Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dan Singapura adalah dua negara tetangga yang berbatasan laut. 1 Hubungan kedua negara ini sudah berlangsung sejak tahun 1965, ketika Singapura dalam proses memisahkan diri dari Malaysia. 2 Satu tahun setelahnya, keduanya mulai mengembangkan berbagai kemitraan resmi di level bilateral maupun multilateral. Skripsi ini membahas salah satu kerja sama Singapura dan Indonesia di bidang pertahanan melalui Defence Cooperation Agreement DCA. DCA adalah kerja sama pertahanan antara Singapura dengan Indonesia. Perjanjian ini disepakati oleh kedua pemerintah di Bali pada tanggal 27 April 2007. DCA ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Menhan Juwono Sudarsono bersama Menhan Singapura Theo Chee Hean dengan disaksikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Kesepakatan dua pemerintah ini pada intinya adalah agenda latihan militer bersama kedua negara. DCA ini dapat dijalankan setelah diratifikasi kedua negara untuk berlaku selama 25 tahun. 3 1 Singapura memiliki luas 760 m². Wilayah Singapura berdekatan dengan Indonesia serta Malaysia. Lihat Iva Rachmawati, “Diplomasi Perbatasan Dalam Rangka Mempertahankan Kedaulatan NKRI” dalam Ludiro Ma, Aryanta Nugraha, Nikolaus Loy, dan Fauzan, dkk, ed., Mengelola Perbatasan Indonesia Di Dunia Tanpa Batas: Isu, Permasalahan dan Pilihan Kebijakan Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, h. 99. 2 Alex Josey, Lee Kuan Yew: Perjuangan Untuk Singapura Jakarta: Gunung Agung, 1982, h. 154. 3 Pankaj Kumar Jha , “Singapore-Indonesia Extradition Treaty and Defence Cooperation,” website IPCS, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http:www.ipcs.orgarticlesoutheast-asiasingapore-indonesia- extradition-treaty-an 2 Meskipun sudah ditandatangani, DCA belum dapat diberlakukan. Ini dikarenakan pihak Indonesia gagal meratifikasinya ketika mayoritas anggota parlemen Dewan Perwakilan Rakyat DPR menentang kesepakatan ini pada tahun 2007. 4 DPR berargumen bahwa DCA dapat merugikan kepentingan nasional, terutama karena adanya klausul yang membolehkan Singapura berlatih militer di daerah Sumatera. Terlebih lagi, seperti dikemukakan oleh Yuddy Chrisnandi, Anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar pada masa itu, DCA ditolak karena kerjasama pertahanan tersebut belum menawarkan keuntungan yang jelas. Kegagalan ratifikasi Indonesia ini mengecewakan Singapura. Berbagai cara pun dilakukan dengan mengubah klausul-klausul perjanjian kerjasama pertahanan DCA agar lebih persuasif bagi parlemen Indonesia. Dimulai sejak tahun 2009, Singapura mengupayakan revisi draft perjanjian DCA. Dalam hal ini, Singapura memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk merubah klausul-klausul draft DCA agar dapat disetujui parlemen. Ini tentu saja dengan catatan perubahan yang dilakukan tidak boleh merombak inti materi perjanjian. Singapura pun menyandingkan DCA dengan perjanjian ekstradisi yang merupakan kepentingan Indonesia terhadap Singapura. Sebagaimana dinyatakan tanggal 16 Juli 2007 oleh Menteri Pertahanan Singapura, Teo Chee Hean, bahwa Perjanjian Ekstradisi, tanpa ratifikasi DCA juga akan ikut batal karena merupakan satu paket kesepakatan bersama. 5 Kedua perjanjian tersebut saling mengikat, mengingat bahwa Perjanjian Ekstradisi diajukan oleh Indonesia dan DCA diajukan oleh Singapura. Sehingga, perjanjian ini menjadi dua perjanjian yang ditandatangani secara 4 Wang Hongjiang, “Indonesia Singapore to Put aside Defense Cooperation Agreement,” website Xinhuanet, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http:news.xinhuanet.comenglish2007- 1009content_6850000.htm 5 “Speech by Mr Teo Chee Hean, S’pore Minister for Defence,” website Asione, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http:news.asiaone.comNewsAsiaOne+NewsSingaporeStoryA1Story20070716-18581.html 3 bersama dalam satu waktu. Kalau salah satu dari perjanjian tersebut tidak dapat disepakati, maka perjanjian yang lain ikut batal. Pada tahun 2009, dua tahun setelah kegagalan ratifikasi DCA, Singapura menyatakan bahwa negaranya akan terus mengupayakan disepakatinya perjanjian tersebut. 6 Ini berlanjut pada tahun 2010 ketika Singapura mengaitkan DCA dengan bantuan Singapura di bidang pertahanan kepada Indonesia. 7 Bantuan Singapura ini berupa pendanaan pendirian sekolah instruktur penerbang tempur di Indonesia. 8 Sebagai imbal balik bantuan ini, Indonesia memberikan Singapura izin untuk menggelar latihan di wilayah Alfa 1 dan 2 serta wilayah Bravo Indonesia, tepatnya di daerah Kepulauan Riau pada 8 Desember 2010. Selanjutnya pada tanggal 14 September 2011, Wakil Perdana Menteri Singapura Teo Chee Hean mengagendakan bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro. 9 Dalam pertemuannya, Teo mengungkapkan ketertarikannya dalam pengembangan industri pertahanan Indonesia untuk produksi pesawat tempur. Diharapkan, industri tersebut dapat saling memperkuat alat utama sistem pertahanan alusista. Selain itu, Teo juga menemui Presiden Indonesia untuk membicarakan isu keamanan regional. Usaha 6 “Singapore-Indonesia Defense Talks at Stalemate,” website Asione, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http:news.asiaone.comNewsLatest2BNewsAsiaStoryA1Story20090312-127946.html 7 Bantuan ini direalisasikan pada tahun 2011. 8 Rabu, 8 Desember 2010 menandai tiga dekade kerja sama pertahanan antara SIngapura dan Indonesia. Pada kesempatan itu, Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean dan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro mengunjungi latihan terbang pesawat Elang Indopura di Bali. Ini adalah penanda, hubungan Singapura dan Indonesia dalam bidang pertahanan begitu erat. Lihat “Singapore and Indonesia Marks 3 0 Years of Joint Defense Exercise,” website Asione, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http:news.asiaone.comNewsAsiaOne2BNewsSingaporeStoryA1Story20101209-251792.html, Lihat pula Har, “RI-Singapura kerjasama,” Kompas, 9 Desember 2010, h. 2. 9 “Deputy Prime Minister MR Teo Chee Han, Coordinating Minister For National Security MR Teo Chee Hean Calls On Indonesian President Susilo Bambang Yudh oyono,” website News gov. sg, artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http:www.news.gov.sgpublicsgpcenmedia_releasesagenciesnscspress_releaseP-20110914- 1.html?AuthKey=1086a76d-f72b-d541-81ee-7d3c28ef0bad 4 dari Wakil PM Singapura tersebut lagi-lagi merupakan bagian dari agenda merealisasikan DCA yang belum diratifikasi di Indonesia. Bahkan pada tahun 2012, lima tahun setelah penandatanganan DCA, Singapura masih berusaha untuk mewujudkan perjanjian tersebut. Pada 14 Maret 2012, dilakukan pertemuan antara Perdana Menteri Lee Hsien Loong dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Bogor, Indonesia. Mereka membicarakan sejumlah bidang strategis, diantaranya adalah realisasi perjanjian ekstradisi dan DCA. Menurut Lee, Indonesia diharapkan dapat merampungkan pembahasan rancangan revisi perjanjian DCA dengan segera. 10 Ini akan menguatkan dukungan Singapura terhadap Indonesia di berbagai sektor strategis. Sampai tahun 2013 ketika skripsi ini ditulis, DPR Indonesia masih menolak ratifikasi DCA. Di sisi lain, Singapura masih melanjutkan lobi dan persuasinya dengan berbagai cara agar kerja sama pertahanan ini terwujud. Bagi penulis, ini mengundang tanda tanya tentang kepentingan nasional Singapura dalam DCA. Apa yang membuat latihan militer ini begitu penting sehingga diperjuangkan Singapura selama bertahun-tahun? Hal tersebut akan menjadi fokus analisis dalam skripsi ini.

B. Rumusan Masalah