Efektivitas Penyuluhan Yang Dilakukan Oleh Perawat Gigi Dan Guru Orkes Dalam Meningkatkan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid SD Negeri 060973 Di Kecamatan Medan Selayang
EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN
MEDAN SELAYANG
T E S I S
Oleh :
YETTI LUSIANI 057013029/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
(2)
EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN
MEDAN SELAYANG
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh : YETTI LUSIANI
057013029/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(3)
Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
Nama Mahasiswa : Yetti Lusiani Nomor Induk Mahasiswa : 057013029
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M.) (Drs. Tukiman, M.K.M.) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
(4)
Telah diuji
Tanggal 12 April 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M. Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M.
2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si
(5)
PERNYATAAN
EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN
MEDAN SELAYANG
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Maret 2010
(6)
ABSTRAK
Penyuluhan kesehatan gigi pada murid sekolah dasar merupakan pelaksanaan upaya promotif yang bertujuan untuk mengubah perilaku murid meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga terwujud perubahan perilaku yang baik. Berdasarkan survei pendahuluan di SD Negeri 060973 Kecamatan Medan Selayang oral higiene indeks rata-rata murid 2,55, penyuluhan kesehatan gigi dilakukan oleh perawat gigi dan penyuluhan tidak terjangkau untuk semua kelas. Dalam kaitan itu direncanakan suatu penyuluhan kesehatan gigi dengan memberdayakan guru orkes.
Tujuan penelitian untuk membandingkan efektivitas penyuluhan kesehatan gigi yang dilakukan oleh guru orkes dengan perawat gigi. Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian eksperimen pre-test and post-test group
design. Populasi terdiri atas murid Sekolah Dasar Negeri 060973 di Kecamatan
Medan Selayang, dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive sampling, analisis data dilakukan dengan memakai uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah penyuluhan dan setelah satu minggu penyuluhan terjadi kenaikan rata-rata nilai yang signifikan untuk pengetahuan, sikap dan Oral Higiene Indeks oleh guru orkes, signifikan untuk sikap dan Oral Higiene Indeks oleh perawat gigi. Kenaikan rata-rata nilai tindakan signifikan untuk kedua kelompok. Penyuluhan yang dilakukan oleh guru orkes lebih efektif dibandingkan dengan penyuluhan oleh perawat gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene. Pengetahuan dan sikap kenaikannya tidak signifikan namun signifikan pada Oral Higiene Indeks. Setelah satu minggu penyuluhan oleh guru orkes efektivitasnya masih lebih baik dibandingkan perawat gigi pada peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan dan Oral Higiene Indeks, namun yang signifikan sikap dan Oral Higiene Indeks.
Dinas Kesehatan Kota Medan harus lebih mengintensifkan kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Pendidikan Kota Medan, melakukan kerjasama antara unit pelayanan kesehatan gigi puskesmas dengan kepala-kepala sekolah, melakukan pelatihan untuk guru orkes oleh dokter gigi puskesmas dengan menggunakan pedoman yang telah dibuat Dinas Kesehatan Kota Medan, dan perlu mengkombinasikan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.
Kata kunci : penyuluhan, pengetahuan, sikap, tindakan, OHI.
(7)
ABSTRACT
Dental health education in primary school is a promotive effort which purposing to change students’ behaviors covering knowledge aspect, attitude and action in achieving a good health behavior. Based on previous survey done in state primary school 060973 District Medan Selayang showed that oral hygiene index students average was 2,55,dental health education carried out by dental nurse and education was not covered for all classes. In that case a dental health education model was planned for physical exercise teacher.
The purpose of this research was to compare the effectiveness of dental health education by dental nurse and physical exercise teacher. The type of this research was quasi experiment with pre and post test control group design. Population consisted of elementary school students in District Medan Selayang, with the number of sample of 78 students. The sample was taken with purposive sampling, data analysis was done by using t-test.
The results of research showed that after educating and a week after it there were increasing significant averages of knowledge, behaviour and oral hygiene index in physical exercise teacher group and significant for behavior and Oral Hygiene Index in dental nurse group. In both education groups there were increasing average significant action. Physical exercise teacher education was more effective than dental nurse’s education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index. There were no significant increments for knowledge and behavior except for Oral Hygiene Index. After a week, physical exercise teacher group education was more effective than dental nurse group education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index aspect, only action and Oral Hygiene Index were significant.
The District of Health of Medan City should be more intensive of cross-sectoral cooperation with the Medan City Education , the cooperation between units of dental health services with school principals, performed training for physical exercise teacher by dentist using guidelines that have been made by Medan City Departement of Health, and necessary to combined educational method appropriate to the needs of the target.
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Efektivitas Penyuluhan yang Dilakukan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes dalam Meningkatkan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Murid SD Negeri 060973 di Kecamatan Medan Selayang”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K).
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan juga
(9)
kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M., selaku ketua komisi pembimbing dan Drs. Tukiman, M.K.M., selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dan Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku penguji tesis atas masukan dan saran-saran perbaikan mulai dari proposal hingga penulisan tesis ini
Selanjutnya terima kasih juga kepada Tiorlina Siahaan, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 060973 Kecamatan Medan Selayang Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri 060973 Medan.
Terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Drg. H. Rustam Latif dan Ibunda Hj. Masna Isa atas segala jasanya sehingga penulis selalu mendapatkan pendidikan terbaik. Teristimewa buat suami tercinta Drg. H. Amir Salim, M.Kes dan ananda tersayang Rahmat Saleh dan Annisa Athirah yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan do’a serta rasa cinta yang dalam setia
(10)
menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Maret 2010 Penulis
(11)
RIWAYAT HIDUP
Yetti Lusiani lahir pada tanggal 18 Juni 1970 di kota Medan, anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Drg. H. Rustam Latif dan Ibunda Hj. Masna Isa. Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Harapan2 Medan selesai tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama di SMP Harapan2 Medan selesai tahun 1986, SMA Negeri I Medan selesai tahun 1989, melanjutkan S-1 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 1995.
Mulai bekerja sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) pada Puskesmas Cengkeh Turi Kodya Binjai, Propinsi Sumatera Utara mulai 1 Januari 1996 sampai 31 Desember 1998. Bulan Maret sampai Mei tahun 1999 bertugas di Puskesmas Sikabu Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat. Bulan Juni 1999 sampai tahun 2002 bertugas sebagai dokter gigi di Puskesmas Lubuk Alung Padang Pariaman, Sumatera Barat. Tahun 2003 sampai sekarang bertugas di Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan Gigi Medan.
Pada tanggal 26 September tahun 1993, penulis menikah dengan Drg. H.Amir Salim, M.Kes. anak keenam dari enam bersaudara anak dari Bapak H. Drs. Ramli Karsono dengan Hj. Dra. Halida, dan penulis dikaruniai seorang putera bernama Rahmat Saleh dan seorang puteri bernama Annisa Athirah.
Tahun 2005 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ………... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Hipotesis ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Promosi Kesehatan ……….….. 9
2.2. Penyuluhan ………... 10
2.2.1. Langkah-langkah Penyuluhan ………..… 12
2.2.2. Metode Penyuluhan………... 14
2.2.3. Alat Bantu Penyuluhan ………... 17
2.2.4. Media Penyuluhan………... 19
2.3. UKGS ... 19
2.3.1. Tujuan UKGS... 20
2.3.2. Strategi Pentahapan UKGS ... 21
2.3.3. Peranan Tenaga Pelaksana Dalam Pelaksanaan UKGS ... 23
2.4. Perilaku ... 24
2.5. Penyakit Gigi dan Mulut ... 28
2.6. Oral Higiene Indeks (OHI) ... 31
2.7. Landasan Teori ... 32
(13)
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Jenis Penelitian ………... 35
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………...…..…..… 36
3.3. Populasi dan Sampel ……….… 36
3.4. Metode Pengumpulan Data ………... 38
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ………..….. 40
3.6. Metode Pengukuran ... 42
3.7. Metode Analisis Data ... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 43
4.1. Deskripsi Lokasi penelitian ... 43
4.2. Karakteristik Sampel ... 43
4.3. Gambaran Hasil Pengamatan Selama Penyuluhan ... 44
4.4. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut ... 45
4.5. Nilai Pengetahuan, Sikap dan OHI Murid Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kelompok Perawat Gigi ... 59
4.6. Nilai Pengetahuan, Sikap dan OHI Murid Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kelompok Guru Orkes ... 60
4.7. Nilai Tindakan Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Kelompok Perawat Gigi dan Guru Orkes ... 62
4.8. Perbandingan Efektivitas Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes .…………..…. 63
4.9. Perbandingan Efektivitas Sebelum dan Sesudah Satu Minggu Dilakukan Penyuluhan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes ... 64
BAB 5 PEMBAHASAN ... 66
5.1. Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan OHI Murid ... 66
5.2. Efektivitas Penyuluhan yang Dilakukan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes ... 68
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
6.1. Kesimpulan ... 73
6.2. Saran ………... 74
(14)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Kriteria Pemeriksaan Debris ………... 31
2.2 Kriteria Pemeriksaan Kalkulus ………... 32
2.3 Kriteria Oral Higiene Indeks ... 32
3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39
3.2 Aspek Pengukuran ... 42
4.1 Gambaran Karakteristik Sampel ... 44
4.2 Hasil Pengamatan dan Wawancara Proses Penyuluhan Kelompok Perawat Gigi dan Guru Orkes ………..…. 46
4.3 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ………...…..…. 47
4.4 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sesudah Penyuluhan dan Sesudah Satu Minggu Penyuluhan …..… 48
4.5 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Guru Orkes Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ………... 49
4.6 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Guru Orkes Sesudah Penyuluhan dan Sesudah Satu Minggu Penyuluhan ..…… 50
4.7 Distribusi Sikap Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ………... 52
4.8 Distribusi Sikap Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sesudah Penyuluhan dan Sesudah Satu Minggu Penyuluhan …... 53
4.9 Distribusi Sikap Murid pada Kelompok Guru Orkes Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ………... 55
(15)
ABSTRAK
Penyuluhan kesehatan gigi pada murid sekolah dasar merupakan pelaksanaan upaya promotif yang bertujuan untuk mengubah perilaku murid meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga terwujud perubahan perilaku yang baik. Berdasarkan survei pendahuluan di SD Negeri 060973 Kecamatan Medan Selayang oral higiene indeks rata-rata murid 2,55, penyuluhan kesehatan gigi dilakukan oleh perawat gigi dan penyuluhan tidak terjangkau untuk semua kelas. Dalam kaitan itu direncanakan suatu penyuluhan kesehatan gigi dengan memberdayakan guru orkes.
Tujuan penelitian untuk membandingkan efektivitas penyuluhan kesehatan gigi yang dilakukan oleh guru orkes dengan perawat gigi. Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian eksperimen pre-test and post-test group
design. Populasi terdiri atas murid Sekolah Dasar Negeri 060973 di Kecamatan
Medan Selayang, dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive sampling, analisis data dilakukan dengan memakai uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah penyuluhan dan setelah satu minggu penyuluhan terjadi kenaikan rata-rata nilai yang signifikan untuk pengetahuan, sikap dan Oral Higiene Indeks oleh guru orkes, signifikan untuk sikap dan Oral Higiene Indeks oleh perawat gigi. Kenaikan rata-rata nilai tindakan signifikan untuk kedua kelompok. Penyuluhan yang dilakukan oleh guru orkes lebih efektif dibandingkan dengan penyuluhan oleh perawat gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene. Pengetahuan dan sikap kenaikannya tidak signifikan namun signifikan pada Oral Higiene Indeks. Setelah satu minggu penyuluhan oleh guru orkes efektivitasnya masih lebih baik dibandingkan perawat gigi pada peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan dan Oral Higiene Indeks, namun yang signifikan sikap dan Oral Higiene Indeks.
Dinas Kesehatan Kota Medan harus lebih mengintensifkan kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Pendidikan Kota Medan, melakukan kerjasama antara unit pelayanan kesehatan gigi puskesmas dengan kepala-kepala sekolah, melakukan pelatihan untuk guru orkes oleh dokter gigi puskesmas dengan menggunakan pedoman yang telah dibuat Dinas Kesehatan Kota Medan, dan perlu mengkombinasikan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.
Kata kunci : penyuluhan, pengetahuan, sikap, tindakan, OHI.
(16)
ABSTRACT
Dental health education in primary school is a promotive effort which purposing to change students’ behaviors covering knowledge aspect, attitude and action in achieving a good health behavior. Based on previous survey done in state primary school 060973 District Medan Selayang showed that oral hygiene index students average was 2,55,dental health education carried out by dental nurse and education was not covered for all classes. In that case a dental health education model was planned for physical exercise teacher.
The purpose of this research was to compare the effectiveness of dental health education by dental nurse and physical exercise teacher. The type of this research was quasi experiment with pre and post test control group design. Population consisted of elementary school students in District Medan Selayang, with the number of sample of 78 students. The sample was taken with purposive sampling, data analysis was done by using t-test.
The results of research showed that after educating and a week after it there were increasing significant averages of knowledge, behaviour and oral hygiene index in physical exercise teacher group and significant for behavior and Oral Hygiene Index in dental nurse group. In both education groups there were increasing average significant action. Physical exercise teacher education was more effective than dental nurse’s education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index. There were no significant increments for knowledge and behavior except for Oral Hygiene Index. After a week, physical exercise teacher group education was more effective than dental nurse group education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index aspect, only action and Oral Hygiene Index were significant.
The District of Health of Medan City should be more intensive of cross-sectoral cooperation with the Medan City Education , the cooperation between units of dental health services with school principals, performed training for physical exercise teacher by dentist using guidelines that have been made by Medan City Departement of Health, and necessary to combined educational method appropriate to the needs of the target.
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama. Penyakit gigi yang banyak dikeluhkan masyarakat adalah karies gigi (dental caries) dan penyakit periodontal (kelainan jaringan penyangga gigi).
Berdasarkan SKRT (2004), prevalensi karies sebesar 90,05%, sedangkan prevalensi penyakit periodontal 96,58%. Data Departemen Kesehatan dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, sekitar 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi berlubang) dan 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat dan pada umumnya diderita anak-anak.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), tiap anak Indonesia rata-rata memiliki 2,2 gigi berlubang, hal ini dipicu perilaku kegemaran anak-anak mengkonsumsi permen. Makanan manis, lunak, melekat serta makanan yang berupa zat tepung dapat merusak gigi.
Data Dinas Kesehatan Kota Medan (2007), menunjukkan propinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi penyakit gigi dan mulut yang cukup tinggi. Prevalensi karies gigi pada usia sekolah di kota Medan sebanyak 74,69%. Demikian pula tentang penelitian yang telah dilakukan di beberapa puskesmas seperti Puskesmas PB
(18)
Selayang II dan Puskesmas Padang Bulan Kota Medan tahun 2008 pada siswa sekolah dasar, diperoleh prevalensi karies gigi sebesar 80,21%.
Di samping karies gigi penyakit gigi yang banyak dikeluhkan adalah penyakit periodontal. Berdasarkan SKRT (2003) penduduk usia 10 tahun ke atas, 46% mengalami penyakit gusi, prevalensi semakin tinggi pada umur yang lebih tinggi. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup anak jika dikaitkan dengan gangguan produktivitas sehari-hari dan dapat menyebabkan siswa merasa terganggu bersekolah karena sakit gigi.
Karies dan penyakit periodontal terjadi akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang terjaga memperkecil terjadinya kerusakan gigi. Tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya disebabkan karena berbagai faktor, antara lain : faktor pengetahuan, sikap dan perilaku atau tindakan dalam memelihara kesehatan gigi yang masih rendah. SKRT (2004) menunjukkan perilaku masyarakat mengenai kebiasaan menggosok gigi, sebanyak 91% penduduk usia 10 tahun ke atas telah melakukannya setiap hari, namun hanya 7% yang menggosok gigi di waktu yang benar, yaitu sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Kurangnya pengetahuan murid dan kebiasaan yang salah dalam memelihara gigi juga memperparah jumlah angka penyakit gigi pada anak sekolah.
Penanggulangan masalah kesehatan gigi pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan
(19)
berkesinambungan. UKGS ditekankan pada upaya promotif dan preventif. Upaya promotif berupa pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi sedangkan preventif berupa pencegahan penyakit gigi (sikat gigi bersama menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor). Untuk jangkauan yang luas usaha ini dapat didelegasikan pada tenaga non dental yaitu : guru, dokter kecil, tenaga kesehatan lainnya (Depkes RI, 1999).
Tenaga kesehatan gigi di puskesmas (dokter gigi dan perawat gigi) berperan dalam peningkatan kesehatan gigi. Pelaksanaan kegiatan pencegahan yang dilakukan pada anak sekolah dasar meliputi pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi di sekolah, mengajar anak-anak cara menyikat gigi yang baik, melaksanakan sikat gigi masal, melakukan penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I, melakukan pencabutan gigi susu yang sudah waktunya tanggal dan melakukan perawatan gigi (Depkes RI, 1999).
Pendidikan kesehatan gigi melalui penyuluhan yang diwujudkan secara berkesinambungan bertujuan merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat sehingga terciptanya suatu pengertian yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut (Astoeti, 2006). Dalam pelaksanaannya kegiatan penyuluhan ini tidak dapat terlaksana secara maksimal mengingat banyaknya cakupan jumlah sekolah dan kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi. Hasil penelitian Natalina (2009) menggambarkan, kurangnya pengetahuan anak tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan peran petugas kesehatan dalam melakukan sosialisasi program UKGS yang masih rendah.
(20)
Kerjasama dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena penyuluhan dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran. Peran serta guru kelas, guru olah raga kesehatan (orkes) dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan usaha kegiatan penyuluhan tersebut. Secara khusus guru yang diberikan pelatihan UKGS sebagai kader kesehatan dapat melakukan deteksi awal terjadinya karies dan adanya kalkulus pada gigi, dengan demikian dapat menurunkan tingkat penyakit gigi dan mulut pada anak sekolah yang datang ke puskesmas. Penyuluhan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut merupakan upaya salah satu program UKGS, yang mana sasaran dan tujuan program tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut yang baik, sehingga sewaktu murid lulus dari sekolah tidak mengalami gangguan serius pada giginya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2001) dan Depkes RI menetapkan status kesehatan gigi dan mulut yang optimal untuk semua anak usia 12 tahun yaitu rata-rata indeks DMF-T per-anak tidak lebih dari 3 dan Oral Higiene Indeks (OHI) tidak lebih dari 1,2. Oleh karenanya program promotif dan preventif lebih ditekankan dalam penanggulangan masalah kesehatan gigi.
Keberhasilan penyuluhan ditentukan oleh perencanaan penyuluhan yang matang. Sebelum melaksanakan program penyuluhan hendaklah dibuat perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun perencanaan penyuluhan adalah : analisis situasi, penentuan perioritas masalah, tujuan, sasaran, pesan, metode, media, rencana penilaian dan penyusunan jadwal
(21)
Survei pendahuluan yang dilakukan pada murid kelas V SD Negeri 060973 Kecamatan Medan Selayang didapatkan bahwa adanya kerusakan gigi atau karies hampir pada setiap murid di dalam rongga mulut, DMF-T 1,96 dan OHI rata-rata sebesar 2,55. Hanya ada beberapa murid yang mendapatkan perawatan terhadap gigi yang berlubang. Data pelaksanaan penyuluhan UKGS adalah sebagai berikut : penyuluhan dilakukan oleh perawat gigi puskesmas, materi penyuluhan mengenai karies, waktu dan cara menyikat gigi. Penyampaian materi menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dalam waktu 15 menit. Alat bantu penyuluhan berupa poster dari Unilever, model gigi dan sikat gigi. Penyuluhan kesehatan gigi dilakukan pada murid kelas 1, 3, 5. Murid mendapat penyuluhan 1 kali dalam setahun yang seharusnya murid mendapat penyuluhan dua kali setahun. Hal ini disebabkan perawat gigi yang ada hanya satu atau dua pada setiap puskesmas, sedangkan jumlah sekolah dasar dan kelas banyak. Akibatnya derajat kebersihan gigi anak sekolah tidak sesuai dengan target. Disamping itu tidak dilakukan evaluasi setelah diberikan penyuluhan. Oleh karena itu, direncanakan upaya untuk memperbaiki pola penyuluhan UKGS, yaitu dengan mengganti tenaga penyuluh yang selama ini dilaksanakan oleh perawat gigi dengan memberdayakan guru orkes. Guru memegang peranan penting dalam proses belajar seorang anak, seperti belajar tentang perawatan gigi. Guru adalah seorang pendidik yang lebih menguasai cara mengajar. Pertimbangan lainnya adalah kedekatan guru terhadap murid, lebih lama waktunya bersama murid, dibanding perawat gigi puskesmas.
(22)
Menurut Astoeti (2006), guru adalah orang yang membantu orang lain belajar dengan melatih, menerangkan, memberi ceramah, mengatur disiplin, menciptakan pengalaman, dan mengevaluasi kemampuan siswa. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik.
Model penyuluhan yang ingin dilakukan penulis adalah :
1. Merancang dan menentukan materi penyuluhan untuk murid sekolah dasar.
2. Pemberian penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan praktik.
3. Alat bantu penyuluhan digunakan poster, model gigi beserta sikat gigi. 4. Petugas yang memberikan penyuluhan adalah guru orkes yang akan dilatih. 5. Waktu penyuluhan terjadwal dan berkesinambungan.
6. Sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan pemeriksaan oral higiene indeks. 7. Dilakukan evaluasi terhadap murid untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan
tindakan dalam hal memelihara kesehatan gigi dan mulut sehingga dicapai perilaku yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut murid, dalam rangka itulah penelitian ini dilaksanakan.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini apakah ada perbedaan efektivitas penyuluhan kesehatan gigi yang dilakukan oleh guru orkes dan penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan
(23)
murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut pada murid SD Negeri 060973 di Kecamatan Medan Selayang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan murid sekolah dasar terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sesudah diberikan penyuluhan oleh perawat gigi dan guru orkes.
2. Untuk membandingkan efektivitas penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan yang dilakukan guru orkes.
1.4 Hipotesis
1. Ada peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar sesudah diberikan penyuluhan oleh perawat gigi dan guru orkes.
2. Ada perbedaan rata-rata nilai pengetahuan, sikap dan tindakan memelihara kesehatan gigi dan mulut antara murid sekolah dasar yang menerima penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan yang dilakukan oleh guru orkes.
(24)
1.5 Manfaat Penelitian
1. Keterpakaian model penyuluhan dengan pemberdayaan guru orkes bagi pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi di sekolah dasar khususnya dalam rangka pelaksanaan program UKGS.
2. Untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar. 3. Memberi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dalam aplikasi
(25)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Promosi Kesehatan
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
(26)
politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.
2.2. Penyuluhan
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005). Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004).
(27)
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan non-formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Zulkarimein, 1989).
Penyuluhan merupakan salah satu upaya promotif dalam pelaksanaan program UKGS di sekolah-sekolah. Upaya promotif yang dilaksanakan di UKGS, lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya ini biasanya dilakukan oleh guru sekolah ataupun guru orkes yang sudah dilatih. Mereka dapat menjalankan upaya promotif/penyuluhan ini dengan jalan memasukkan pelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut. Tujuan umum UKGS adalah tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut murid yang optimal, sedangkan tujuan penyuluhan dalam program UKGS agar murid mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya secara benar baik dalam pengetahuan, sikap maupun tindakan. (Herijulianti dkk, 2002).
Dalam menyampaikan penyuluhan, materi yang diberikan harus disesuaikan dengan sasaran. Menurut Astoeti (2006), materi (pengetahuan) yang diberikan oleh guru kelas/guru orkes pada waktu penyuluhan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan kelas, yaitu :
(28)
1. Murid kelas 1 - 2 yang berumur 6 – 7 tahun, pola berpikirnya masih dipengaruhi fantasi menjadi kenyataan, materi penyuluhan yang diberikan adalah bentuk gigi dan waktu menyikat gigi.
2. Murid kelas 3 - 4 yakni berumur 8 – 10 tahun mempunyai masa berpikir naif dan nyata atau masa mengumpulkan ilmu pengetahuan, materi penyuluhan yang diberikan : anatomi gigi, proses karies, proses terjadinya plak dan cara menyikat gigi.
3. Murid kelas 5 – 6 yakni berumur 11 – 12 tahun memiliki masa berpikir kritis dan nyata, materi penyuluhan yang diberikan adalah penggunaan fluor, penyakit gigi, perawatan gigi berlubang dan penyakit gusi.
2.2.1 Langkah-langkah Penyuluhan
Untuk melaksanakan program penyuluhan harus membuat perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Suatu perencanaan yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat dilaksanakan terus menerus. 2. Berorientasi ke masa depan.
3. Dapat menyelesaikan suatu masalah. 4. Mempunyai tujuan.
Menurut Herijulianti (2002) langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun perencanaan penyuluhan adalah :
(29)
1. Analisis Situasi.
Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang masalah yang dihadapi.
2. Penentuan Prioritas Masalah
Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain dengan cara pembobotan.
3. Penentuan Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.
4. Penentuan Sasaran
Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi : a. Masyarakat umum
b. Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai
c. Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.
5. Penentuan Pesan
Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan kepada sasaran. Pesan yang disampaikan harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan.
(30)
6. Penentuan Metode
Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin dicapai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor (contoh : untuk mengubah kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan menggunakan metode ceramah ataupun diskusi).
7. Penentuan Media
Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat bantu peraga. Pemilihan media dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh merupakan suatu hal untuk mempermudah proses belajar mengajar.
8. Penentuan Rencana Penilaian
Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan penilaian, penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian.
9. Penyusunan Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas penyuluh, waktu dan rencana penilaian.
2.2.2 Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila
(31)
digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :
1. Metode One Way Methode
Menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah : metode ceramah, siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.
2. Metode Two Way Methode
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.Yang termasuk dalam metode ini adalah : wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya jawab.
Berdasarkan jumlah sasaran, metode yang dapat digunakan antara lain :
1. Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain adalah ceramah, demonstrasi dan seminar.
2. Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini antara lain : diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran (roleplay).
Salah satu program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah kegiatan promotif dengan memberikan penyuluhan. Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi dan praktik.
1. Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran disertai tanya jawab
(32)
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Ciri-ciri metode ceramah : ada sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan yang akan disampaikan, tidak adanya kesempatan bertanya bagi sasaran, bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pengertian. Keuntungan metode ceramah : murah dan mudah menggunakannya, waktu yang diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan menulis, penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting. Kerugian metode ceramah : tidak dapat memberikan kesempatan kepada sasaran untuk berpartisipasi secara pro aktif (sasaran bersifat pasif), cepat membosankan jika ceramah yang disampaikan kurang menarik sasaran, pesan yang disampaikan mudah untuk dilupakan oleh sasaran, sering menimbulkan pengertian lain apabila sasaran kurang memperhatikan. 2. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menujukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. Ciri-ciri demonstrasi : memperlihatkan pada kelompok bagaimana prosedur untuk membuat sesuatu, dapat meyakinkan peserta bahwa mereka dapat melakukannya dan dapat meningkatkan minat sasaran untuk belajar. Keuntungan demonstrasi : kegiatan ini dapat memberikan suatu keterampilan tertentu kepada kelompok sasaran, dapat
(33)
terbatas, membantu sasaran untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses prosedur yang dilakukan. Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang digunakan terlalu kecil atau penempatannya kurang pada tempatnya, uraian atau penjelasan yang disampaikan kurang jelas, waktu yang disediakan terbatas sehingga sasaran tidak dapat diikutsertakan (Taufik, 2007).
3. Praktik
Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang dilakukan seseorang apakah sudah sesuai dengan yang diinstruksikan. Untuk mengetahui ketrampilan murid dalam menyikat gigi yang baik dan benar dilakukan praktik menyikat gigi secara bersama-sama.
2.2.3 Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu lebih sering disebut alat peraga yang merupakan alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu, yaitu sebagai berikut :
1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan). Alat ini ada dua
(34)
bentuk, yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat-alat yang tidak diproyeksikan.
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam pendidikan, misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassete. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Elgar dale (cit, Notoatmodjo, 2005), membagi alat bantu alat peraga tersebut atas sebelas macam dan menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut. Secara berurutan dari intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar alat tersebut adalah sebagai berikut : 1). Kata-kata; 2). Tulisan; 3). Rekaman; 4). Film; 5). Televisi; 6). Pameran; 7). Fieldtrip; 8). Demonstrasi; 9). Sandiwara; 10). Benda Tiruan; 11). Benda Asli. Alat bantu dalam melakukan penyuluhan sangat membantu agar pesan-pesan dapat disampaikan lebih jelas dan tepat.
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menurut pembuatan dan penggunaannya :
1. Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip, slide, dan sebagainya yang menggunakan listrik dan proyektor.
(35)
2. Alat peraga sederhana seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan dan sebagainya. Selain itu juga poster, spanduk, leaflet,
flanelgraph, boneka wayang dan sebagainya.
2.2.4 Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh, baik melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang sehingga sasaran mendapat pengetahuan yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. Menurut bentuknya media penyuluhan dibedakan atas :
1. Media visual : media yang sifatnya dapat dilihat (slide, transparansi,). 2. Media audio : media yang sifatnya dapat didengar (radio).
3. Media audiovisual : media yang dapat didengar dan dilihat (televisi, film). 4. Media tempat memperagakan (papan tulis, papan tempel, OHP, papan planel). 5. Media pengalaman nyata atau media tiruan (simulasi, benda nyata).
6. Media cetakan (buku bacaan, leaflet, folder, poster, brosur).
2.3. UKGS
Kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yang diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Program UKGS ini sudah berjalan semenjak tahun 1951 dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Di mulai dari tahun 1951, Pelita I
(36)
dipakai sistem Incremental yaitu suatu metode di mana pada setiap siswa SD sejak kelas I diperiksa, diikuti perkembangannya dan diberikan perawatan yang diperlukan. Pada Pelita II dan III berkembang menjadi UKGS Integrasi, yaitu peningkatan pada siswa SD yang dititik beratkan pada upaya penyuluhan dan pencegahan dan membina integrasi antara tenaga kesehatan gigi dan tenaga kesehatan non gigi yang lebih efektif dan UKGS Selektif yaitu pelayanan paripurna pada setiap kelainan gigi dan mulut yang ada pada siswa kelas VI di mana diharapkan setelah tamat siswa memiliki kebiasaan pelihara diri yang baik memiliki kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Pada kurun waktu Pelita IV, dilakukan penataan program UKGS dimana kegiatan UKGS dilaksanakan dengan sistem Pentahapan yaitu Tahap I, II dan III yang disesuaikan dengan kemampuan fasilitas dan tenaga kesehatan gigi yang ada pada Puskesmas. Pengertian pentahapan UKGS ini tetap dipertahankan hingga saat ini. Pada Pelita V berdasarkan evaluasi (Litbangkes, 1986), pelayanan komprehensif pada UKGS Tahap III yang semula dilakukan di kelas VI dimulai lebih awal yaitu pada kelas V.
2.3.1 Tujuan UKGS
Tujuan UKGS adalah :
1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dengan jalan mengadakan usaha preventif dan promotif.
(37)
2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene).
3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).
4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha preventif gagal melalui sistem selektif (selective approach). 5. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengan suatu sistem
pembayaran yang bersifat pra-upaya. 2.3.2 Strategi Pentahapan UKGS
Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan UKGS diterapkan berdasarkan strategi pentahapan dan keadaan tenaga serta fasilitas kesehatan gigi di Puskesmas yang disesuaikan dengan paket-paket UKS yang meliputi :
1. UKGS Tahap I / Paket Minimal UKS
Pada tahap ini, usaha kesehatan gigi dan mulut belum terjangkau oleh fasilitas tenaga kesehatan sehingga dilakukan oleh tim pelaksana UKS di SD/MI dan guru sekolah. Kegiatan berupa :
a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut oleh guru dengan materi sesuai kurikulum olah raga dan kesehatan.
b. Upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut berupa kebiasaan pelihara diri dan sikat gigi massal satu kali sebulan minimal untuk kelas I, II dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.
(38)
c. Rujukan kesehatan gigi dan mulut bagi anak didik yang memerlukan. 2. UKGS Tahap II / Paket Standar UKS
Pada tahap ini, sudah ada tenaga kesehatan walaupun masih terbatas. Kegiatan berupa :
a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut oleh guru.
b. Upaya pencegahan berupa sikat gigi massal dengan pasta gigi mengandung fluor satu kali sebulan untuk kelas I, II dan III, pembersihan karang gigi dan kumur-kumur dengan larutan fluor.
c. Upaya penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I.
d. Upaya perawatan medik dasar bagi anak didik yang memerlukan misalnya pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru. f. Rujukan bagi yang memerlukan.
3. UKGS Tahap III / Paket Optimal UKS
Pada tahap ini sudah ada tenaga kesehatan gigi yang lengkap. Kegiatannya berupa :
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.
(39)
c. Upaya pencegahan berupa sikat gigi massal kelas I-VI dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor minimal 1 kali sebulan, pembersihan karang gigi dan aplikasi fluor.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Upaya perawatan medik dasar berupa pengobatan atas permintaan pada murid kelas I-VI (care on demand).
f. Upaya perawatan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I, III, V dan VI (treatment need).
g. Rujukan bagi yang memerlukan.
2.3.3 Peranan Tenaga Pelaksana dalam Pelaksanaan UKGS
Dalam pelaksanaan UKGS ada beberapa tenaga yang dilibatkan seperti pelaksana di puskesmas yaitu dokter gigi dan perawat gigi, sementara pelaksana di sekolah yaitu guru (guru orkes). Dokter gigi dan perawat gigi berperan dalam peningkatan kesehatan gigi, untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat. Dalam menjalankan perannya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan masyarakat termasuk anak-anak tentang permasalahan yang terjadi dan memberi penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya masalah dan cara mengatasinya. Oleh karena itu, tenaga kesehatan diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pencegahan yang meliputi (Depkes RI, 2000) :
(40)
2. Mengajarkan anak-anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik. 3. Melaksanakan sikat gigi massal.
4. Melakukan penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I. 5. Melakukan pencabutan gigi susu yang sudah waktunya tanggal. 6. Melakukan perawatan/penambalan gigi.
7. Melakukan scaling (pembersihan karang gigi).
Sekolah merupakan lembaga formal yang di dalamnya terdapat kurikulum, guru, murid, metode belajar, media dan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan kegiatan belajar. Kepala sekolah, guru dilibatkan dalam pendidikan kesehatan gigi dan melakukan pemecahan masalah khususnya kesehatan gigi dan mulut melalui pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan yang dilakukan guru adalah (Astoeti, 2006) :
1. Memimpin sikat gigi masal dengan pasta gigi berfluor. 2. Melaksanakan kumur-kumur dengan larutan fluor.
3. Memberikan pendidikan kesehatan gigi yang berkesinambungan dalam mata pelajaran olah raga dan kesehatan.
4. Menjaring murid kelas I SD 5. Merujuk murid ke Puskesmas.
2.4. Perilaku
(41)
langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Menurut Bloom (1974) membagi perilaku dalam 3 (tiga) domain (ranah) yakni : kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Notoatmodjo (2007), dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007):
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
(42)
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktuk organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dsb). Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Alport, 1935 cit Azwar 2005). Sikap relatif konstan dan agak sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap berarti adanya tekanan yang kuat.
Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang berpengaruh, media massa, institusi
(43)
pendidikan maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar, 2005).
3. Praktik atau tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan adalah niat yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak dan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Dari pandangan biologis tindakan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respons terpimpin (guided response), yaitu tingkah laku yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan yang telah dicontohkan.
c. Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi (adoption), yaitu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
(44)
2.5. Penyakit Gigi dan Mulut
Penyakit gigi dan mulut yang sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar adalah karies. Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.
Karies gigi adalah suatu penyakit multi faktorial di mana ada tiga faktor utama yang memegang peranan terjadinya karies ditambah faktor waktu yang saling berinteraksi (Panjaitan,1997; Harris & Christen,1995), yaitu :
1. Tuan rumah (Host)
Tuan rumah yang rentan dalam hal ini gigi dan saliva. Morfologi gigi yaitu ukuran, bentuk gigi serta lengkung gigi yang tidak teratur, dalamnya pit dan fisur serta letaknya dalam lengkung rahang merupakan faktor penting dalam terjadinya kerentanan terhadap karies. Kerentanan terhadap karies berhubungan dengan kesulitan dalam membersihkan gigi, baik oleh sikat gigi maupun dalam mengunyah (self cleansing). Demikian pula halnya dengan saliva. Saliva mempunyai peranan penting dalam membersihkan gigi dari sisa makanan dalam rongga mulut. Pada aliran saliva yang kurang, maka pembersihan gigi menjadi kurang baik dan dapat menyebabkan retensi atau perlekatan sisa makanan pada
(45)
memegang peranan utama dalam pembentukan metabolisme asam bakteri mulut, dan metabolisme ini menentukan pH saliva, makin rendah pH saliva maka karies cenderung semakin tinggi (Panjaitan, 1997). Demikian pula jika aliran saliva berkurang maka karies mungkin akan tidak terkendali.
2. Agen (Agent)
Dalam hal ini agen adalah mikroorganisme (bakteri) mulut yang kariogenik. Beberapa penelitian menyatakan bahwa mikroorganisme Streptococcus mutans
adalah yang paling kariogenik dibandingkan bakteri lainnya di dalam mulut.
Streptococcus mutans merupakan bakteri yang kariogenik karena mampu dengan
segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi.
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan yaitu makanan dan diet. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi makanan kariogenik dalam hubungannya dengan kejadian karies gigi, pertama adalah sifat fisik produk yaitu makanan yang mengandung karbohidrat yang mudah difermentasi, keasaman dan kelekatan pada permukaan gigi, dan kedua adalah kebiasaan atau cara mengkonsumsi makanan. Mengkonsumsi karbohidrat dengan waktu atau frekuensi yang sering akan meningkatkan terjadinya karies dibandingkan dengan konsumsi dalam jumlah yang banyak tapi dengan frekuensi yang lebih jarang. Hal ini berhubungan
(46)
dengan proses demineralisasi dan remineralisasi email (Kidd, 1991; cit. Sumawinata, 1992).
4. Waktu (Time) yang cukup lama untuk terjadinya lesi karies, frekuensi mengkonsumsi karbohidrat dan lamanya perlekatan karbohidrat pada email.
Agar karies dapat terjadi, kondisi dari setiap faktor harus saling mendukung yaitu adanya tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
Rangkaian faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi dapat digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling bekerja simultan.
Agen
Host Karies Lingkungan
Waktu
Bagan 2.1. Interaksi Terjadinya Karies Gigi antara Host, Agen, Lingkungan dan Waktu (Harris, N.O., Cristen,A.G., 1995)
(47)
2.6. Oral Higiene Indeks (OHI)
Oral Higiene Indeks untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : Debris Indeks dan Kalkulus Indeks yang masing-masing mempunyai rentangan skor 0-3. Tidak semua gigi yang diukur hanya beberapa gigi indeks saja sehingga dinamakan Oral Higiene Indeks Disederhanakan (Simplified Oral Hygiene Index), yaitu gigi :
6 1 6 6 1 6
Keterangan: Gigi molar RA : bukal posterior RB : lingual posterior
Gigi insisivus RA : labial kanan RB : labial kiri Tabel 2.1 Kriteria Pemeriksaan Debris
No Kriteria Nilai
1 Tidak ada debris atau pewarnaan ekstrinsik (stein) 0 2 a. Ada debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 1
permukaan gigi
b. Tidak ada debris lunak, tetapi ada pewarnaan ektrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya
3 Ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas lebih 2 dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
4 Ada debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan atau 3 seluruh permukaan gigi
Jumlah penilaian debris Debris Indeks =
(48)
Tabel 2.2 Kriteria Pemeriksaan Kalkulus
No Kriteria Nilai
1 Tidak dijumpai kalkulus 0
2 Ada kalkulus supragingival menutupi kurang dari 1/3 1 permukaan gigi
3 a. Adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 2 tetapi belum melewati 2/3 permukaan gigi
b. Sekitar bagian servikal gigi ada flek-flek atau sedikit kalkulus subgingival
4 a. Ada kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 3 permukaan gigi atau seluruh permukaan gigi
b. Ada kalukulus subgingival yang menutupi dan melingkari seluruh servikal gigi
Jumlah penilaian kalkulus Kalkulus Indeks =
Jumlah gigi yang diperiksa
Oral higiene indeks dapat diketahui dengan menjumlahkan skor debris dan skor kalkulus (OHI = DI + CI). Skor semakin kecil menandakan kebersihan gigi dan mulut lebih baik (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Kriteria Oral Higiene
Tingkat debris Skor debris Tingkat oral Skor OHI Higiene
Baik 0,0 – 0,6 Baik 0,0 – 1,2
Sedang 0,7 – 1,8 Sedang 1,3 – 3,0
Jelek 1,9 – 3,0 Jelek 3,1 – 6,0
2.7. Landasan Teori
(49)
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan siswa di sekolah, kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu bagian dari kesehatan umum yang mempunyai peran penting dalam fungsi kesehatan (Depkes RI, 1996).
Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid sekolah, antara lain melalui program UKGS. Penyuluhan merupakan salah satu program UKGS. Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Herawani, 2001).
Pemberian penyuluhan yang terencana bagi anak sekolah dengan membuat langkah-langkah perencanaan penyuluhan yang meliputi analisis situasi, penentuan perioritas masalah, penentuan tujuan, penentuan sasaran, penentuan pesan, penentuan metode, penentuan media, penentuan rencana penilaian dan penyusunan jadwal kegiatan. Model penyuluhan dirancang sesuai dengan sasaran anak didik untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tindakannya (Herijulianti, 2002).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek diluarnya melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan perabaan yang dimilikinya. Pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut akan mendasari sikap yang mempengaruhi tindakan dan membentuk suatu perilaku seseorang dalam memelihara kebersihan mulut seseorang. Sikap merupakan respons tertutup, dan
(50)
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu objek. Tindakan merupakan niat yang telah terealisasi dalam bentuk tingkah laku (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bersifat menetap daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan aktivitas dari manusia itu sendiri. Perilaku diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Seseorang yang mempunyai peningkatan pengetahuan akan bersikap mendukung dan akan tercermin dalam bentuk tindakan atau tingkah laku yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini akan dibandingkan hasil penyuluhan UKGS yang biasa dilakukan oleh perawat gigi dengan penyuluhan UKGS dengan memberdayakan guru orkes terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan serta oral higiene indeks.
2.8. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Penyuluhan oleh :
- perawat gigi - guru orkes
- Pengetahuan - Sikap - Tindakan
- Oral Higiene Indeks ▪ Debris Indeks ▪ Kalkulus Indeks
(51)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen kuasi dengan desain penelitian eksperimen pre-test and post-test group design, yang terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan I penyuluhan UKGS yang biasa dilakukan oleh perawat gigi puskesmas dan kelompok perlakuan II yaitu penyuluhan UKGS yang dilakukan oleh guru orkes (Arikunto,2006). Pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene responden dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kelompok perlakuan I O11 X 1 O12 O13
Kelompok perlakuan II O21 X2 O22 O23
Kelompok perlakuan I adalah penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi puskesmas. Kelompok perlakuan II adalah penyuluhan yang dilakukan oleh guru orkes.
Subjek penelitian diberikan perlakuan, di mana sebelum dan sesudah diberi perlakuan akan dilakukan test (pre-test dan post-test) yang dimaksudkan agar diketahuinya tingkat pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene responden.
(52)
Sesudah 1 minggu diberikan perlakuan subjek penelitian juga mendapatkan test untuk melihat perubahan pada tingkat pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene responden. Disebabkan perlakuan dibagi atas 2 kelompok perlakuan yang berbeda, maka juga dilakukan perbandingan antar kedua jenis perlakuan tersebut.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada murid SD di wilayah kerja puskesmas Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang. Alasan penelitian dilakukan di lokasi ini : 1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis.
2. Peneliti telah mengenal kepala puskesmas, dokter gigi dan perawat gigi di puskesmas Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang dan lokasi serta petugas/guru sekolah.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010. Penelitian dimulai dengan pengajuan judul, konsultasi pembimbing, mempersiapkan proposal penelitian, kolokium, pengumpulan data, pengolahan data dan melaksanakan seminar hasil.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
(53)
Populasi dalam penelitian ini adalah murid SD di Kecamatan Medan Selayang di mana terdapat 8 SD Negeri, 17 SD Swasta, 1 SDIT, 1 MIN dan 1 MIS dengan jumlah murid sebanyak 7230 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel sekolah diambil 1 SD Negeri secara purposive sampling yaitu SD Negeri 060973. Alasan penelitian di lokasi ini :
1. Petugas/guru sekolah dapat diajak bekerjasama (kooperatif) dalam melakukan penelitian ini.
2. Pada survei pendahuluan, di SD Negeri 060973 didapat karies hampir pada setiap murid dan oral higiene indeks (OHI rata-rata 2,55) yang kurang baik pada murid sekolah dasar dan kurang maksimalnya program penyuluhan UKGS di sekolah dasar.
Sampel murid yang diinginkan dalam penelitian ini adalah murid kelas VI, karena sewaktu murid lulus dari sekolah, murid dianggap sudah memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut. Tetapi karena penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari yang mana kelas VI SD akan menghadapi ujian akhir yang sudah dekat, maka sampel yang dipakai adalah murid kelas V. Murid pada usia ini memiliki masa berpikir kritis, sudah bisa diajak untuk berdialog dan kooperatif. Kelas V terdiri atas 2 kelas masing-masing berjumlah 39 orang. Kelas dirandom, satu kelas untuk kelompok perlakuan penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan kelas satu lagi untuk kelompok perlakuan penyuluhan yang dilakukan oleh guru orkes.
(54)
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer tentang penyuluhan : petugas penyuluhan, pelatihan petugas, tujuan penyuluhan, metode penyuluhan, materi penyuluhan, media (alat bantu) yang digunakan, waktu dan evaluasi serta kuesioner mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan murid dalam memelihara gigi dan mulut. Data status oral higiene indeks adalah debris indeks, kalkulus indeks. Data sekunder yaitu jumlah murid, lokasi puskesmas, gambaran pelaksanaan UKGS.
3.4.2 Cara pengumpulan Data
Untuk memperoleh data primer tentang penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh dilakukan wawancara dan pengamatan yang dibantu dengan lembar observasi. Evaluasi dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada murid untuk melihat pengetahuan, sikap dan tindakan murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Untuk mengukur oral higiene dilakukan pemeriksaan langsung di rongga mulut dengan menggunakan kaca mulut, sonde dibantu dengan disclosing solution sehingga didapat hasil debris indeks. Khusus untuk daftar pertanyaan penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Untuk melihat validitas, nilai yang dilihat adalah nilai yang ada dalam kolom
(55)
(Situmorang, 2008). Menurut Ghozali (2005) dan Kuncoro suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai cronbach alpha >0,60.
Uji validitas dan realibilitas dilakukan terhadap 30 orang responden. Hasil analisis menunjukkan semua butir pertanyaan dapat digunakan karena r-hitung lebih besar dari r-tabel yaitu 0.361 untuk 30 responden sehingga dapat memenuhi syarat validitas dan nilai Alpha lebih besar dari 0,60 memenuhi syarat reliabilitas.
Tabel 3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Corrected
Item-Total Correlation
r tabel Cronbach's Alpha if Item Deleted
Validitas
P1 0.638 0,361 0.934 Valid
P2 0.733 0,361 0.932 Valid
P3 0.503 0,361 0.936 Valid
P4 0.638 0,361 0.934 Valid
P5 0.406 0,361 0.936 Valid
P6 0.733 0,361 0.932 Valid
P7 0.625 0,361 0.934 Valid
P8 0.483 0,361 0.936 Valid
P9 0.503 0,361 0.936 Valid
P10 0.638 0,361 0.934 Valid
S1 0.625 0,361 0.934 Valid
S2 0.619 0,361 0.934 Valid
S3 0.503 0,361 0.936 Valid
S4 0.638 0,361 0.934 Valid
S5 0.638 0,361 0.934 Valid
S6 0.733 0,361 0.932 Valid
S7 0.733 0,361 0.932 Valid
S8 0.625 0,361 0.934 Valid
S9 0.587 0,361 0.934 Valid
S10 0.574 0,361 0.935 Valid
T1 0.574 0,361 0.935 Valid
T2 0.638 0,361 0.934 Valid
T3 0.625 0,361 0.934 Valid
T4 0.587 0,361 0.934 Valid
T5 0.574 0,361 0.935 Valid
(56)
Data sekunder yaitu jumlah murid diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Medan, lokasi puskesmas diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, gambaran pelaksanaan UKGS diperoleh dari dokter gigi di puskesmas mengenai jumlah cakupan SD yang melaksanakan kegiatan UKGS, kegiatan penyuluhan dan frekuensi penyuluhan UKGS.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri atas :
1. Variabel penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan guru orkes.
2. Variabel pengetahuan, sikap, tindakan murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut serta oral higiene indeks.
3.5.2 Defenisi Operasional 1. Penyuluhan kesehatan gigi :
a. Tenaga penyuluh adalah orang yang bertugas memberikan penyuluhan yaitu perawat gigi puskesmas dan guru orkes.
b. Tujuan penyuluhan : memberikan pengetahuan, mengubah sikap dan tindakan menjadi lebih baik tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
c. Materi penyuluhan :
1) Penyebab gigi berlubang : plak dan makanan yang manis dan lengket 2) Gejala dan proses perjalanan gigi berlubang
(1)
T-Test (p. gigi, perubahan tindakan)
Paired Samples Statistics
7.32
39
2.221
.356
8.05
39
1.574
.252
7.32
39
2.221
.356
7.84
39
1.677
.268
8.05
39
1.574
.252
7.84
39
1.677
.268
7.32
39
2.221
.356
7.74
39
1.604
.257
Tindakan awal
Tindakan pada
pengukuran kedua
Pair
1
Tindakan awal
Tindakan pada
pengukuran ketiga
Pair
2
Tindakan pada
pengukuran kedua
Tindakan pada
pengukuran ketiga
Pair
3
Tindakan awal
Tindakan
Pair
4
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Paired Samples Correlations
39 .728 .000
39 .603 .000
39 .635 .000
39 .910 .000 Tindakan awal &
Tindakan pada pengukuran kedua Pair
1
Tindakan awal & Tindakan pada pengukuran ketiga Pair
2
Tindakan pada pengukuran kedua & Tindakan pada pengukuran ketiga Pair
3
Tindakan awal & Tindakan Pair
4
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-.73 1.523 .244 -1.22 -.23 -2.986 38 .005 -.51 1.803 .289 -1.10 .07 -1.780 38 .083
.21 1.391 .223 -.24 .66 .961 38 .342
-.41 1.011 .162 -.74 -.09 -2.556 38 .015 Tindakan awal - Tindakan
pada pengukuran kedua Pair 1
Tindakan awal - Tindakan pada pengukuran ketiga Pair 2
Tindakan pada pengukuran kedua -Tindakan pada pengukuran ketiga Pair 3
Tindakan awal - Tindakan Pair 4
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference Paired Differences
(2)
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
8a 9.31 74.50
14b 12.75 178.50
17c 39 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total Tindakan pada pengukuran ketiga - Tindakan awal
N Mean Rank Sum of Ranks
Tindakan pada pengukuran ketiga < Tindakan awal a.
Tindakan pada pengukuran ketiga > Tindakan awal b.
Tindakan pada pengukuran ketiga = Tindakan awal c.
Test Statistics
b-1.759
a.079
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Tindakan
pada
pengukuran
ketiga
-Tindakan
awal
Based on negative ranks.
a.
Wilcoxon Signed Ranks Test
b.
T-Test (g. orkes, perubahan tindakan)
Paired Samples Statistics
6.85
39
2.160
.346
6.94
39
2.284
.366
6.85
39
2.160
.346
7.92
39
2.017
.323
6.94
39
2.284
.366
7.92
39
2.017
.323
6.85
39
2.160
.346
7.24
39
1.890
.303
Tindakan awal
Tindakan pada
pengukuran kedua
Pair
1
Tindakan awal
Tindakan pada
pengukuran ketiga
Pair
2
Tindakan pada
pengukuran kedua
Tindakan pada
pengukuran ketiga
Pair
3
Tindakan awal
Tindakan
Pair
4
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Paired Samples Correlations
39
.720
.000
39
.506
.001
39
.725
.000
39
.851
.000
Tindakan awal &
Tindakan pada
pengukuran kedua
Pair
1
Tindakan awal &
Tindakan pada
pengukuran ketiga
Pair
2
Tindakan pada
pengukuran kedua
& Tindakan pada
pengukuran ketiga
Pair
3
Tindakan awal &
Tindakan
Pair
4
(3)
Paired Samples Test
-.09 1.668 .267 -.63 .45 -.321 38 .750 -1.07 2.080 .333 -1.74 -.40 -3.213 38 .003
-.98 1.613 .258 -1.51 -.46 -3.814 38 .000 -.39 1.136 .182 -.75 -.02 -2.118 38 .041 Tindakan awal - Tindakan
pada pengukuran kedua Pair 1
Tindakan awal - Tindakan pada pengukuran ketiga Pair 2
Tindakan pada pengukuran kedua -Tindakan pada pengukuran ketiga Pair 3
Tindakan awal - Tindakan Pair 4
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
6a 12.50 75.00
21b 14.43 303.00
12c
39 Negative Ranks
Positive Ranks Ties Total Tindakan pada
pengukuran ketiga - Tindakan awal
N Mean Rank Sum of Ranks
Tindakan pada pengukuran ketiga < Tindakan awal a.
Tindakan pada pengukuran ketiga > Tindakan awal b.
Tindakan pada pengukuran ketiga = Tindakan awal c.
Test Statistics
b-2.818
a.005
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Tindakan
pada
pengukuran
ketiga
-Tindakan
awal
Based on negative ranks.
a.
Wilcoxon Signed Ranks Test
b.
T-Test (p. gigi, perubahan ohi)
Paired Samples Statistics
2.46
39
.827
.132
1.54
39
.698
.112
2.46
39
.827
.132
1.99
39
.774
.124
1.54
39
.698
.112
1.99
39
.774
.124
2.46
39
.827
.132
1.76
39
.630
.101
OHI a
OHI b
Pair
1
OHI a
OHI c
Pair
2
OHI b
OHI c
Pair
3
OHI a
OHI
Pair
4
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
(4)
Paired Samples Correlations
39
.632
.000
39
.775
.000
39
.465
.003
39
.826
.000
OHI a & OHI b
Pair 1
OHI a & OHI c
Pair 2
OHI b & OHI c
Pair 3
OHI a & OHI
Pair 4
N
Correlation
Sig.
Paired Samples Test
.92 .665 .107 .71 1.14 8.665 38 .000 .47 .539 .086 .30 .65 5.493 38 .000 -.45 .765 .122 -.70 -.20 -3.664 38 .001 .70 .469 .075 .55 .85 9.295 38 .000 OHI a - OHI b
Pair 1
OHI a - OHI c Pair 2
OHI b - OHI c Pair 3
OHI a - OHI Pair 4
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test (g. orkes)
Paired Samples Statistics
2.48 39 .988 .158 1.24 39 .688 .110 2.48 39 .988 .158 1.60 39 .797 .128 1.24 39 .688 .110 1.60 39 .797 .128 2.48 39 .988 .158 1.42 39 .710 .114 OHI a
OHI b Pair 1
OHI a OHI c Pair 2
OHI b OHI c Pair 3
OHI a OHI Pair 4
Mean N Std. Deviation
Std. Error Mean
Paired Samples Correlations
39
.857
.000
39
.843
.000
39
.825
.000
39
.889
.000
OHI a & OHI b
Pair 1
OHI a & OHI c
Pair 2
OHI b & OHI c
Pair 3
OHI a & OHI
Pair 4
N
Correlation
Sig.
Paired Samples Test
1.24
.533
.085
1.07
1.41
14.523
38
.000
.88
.532
.085
.71
1.05
10.328
38
.000
-.36
.451
.072
-.50
-.21
-4.961
38
.000
1.06
.482
.077
.90
1.22
13.720
38
.000
OHI a - OHI b
Pair 1
OHI a - OHI c
Pair 2
OHI b - OHI c
Pair 3
OHI a - OHI
Pair 4
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
Paired Differences
(5)
T-Test
Group Statistics
39
.13
1.341
.215
39
.67
1.108
.177
39
.15
1.387
.222
39
.21
1.005
.161
39
.28
1.503
.241
39
.87
1.454
.233
39
.87
1.880
.301
39
.92
1.421
.228
39
-.44
1.273
.204
39
.51
1.275
.204
39
.44
2.113
.338
39
1.44
1.889
.302
Kelompok pengamatan
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Selisih pengetahuan awal
dengan post test ke 1
Selisih pengetahuan post
test ke 1 dengan post test
ke 2
Selisih pengetahuan awal
dengan post test ke 2
Selisih sikap awal
dengan post test ke 1
Selisih sikap post test ke
1 dengan post test ke 2
Selisih sikap awal
dengan post test ke 2
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Independent Samples Test
.460 .500 -1.933 76 .057 -.54 .279 -1.093 .016
-1.933 73.390 .057 -.54 .279 -1.094 .017
2.937 .091 -.187 76 .852 -.05 .274 -.597 .495
-.187 69.276 .852 -.05 .274 -.598 .496
.009 .925 -1.761 76 .082 -.59 .335 -1.257 .077
-1.761 75.916 .082 -.59 .335 -1.257 .077
3.307 .073 -.136 76 .892 -.05 .377 -.803 .700
-.136 70.737 .892 -.05 .377 -.804 .701
.001 .971 -3.289 76 .002 -.95 .288 -1.523 -.374
-3.289 76.000 .002 -.95 .288 -1.523 -.374
.495 .484 -2.204 76 .031 -1.00 .454 -1.904 -.096
-2.204 75.068 .031 -1.00 .454 -1.904 -.096
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Selisih pengetahuan awal
dengan post test ke 1
Selisih pengetahuan post test ke 1 dengan post test ke 2
Selisih pengetahuan awal dengan post test ke 2
Selisih sikap awal dengan post test ke 1
Selisih sikap post test ke 1 dengan post test ke 2
Selisih sikap awal dengan post test ke 2
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means
(6)
T-Test
Group Statistics
39
.73
1.523
.244
39
.09
1.668
.267
39
-.21
1.391
.223
39
.98
1.613
.258
39
.51
1.803
.289
39
1.07
2.080
.333
39
-.92
.665
.107
39
-1.24
.533
.085
39
.45
.765
.122
39
.36
.451
.072
39
-.47
.539
.086
39
-.88
.532
.085
Kelompok pengamatan
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Perawat Gigi
Guru Orkes
Selisih tindakan awal
dengan post test ke 1
Selisih tindakan post
test ke 1 dengan post
test ke 2
Selisih tindakan awal
dengan post test ke 2
Selisih ohi awal dengan
post test ke 1
Selisih ohi post test ke
1 dengan post test ke 2
Selisih ohi awal dengan
post test ke 2
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Independent Samples Test
.139 .710 1.776 76 .080 .64 .362 -.078 1.363
1.776 75.379 .080 .64 .362 -.078 1.363
2.364 .128 -3.516 76 .001 -1.20 .341 -1.878 -.520
-3.516 74.395 .001 -1.20 .341 -1.878 -.520
.888 .349 -1.263 76 .211 -.56 .441 -1.435 .321
-1.263 74.498 .211 -.56 .441 -1.435 .322
2.670 .106 2.313 76 .023 .32 .136 .044 .587
2.313 72.532 .024 .32 .136 .044 .588
9.625 .003 .635 76 .527 .09 .142 -.193 .373
.635 61.601 .528 .09 .142 -.194 .375
.003 .954 3.347 76 .001 .41 .121 .164 .647
3.347 75.987 .001 .41 .121 .164 .647
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Selisih tindakan awal
dengan post test ke 1
Selisih tindakan post test ke 1 dengan post test ke 2
Selisih tindakan awal dengan post test ke 2
Selisih ohi awal dengan post test ke 1
Selisih ohi post test ke 1 dengan post test ke 2
Selisih ohi awal dengan post test ke 2
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means