, negara Indonesia tidak dapat diganti dengan DCA. 19 Maksudnya, wilayah teritori Indonesia tidak bisa ditukar dengan sebuah perjanjian pertahanan dengan negara lain. Latihan pertahanan di wilayah Indonesia dapat memberi akses negara lain untuk mengetahui kelemahan pertahanan kita. Ini tidak dapat diterima hingga kapanpun. Pada 24 Juni 2007, mayoritas anggota Komisi 1 DPR yang membidangi masalah pertahanan dalam negeri menolak DCA. Memakai istilah Yuddy Chrisnandi yang saat itu menjadi anggota Komisi I DPR, bahwa kerjasama pertahanan ini tidak bermanfaat nyata bagi kepentingan nasional Indonesia. 20 Artinya, DCA tidak memberikan manfaat yang utama untuk Indonesia. Seperti halnya dikemukakan Mahfudz Siddiq, salah satu anggota DPR pada 4 Juli 2007 di Jakarta, pemerintah perlu meninjau kembali DCA. Ini terutama terkait pasal-pasal yang merugikan kepentingan negara agar ada perbaikan. 21 Siddiq terutama memprotes pasal 3 tentang penggunaan peluru kendali sebanyak 4 kali dalam setahun di Area Bravo, yang 18 Ibid. 19 Lihat “DPR Pertanyakan Kelanjutan DCA Pada Pemerintah Jakarta,” website Wartaterkini, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http:www.wartaterkini.com927442dpr-pertanyakan-kelanjutan-dca-pada- pemerintah.htm 20 Lihat “DCA RI-Singapura Mahasiswa Menolak Latihan Militer Asing,” Kompas, 28 Juni 2007, h.4. 21 Saat itu, Mahfudz Siddiq masih menjabat di anggota Komisi II DRP RI dan tahun 2010, terpilih sebagai Ketua Komisi I. Pernyataan ini sebagai mewakili suara dari Partai Keadilan Sejahtera PKS sebagai par tai pendukung pemerintah. Lihat Sut, dkk., “Perjanjian Pertahanan DPR Minta Presiden Tinjau Ulang DCA,” Kompas, 5 Juli 2007, h. 1. 31 menurutnya perlu diminimalisir. Bagi Siddiq, intensitas latihan peledakan peluru kendali tersebut terlalu banyak dan dapat merusak ekosistem Indonesia. Tanpa merevisi klausul yang merugikan ini, DCA tidak dapat diratifikasi. Hanya bila kalau kepentingan nasional sudah terpenuhi, maka DPR akan menyetujuinya. Tabel di bawah ini menunjukkan berbagai opini menjelang penolakan ratifikasi DCA: 22 Tabel III.2 Opini Publik di Indonesia Menjelang Penolakan Ratifikasi DCA No Tanggal Keterangan 1 23 April 2007 Pembahasan perjanjian kerja sama di Singapura selesai 2 25 April 2007 Hikmahanto Juwana Pakar Hukum Internasional menilai perjanjian tak efektif sedangkan Lee Kuan Yew tidak mengkhawatirkannya 3 27 April 2007 Penandatanganan perjanjian di Istana Tampak Siring, Bali 4 28 April 2007 Amien Rais menilai perjanjian DCA itu hanya mengungtungkan Singapura 5 30 April 2007 Menhan Juwono Sudarsono siap memberi penjelasan tentang DCA 6 1 Mei 2007 Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto menegaskan, tidak mungkin menjual negara dalam perjanjian kerja sama itu 7 3 Mei 2007 Menlu Hassan Wirajuda ingin Komisi I DPR melihat perjanjian itu secara utuh 8 14 Juni 2007 DPR menolak kerja sama pertahanan 9 25 Juni 2007 Dalam rapat kerja dengan Menlu, Komisi I DPR berkesimpulan menolak perjanjian kerja sama pertahanan dengan Singapura. Sumber: Tra, “DPR Diminta Tunggu Penyerahan Dokumen,” Kompas, 27 Juni 2007, h. 4. 22 Ibid. 32 Pada intinya, DPR Indonesia menolak perjanjian kerja sama keamanan dengan Singapura. dengan penilaian bahwa Indonesia sebagai pemberi lahan latihan merasa sangat dirugikan dan menguntungkan Singapura. Analis LIPI, Ikrar Nusa Bakti, menyatakan bahwa pasal- pasal DCA tidak secara jelas mengklarifikasi keuntungan bagi DCA. Bahkan, DCA berpotensi merugikan karena mengatur kegiatan latihan militer di Area Bravo dan Alfa yang sebenarnya merupakan zona ekonomi Indonesia. Hal-hal ini membuat DPR memutuskan untuk menolak ratifikasi DCA.

C. Upaya Singapura Mewujudkan DCA di Indonesia