Counter Human Trafficking dari Indonesia

38 menembakkan peluru ke laut akan berakibat kepada kerusakan lingkungan. 3 Hal ini dikarenakan, getaran bahkan api dari peralatan militer dapat membunuh ikan serta terumbu karang laut. Singapura menghindari hal ini terjadi di wilayahnya. Indonesia sendiri dianggap memiliki ruang yang cocok untuk latihan militer karena luas lautannya. Bagi Singapura, Indonesia memiliki banyak lokasi untuk melepaskan peluru dari peralatan militernya. Ekosistem laut Singapura sangat terbatas, sehingga perlu merawat dan menjaga agar kelestariannya tetap terjaga. Straits Times Singapura memberitakan bahwa Singapura sangat menjaga keindahan lautnya sebagai daya tarik datangnya wisatawan. 4 Tan Sri Lim Pemilik Genting Group dan Resort World Sentosa RWS menargetkan 17 juta wisatawan pada tahun 2013 datang ke Singapura. 5 Wisatawan akan diperlihatkan keindahan kehidupan laut yang ada di Singapura. Kenyamanan dan ketenangan diciptakan sehingga menjadi daya tarik bagi para turis mancanegara. Dalam hal ini, latihan militer di wilayah Singapura diupayakan seminim mungkin. Kalau saja militer Singapura berlatih di pantainya, selain mengkhawatirkan para tamu wisata, lingkungan laut akan ikut rusak akibat percobaan tembakan ke laut.

B. Counter Human Trafficking dari Indonesia

DCA direncanakan untuk melegitimasi latihan militer di Area Bravo, Alfa 1 dan Alfa 2. Latihan ini meliputi pertukaran informasi, counter-terrorism dan latihan bencana alam di Area Bravo dan Alfa. Ini merupakan area yang sebenarnya strategis dalam jalur human trafficking perdagangan manusia menuju Singapura. Dalam peta berikut terlihat bahwa area 3 Ikrar Nusa Bhakti, “Antara Uang dan Ruang,” Kompas, 7 Juni 2007, h. 6 4 Lihat, “ New Experiences On The Quantum,” website Straittimes, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dalam http:www.straitstimes.comstprint1762741 5 Harry Susilo, “Menikmati Sensasi Bawah Laut,” website Kompas, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dalam http:tekno.kompas.comread2013031503472085menikmati.sensasi.bawah.laut 39 yang menjadi tempat latihan militer dalam DCA merupakan jalur lalu lintas perdagangan manusia : Gambar IV.1 Peta Selat Malaka dan Area DCA Sumber: www.fkpmaritim.org 6 Gambar di atas menunjukkan bahwa area latihan militer yang direncanakan DCA ada di wilayah Selat Malaka. Garis tebal di atas, merupakan jalur pelayaran kapal-kapal yang memuat barang. 7 Adapun 72 lalu lintas laut di Selat Malaka dilalui oleh kapal-kapal yang membawa minyak dan mesin-mesin baik dari ataupun menuju negara di Afrika, Eropa, dan 6 Robert Mangindaan, “Response to Emerging Maritime Security Issues and The Role of ASEAN Militaries and Related Security Agencies: Indonesia Case,” website Fkpmaritim, artikel diakses pada 8 Maret 2014 dari http:www.fkpmaritim.orgresponses-to-emerging-maritime-security-issues-and-the-role-of-asean- militaries-and-related-security-agencies-indonesia-case 7 Agus S. Djamil, “Negeri Di Batas Dua Samudra Menggenggam Urat Nadi Ekonomi Dunia,” artikel diakses pada 8 Maret 2014 dari http:io.ppijepang.orgjfilesInovasi-Vol06-Mar2006.pdfpage=15 40 Asia Timur. Sehingga Singapura terus menjaga keamanan lautnya dengan menghadirkan latihan militer di wilayahnya. Skripsi ini berargumen bahwa ada maksud meningkatkan jumlah kehadiran militer Singapura di Area Bravo dan Alfa 1, 2 untuk tujuan counter human trafficking. 8 Menurut Christopher Coker, kehadiran militer berfungsi untuk menjaga keamanan. 9 Terkait dengan DCA, latihan bersama di wilayah Indonesia sebagai monitoring keamanan bagi Singapura untuk bebas dari human trafficking. DCA mengatur latihan bagi Singapura selama di Indonesia. Singapura boleh latihan selama tujuh hari setiap minggu dengan melakukan koordinasi pada Indonesia. Meskipun kehadiran militer Singapura di area ini tidak bersifat permanen, namun periode latihan dapat digunakan untuk memantau situasi perairan yang merupakan jalur human trafficking. Latihan ini bisa dalam bentuk mencoba menjalankan kapal tempur dengan diawali koordinasi dengan pihak Indonesia sebagai pihak pemilik wilayah. Walau tidak secara aktif melakukan latihan militer bagi Singapura, keberadaannya dapat mengurangi human trafficking di wilayahnya. Selain itu, apabila diakumulasi, semua bentuk latihan militer yang diatur DCA memungkinkan militer Singapura untuk hadir di Area Bravo dan Alfa 1, 2 setiap bulan. Latihan militer tersebut dalam bentuk latihan terbang, Search and Rescue SAR, intelijen, dan latihan di laut. Ini secara tidak langsung mempersempit ruang bagi praktik human trafficking . 8 Dalam pasal 3 disebutkan, Singapura dapat menembakkan peluru kendali sebanyak 4 kali dalam setahun di area Bravo. 9 Christopher Coker, Ethics and War in the 21 st Century New York: Routledge, 2008, h. 7. 41 Selain masalah human trafficking dari Area Bravo dan Alfa 1,2 memang menjadi masalah serius bagi Singapura. Ada juga masalah yang kejahatan di bidang pembajakan di wilayah perairannya. Dari data International Maritim Beureau, Singapura pada tahun 2005 memiliki 7 kasus pembajakan. Sedangkan, di Selat Malaka terdapat 12 kasus pembajakan. 10 Data pembajakan jalur laut yang tidak aman ini menciptakan beragam masalah seperti pekerja ilegal, penyelundupan narkoba, terorisme dan pengungsi. Masalah pembajakan dan human trafficking banyak terjadi di Singapura disebabkan ramainya lalu lintas perairan di Selat Malaka. Singapura memiliki bisnis utamanya pada jasa pelabuhan. Karenanya pengamanan Selat Malaka itu sangat strategis dan DCA memberi akses bagi Singapura untuk hadir lebih intens di kawasan ini. Adanya latihan bersama di Alfa 1, 2 dan Area Bravo, merupakan langkah antisipasi Singapura dari ancaman transnasional yang terjadi di Selat Malaka. Bagi Singapura, Indonesia tidak memiliki kapasitas border security yang bisa diandalkan untuk mencegah masalah transnasional terjadi di Selat Malaka. Lemahnya penjagaan perairan Indonesia berakibat pada ketidakamanan Singapura. Menurut Menteri Pertahanan Singapura, Teo Chen Hean, penjagaan keamanan Selat Malaka adalah tanggung jawab tiga negara pesisir yaitu Malayasia, Indonesia, dan Singapura. 11 Oleh karena itu, Singapura melangsungkan DCA bersama Indonesia untuk menjaga keamanan di Selat Malaka. 10 Ichsan Maulidy, “Kerjasama Keamanan Indonesia, Malaysia, Singapura Dalam Mengatasi Masalah Pembajakan di Perairan Selat Malaka 2004- 2009,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011, h. 27. 11 Serene Chua Pui Hong, “Maritime Security: Possibilities for Terrorism and Challenges for Improvement ,” website Mindef, artikel diakses pada 8 Maret 2014 dari http:www.mindef.gov.sgimindefpublicationspointerjournals2006v32n2feature4.print.html?Status=1 42 Ketidakpercayaan Singapura terhadap keamanan border management Indonesia membuat Singapura mencari jalan lain untuk terlibat dalam keamanan Selat Malaka. Dalam hal ini, DCA adalah salah satu cara agar Singapura dapat memiliki akses yang lebih luas untuk menjaga arus trafficking yang bisa masuk ke negara Singapura dari Selat Malaka.

C. Membantu Koordinasi Pengamanan Aset Singapura di Perbatasan Indonesia