BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan OHI Murid
Hasil penelitian pada kedua kelompok sebelum dilakukan penyuluhan, murid telah memiliki pengetahuan awal yang baik yaitu mengenai plak dapat dibersihkan
dengan menyikat gigi, waktu yang tepat untuk menyikat gigi, gigi berlubang disebabkan makan makanan yang mengandung gula, seluruh permukaan gigi harus
disikat dan menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor merupakan kebiasaan yang baik. Pengetahuan awal yang baik ini mungkin sudah
pernah diperoleh dari media TV, koran, orang tua maupun penyuluhan yang pernah diterima. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Natalina 2008, orang tua,
media cetak dan telivisi berperan memberikan informasi tentang kesehatan gigi. Pengetahuan yang belum baik, sebelum dan sesudah penyuluhan pada kedua
kelompok yaitu fluor dapat mencegah gigi berlubang, gejala gigi berlubang, jenis makanan yang tidak mudah merusak gigi dan proses terjadinya lubang gigi. Hal ini
perlu mendapat perhatian para penyuluh, mungkin penjelasannya tidak jelas sehingga nilai pengetahuan tetap tidak berubah.
Nilai pengetahuan yang sudah baik pada kelompok perawat gigi sesudah penyuluhan ada penurunan nilai yang seharusnya naik. Gudykunst dan Kim 1984
mengatakan bahwa kemampuan memberikan pemahaman yang kemudian memunculkan opini pada seseorang bukan karena kemampuan teknis semata dari
Universitas Sumatera Utara
komunikator sebagai pemberi pesan, tetapi adalah kemampuan memahami dari penerima pesan. Mengacu pada teori tersebut, ada kemungkinan subjek penelitian
mendapatkan informasi dengan sangat teoritis. Ini disebabkan pemberi penyuluhan adalah seseorang yang memang mempunyai keahlian dalam perawatan gigi. Hanya
saja ada kemungkinan pesan yang disampaikan teknis sehingga tidak memberikan kesan terhadap pengetahuannya.
Murid-murid sudah mempunyai sikap yang baik sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan yaitu mengenai menyikat gigi tanpa disuruh orang tua,
menyikat gigi malam sebelum tidur, mau ke dokter gigi sekali enam bulan untuk memeriksakan gigi, mau menambal gigi yang berlubang, dan lebih memilih jajan
kacang-kacangan dari pada permen dan es krim. Sikap yang masih kurang baik sesudah penyuluhan adalah mengenai tidak mau punya gigi yang berlubang karena
menimbulkan bau busuk, malas ke dokter gigi karena gigi tidak ada yang sakit, penampilan akan menjadi jelek bila gigi saya berlubang, tidak mau memakai sikat
gigi secara bersama dan lebih suka menyikat gigi sewaktu mandi karena praktis. Materi ini perlu mendapat perhatian bagi tenaga penyuluh sewaktu memberikan
penyuluhan karena setelah penyuluhan nilai materi ini tetap belum baik. Masih banyaknya sikap yang mendapatkan nilai yang kurang baik sebelum dan setelah
diberikan penyuluhan, mungkin karena penyuluhan dengan metode ceramah saja tidak cukup untuk meningkatkan nilai sikap, harus dikombinasikan dengan diskusi
kelompok dan frekuensinya harus lebih sering. Dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan
Universitas Sumatera Utara
pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi Taufik, 2007. Teknik pervasion pengulangan, dengan melakukan komunikasi secara berulang-ulang
tentang hal yang sama akan dapat merubah perilaku murid. Tindakan yang sudah baik sesudah satu minggu penyuluhan adalah mengenai
menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor, menyikat gigi malam sebelum tidur dan sesudah sarapan, seluruh permukaan gigi disikat dan tidak
menggunakan sikat gigi secara bersama. Terjadi penurunan OHI sesudah dilakukan penyuluhan. Hal ini karena sesudah penyuluhan dan praktik menyikat gigi murid
sudah mengerti dan mampu menyikat gigi dengan baik sehingga penurunan nilai OHI menandakan tingkat oral higiene menjadi lebih baik. Hal ini menunjukkan
penyuluhan dengan metode demonstrasi dan diberi kesempatan mencoba sendiri terhadap murid untuk menyikat gigi sangatlah cocok untuk merubah perilaku.
5.2 Efektivitas Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Perawat Gigi dan Guru