Permasalahan Tujuan Hipotesis Manfaat Persalinan

orang ibu yang bersalin perbulannya. Dari hasil wawancara dengan petugas di ruang bersalin yang merawat langsung ibu‐ibu yang melahirkan diruang perawatan diketahui bahwa ibu saat persalinan khususnya pada kala I sering mengalami kecemasan yang ditandai dengan tegang, bingung, sering bertanya kepada petugas tentang perkembangan kemajuan persalinan, perasaan tidak menentu, gelisah, gampang menangis, dan lain sebagainya. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian tentang faktor‐ faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I penting dilakukan mengingat dampaknya sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan, terhadap kesehatan ibu dan bayi, sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan pemberian asuhan kepada ibu dalam masa kehamilan dan persalinan.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengaruh nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan dan dukungan dari lingkungan sosial serta tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan

Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan, dukungan dari lingkungan sosial dan tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.

1.4. Hipotesis

Apakah terdapat pengaruh faktor nyeri, keadan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan, dukungan lingkungan sosial dan tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.

1.5. Manfaat

Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan informasipendidikan kesehatan bagi ibu hamil dalam mempersiapkan fisik dan psikis ibu yang optimal dalam menghadapi persalinan 2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya ibu agar memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu serta mendapatkan Universitas Sumatera Utara informasipendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan persiapan persalinan mendatang sehingga dalam menghadapi persalinan, lebih tenang dan penuh percaya diri. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persalinan

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Secara normal persalinan dimulai ketika janin sudah cukup mature untuk dapat mempertahankan dirinya dari kehidupan intrauterine kepada kehidupan ekstrauterine Viable. Sejak itu maka kehidupan seorang wanita hamil yang usia kehamilannya aterm 37‐42 minggu harus mampu melahirkan janin secara spontan dari rahim melalui jalan lahir tanpa membahayakan ibu maupun janin. Namun demikian pada masa persalinan dan kelahiran ini merupakan saat yang berisiko baik terhadap ibu maupun janinnya Bobak, 2000; Pilliteri, 2003. Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu kala I disebut juga kala pembukaan, dimana terjadinya pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap 10 cm, kala II disebut juga kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir, kala III atau kala uri dimana plasenta lepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan lamanya 1‐2 jam Mochtar, 1998. Universitas Sumatera Utara Kala I persalinan berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Secara klinis dapat dinyatakan persalinan dimulai bila timbul his dan keluar lendir bercampur darah. Lendir bercampur darah berasal dari pembuluh‐pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran‐pergeseran ketika serviks membuka. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida, ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ataupun harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap, bila ketuban pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri lengkap, yang pada primigravida berlangsung selama kurang lebih 13 jam sedangkan pada multigravida kurang lebih 7 jam Prawirohardjo, 2002 Menurut Auvenshine dan Enriquez 1990, faktor‐faktor yang terlibat didalam mulainya persalinan adalah faktor hormonal dan faktor distensi uterus. Faktor hormonal yaitu hormon progesteron yang dihasilkan oleh plasenta. Oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari posterior dari ibu, juga oleh janin, estrogen, 11 Universitas Sumatera Utara kortisol dihasilkan oleh bagian korteks adrenal janin, prostaglandin yang dihasilkan dari desidua uteri dan selaput janin. Seperti halnya menurut Gorrie Mc Kinney, dan Murray 1998, faktor‐faktor yang berperan di dalam mulainya persalinan adalah meningkatnya produksi glukokortikoid dan androgen dari kelenjar adrenal janin sehingga menurunkan sekresi progesteron dan meningkatnya produksi prostaglandin yang menstimulasi kontraksi uterus, perubahan rasio estrogen dan progesteron serta peregangan atau tekanan dari uterus dan serviks. Dua sampai tiga minggu sebelum permulaan persalinan, segmen bawah dari uterus akan merenggang dan membiarkan janin turun lebih jauh kebawah, kepala tersebut bisa saja turun dan mengunci engaged. Fundus tidak lagi mendesak paru‐ paru, pernafasan menjadi lebih lega. Jantung dan paru dapat berfungsi lebih baik dan wanita tersebut mengalami kelegaan yang dikenal dengan sebutan peringanan. Symphisis pubis akan melebar dan dasar panggul menjadi lebih rileks dan melembut, yang memungkinkan uterus turun lebih jauh kedalam panggul. Sebelum peringanan, fundus mendesak diafragma, segmen uterus bagian bawah tidak lembek dan belum merenggang untuk menampung kepala janin yang oleh karenanya tetap tinggi. Pada wanita primigravida, otot‐otot abdominal berada dalam tonus yang baik, sehingga dapat memegang uterus dalam posisi tegak serta membantu dalam penguncian kepala janin, Pada wanita otot‐otot abdomen cenderung lebih rileks dan karena itu abdomen akan menjadi sedikit lebih berayun sehingga kepala janin Universitas Sumatera Utara mungkin tidak akan mengunci. Berjalan menjadi sedikit sulit oleh karena symphisis pubis lebih mobile dan relaksasi dari sendi sakro‐iliaca bisa menimbulkan rasa sakit di punggung. Tekanan pada fundus akan berakibat pada peningkatan tekanan didalam panggul, yang bisa dijelaskan dengan adanya kepala janin, kongesti pembuluh vena diseluruh daerah tersebut serta relaksasi sendi‐sendi panggul. Sekresi vagina juga paling banyak pada periode ini Bobak, 2000; Pilliteri, 2003. Kongesti pada panggul akan membatasi kapasitas bladder kandung kemih yang akan memerlukan agar dikosongkan lebih sering. Kelemahan otot dasar panggul bisa menimbulkan pengendalian yang buruk atas otot sphincter serta timbulnya sedikit inkontinensia stress. Banyak wanita mengalami kontraksi sebelum datangnya permulaan persalinan yang sesungguhnya, yang bisa terasa sakit dan bisa terjadi secara teratur untuk sementara dan menyebabkan wanita tersebut berpikir bahwa persalinan sudah mulai. Kedua ciri‐ciri persalinan yang sesungguhnya yang tidak terdapat adalah retraksi dan pembukaan serviks. Cerviks leher rahim akan keatas dan secara perlahan menyatu dengan segmen bagian bawah uterus. Pada wanita primigravida hal ini bisa menimbulkan penipisan sepenuhnya, tetapi pada wanita multigravida suatu kanal akan tetap bisa teraba. Selama periode pra‐persalinan banyak mengalami perasaan kaku, canggung dan letih. Perubahan mood keadaan jiwa merupakan peristiwa biasa dan suatu gelombang energi bisa saja dialami oleh wanita tersebut. Kerisauan bisa Universitas Sumatera Utara meningkatkan produksi adrenalin yang akan menghambat kegiatan uterus dan bisa pada gilirannya memperlama persalinan. Sikap bidan, nasihat dan bimbingan yang diberikan selama kehamilan akan mempengaruhi bukan hanya kemajuan persalinan tetapi juga hubungan antara kedua pasangan satu sama lain dan terhadap bayinya setelah ia lahir kelak. Secara fisiologis, ketika usia kehamilan sudah cukup matur, timbul serangkaian gejala yang menandakan dimulainya persalinan. Menurut Pilliteri 2003 ada berbagai faktor yang menyebabkan persalinan dimulai. Faktor‐faktor tersebut saling bekerjasama menghasilkan kontraksi uterus yang sangat kuat, teratur, ritmik yang berakhir dengan lahirnya janin dan plasenta. Faktor‐faktor yang dimaksud adalah: 1. Peregangan otot uterus, dengan bertambahnya usia kehamilan, kapasitas uterus bertambah dan otot‐otot dinding uterus semakin tegang. Kondisi ini menyebabkan perangsangan mekanik berupa kontraksi uterus. 2. Tekanan pada serviks. Kondisi tersebut merangsang pelepasan oksitosin dan menyebabkan kontraksi uterus. 3. Stimulasi oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat dan otot‐ otot uterus sangat peka terhadap pengaruh oksitosin. Oksitosin bekerjasama dengan prostaglandin untuk menimbulkan kontraksi. Universitas Sumatera Utara 4. Perubahan rasio antara hormon estrogen dan progesteron berangsur‐angsur menurun pada akhir kehamilan dibandingkan dengan kadar estrogen, hal ini merangsang kontraksi uterus. 5. Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasenta menjadi tua. Proses tersebut menyebabkan vili khorialis mengalami perubahan‐perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun. Hal ini merangsang kontraksi uterus. 6. Peningkatan kadar kortisol janin. Hal ini menyebabkan menurunnya pembentukan progesteron dan meningkatnya prostaglandin yang merangsang timbulnya kontraksi uterus. 7. Selaput janin memproduksi prostaglandin. Kondisi tersebut merangsang kontraksi uterus. Menurut Bobak 2004, kala I persalinan dibagi dalam 3 bagian yaitu : 1. Fase Persiapan Laten Fase persiapanLaten, merupakan fase pertama yaitu terjadinya pembukaan dilatasi dan penipisan leher rahim dengan pembukaan leher rahim mencapai 3 cm, selain itu ibu mulai merasakan kontraksi yang jelas, berlangsung selama 30‐50 detik dengan jarak 5‐20 menit. Semakin bertambah pembukaan leher rahim, maka kontraksi akan makin sering. Beberapa ibu khususnya yang sensitif mulai merasa sakit, namun beberapa ibu lainnya tidak merasa sakit sama sekali. Universitas Sumatera Utara Gejala ‐gejala pada fase persiapan yaitu sakit punggung yang dapat menetap atau hanya saat kontraksi, kejang perut seperti haid, gangguan pencernaan, diare, perasaan hangat diperut, pengeluaran lendir dengan bercak darah dan kemungkinan membran ketuban pecah diikuti keluarnya cairan ketuban baik secara mengalir, merembes, maupun menyemprot. Secara emosional ibu merasa cemas, tidak pasti, takut, gembira, lega atau siap dan beberapa ibu merasa santai dan banyak bicara namun ada juga yang tegang sehingga enggan membuka mulut. 2. Fase Aktif Biasanya fase ini berlangsung lebih pendek dari fase persiapan. Kegiatan rahim mulai lebih aktif dan banyak kemajuan yang terjadi dalam waktu singkat. Kontraksi semakin lama berlangsung 40‐60 detik kuat dan sering 3‐4 menit sekali pembukaan leher rahim mencapai 7 cm. Gejala ‐gejala pada fase aktif adalah sebagai berikut, bertambahnya rasa tidak nyaman bersamaan dengan kontraksi, bertambah sakit pungung, rasa tidak nyaman pada kaki, keletihan, bertambahnya pengeluaran lendir dan darah. Jika sebelumnya membran ketuban belum pecah, mungkin akan pecah saat ini. Secara emosional ibu gelisah, makin sulit tenang maupun santai, makin tegang, tidak dapat berkonsentrasi, makin terpengaruh dengan kondisi yang sedang terjadi, rasa percaya diri mulai goyah sepertinya persalinan tidak akan selesai namun mungkin juga terjadi sebaliknya ibu gembira dan bersemangat karena persalinan mulai terjadi. Universitas Sumatera Utara 3. Fase Transisi Fase ini merupakan fase yang paling melelahkan dan berat, dimana banyak ibu merasa sakit hebat. Hal ini dikarenakan kontraksi meningkat dan menjadi sangat kuat 2‐3 menit sekali selama 60‐90 detik. Puncak kontraksi yang sangat kuat dan lamanya hampir sama dengan kontraksi itu sendiri. Ibu merasa seolah‐olah kontraksi tidak pernah berhenti dan tidak ada waktu istirahatnya. Pembukaan rahim mencapai 10 cm, 3 cm terakhir sangat cepat rata‐rata 15 menit hingga 1 jam. Gejala ‐gejala pada fase transisi antara lain adalah tekanan kuat dibagian bawah pungung atau perineum, tekanan pada anus membuat ibu ingin mengejan tanpa terasa, panas dan berkeringat atau dingin dan gemetar atau bergantian, pengeluaran lendir dan darah bertambah karena banyak pembuluh darah kapiler pecah, kaki kejang, dingin dan gemetar tidak terkendali, rasa mengantuk karena oksigen berpindah dari otak kedaerah persalinan, mual, muntah, dan kehabisan tenaga. Menurut Varney 1997, keadaan yang dianggap fisiologis pada persalinan kala I adalah sebagai berikut: 1. Durasi Lamanya persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas ibu, keadaan psikologis, bentuk dan ukuran pangul, serta karakter dari kontraksi uterus Universitas Sumatera Utara tersebut. Sebagian besar dari seluruh tahapan persalinan adalah merupakan proses dari kala I, dan pada umumnya diharapkan bahwa fase aktif akan berakhir dalam waktu 12 jam. 2. Aksi Uterus Setiap kontraksi uterus selalu bermula dari fundus didekat salah satu kornunya dan merembet sampai kebawah. Kontraksi tersebut berlangsung paling lama disana dan sekaligus juga paling kuat dibagian fundus tetapi mencapai puncaknya secara bersamaan diseluruh bagian secara bersamaan. Pola semacam ini memungkinkan serviks membuka dan fundus yang berkontraksi kuat tersebut mampu mengeluarkan janin. Polaris dipakai untuk menyatakan keharmonisan neuro‐muskular yang menonjol antara kedua kutub atau segmen uterus selama persalinan. Selama setiap kontraksi uterus tersebut kedua kutub ini beraksi secara harmonis. Kutub yang diatas berkontraksi dengan kuat dan ber‐retraksi untuk mendorong keluar sijanin; sedangkan kutub yang dibawah berkontraksi sedikit dan membuka untuk membiarkan proses pengeluaran janin berjalan, jika polarisasinya tidak teratur maka kemajuan persalinan akan terganggu. Universitas Sumatera Utara 4. Kontraksi dan retraksi Otot‐otot uterus memiliki satu sifat yang unik. Selama proses persalinan kontraksi tidak sepenuhnya berlanjut tetapi serabut otot menahan sebagian dari pemendekan kontraksi dan tidak sepenuhnya ini disebut retraksi. Aksi ini membantu pengeluaran secara progresif dari janin, segmen atas dari uterus berubah secara perlahan menjadi pendek dan lebih tebal dan rongganya mengecil. Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi setiap 15‐20 menit dan bisa berlangsung kira‐kira 30 detik. Kontraksi‐kontraksi ini sedikit lemah dan bahkan bisa tidak terasa oleh ibu yang bersangkutan. Kontraksi‐kontraksi ini biasanya terjadi dengan keteraturan yang berirama dan interval selang antar waktu diantara kontraksi secara berlangsung menjadi lebih pendek, sementara lamanya kontraksi semakin panjang. Pada akhir kala I kontraksi bisa terjadi 2‐3 menit selang waktunya dan berlangsung selama 50‐60 detik dan sangat kuat. 5. Pembentukan segmen atas dan bawah uterus Pada akhir kehamilan badan rahim terbagi menjadi dua segmen yang secara anatomis berbeda. Segmen uterus bagian atas terutama dikaitkan dengan kontraksi dan tebal serta berotot sedangkan segmen bagian bawah disiapkan untuk menggembungkan dan pembukaan serta lebih tipis. Segmen bagian bawah telah berkembang dari isthmus dan panjangnya kira‐kira 8‐10 cm. Pada Universitas Sumatera Utara waktu persalinan dimulai, serat longitudinal yang ber‐retraksi di segmen bagian atas akan menarik segmen bagian bawah yang menyebabkannya melebar. Hal ini dibantu lagi oleh gaya yang dikenakan oleh kepala atau bagian sungsang yang menurun. 6. Cincin Retraksi Sebuah garis akan terbentuk diantara segmen bagian atas dan bagian bawah yang dikenal dengan nama cincin retraksi atau cincin bandl. Biasanya kita menggunakan istilah yang pertama untuk menggambarkan cincin retraksi fisiologis dan hanya mengunakan istilah cincin bandl untuk tingkat gejala tertentu yang berlebihan yang akan terlihat diatas symphisis pubis pada persalinan yang lambat. Cincin retraksi yang normal akan secara perlahan naik saat segmen uterus bagian atas berkontraksi dan retraksi sedangkan segmen uterus bagian bawah akan menipis untuk mengakomodasikan janin yang menurun setelah serviks sepenuhnya membuka dan janin bisa meninggalkan uterus maka cincin retraksi tidak akan naik lagi. 7. Penipisan serviks Jika serviks belum terisi selama hari‐hari terakhir dari kehamilan maka proses ini akan terjadi pada saat persalinan. Serabut‐serabut otot yang Universitas Sumatera Utara mengelilingi lobang dalam leher serviks akan tertarik keatas oleh segmen atas yang retraksi dan serviks menyatu kedalam segmen uterus yang bawah. Saluran serviks akan melebar dan mendatar. Pada wanita primigravida, lobang luar leher rahim akan tetap tertutup hingga serviks menjadi rata diatas bagian janin yang menyodor dan seluruhnya akan menipis, sedangkan pada wanita multigravida lobang luar serviks akan mulai membuka sebelum penipisan selesai. Pada wanita yang tinggi paritasnya, serviksnya mungkin tidak akan pernah menipis dengan sepenuhnya. 8. Pembukaan serviks Pembukaan serviks ialah proses pembesaran lubang luar dari serviks dari keadaan yang tertutup rapat menjadi lobang yang cukup besar untuk memungkinkan lewatnya kepala janin. Pembukaan diukur dalam centimeter dan pembukaan penuh kira‐kira 10 cm. Pembukaan akan terjadi sebagai akibat dari tekanan pada uterus oleh janin. Tekanan pada rahim akan menyebabkan fundus uteri bereaksi dengan jalan berkontraksi. 9. Perdarahan Sebagai akibat dari pembukaan serviks, maka operculum yang membentuk sumbat serviks selama kehamilan, akan menjadi lenyap. Wanita tersebut akan melihat pengeluaran lendir campur darah beberapa jam sebelum atau dalam waktu beberapa jam setelah persalinan dimulai. Darah tersebut datang dari Universitas Sumatera Utara pembuluh ‐pembuluh halus yang pecah didalam parietal decidua dimana chorion telah terlepas dan juga dari serviks yang sedang membuka. Jumlah darah ini seharusnya tidak boleh lebih dari hanya noda darah saja. Jika perdarahan aktif terjadi, hal itu dianggap tidak normal. Tabel 2.1 Arti Penting Dari Perubahan‐Perubahan Fisiologis Ibu Yang Terjadi Selama Persalinan Perubahan Fisiologis Arti Penting Tekanan Darah Meninggi selama kontraksi dengan kenaikan sistolik rata‐rata sebesar 15 10 ‐20 mmHg dan kenaikan diastolik rata ‐rata sebesar 5‐10 mmHg. Diantara kontraksi‐kontraksi, tekanan darah tersebut kembali ketingkat pra‐ persalinan Perubahan posisi ibu dari terlentang menjadi miring kesamping akan menghilangkan perubahan dalam tekanan darah ini selama satu kontraksi Rasa nyeri, rasa takut dan kekawatiran bisa menaikkan tekanan darah ini lebih lanjut Untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, ukurlah dengan benar diantara dua kontraksi Jika seorang ibu dalam keadaan sangat takut atau sangat khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutlah dan bukan pre‐eklampsia yang menyebabkan kenaikan tekanan tersebut. Periksalah parameter lainnya untuk bisa mengesampingkan pre ‐eklampsia. Berilah asuhan pendukung dan pengobatan yang akan bisa membuatnya santai sebelum membuat diagnosa akhir jika pre‐eklapsia benar tidak ada. Universitas Sumatera Utara Metabolisme Selama pengobatan, baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan dan terus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh kecemasan serta oleh kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut jantung, pernapasan, output kardiak, dan kehilangan cairan Suhu Akan sedikit naik selama persalinan; tertingi selama dan segera setelah kelahiran. Untuk bisa dianggap normal, kenaikan ini tidak boleh melampaui 1 sampai 2° F 0,5 sampai 1° C. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan Denyut Jantung Angka denyut antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode segera sebelum pra‐persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Kenaikan output kardiak serta kehilangan cairan akan mempengaruhi fungsi renal dan akan menimbulkan kekhawatiran dan langkah‐langkah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Suhu yang naik sedikit ini bisa dianggap normal. Akan tetapi, bila persalinan berlangsung lama, kenaikan suhu bisa berindikasi adanya dehidrasi, dan parameter lainnya harus dicek. Juga, jika selaput ketuban pecah secara premature, suhu yang naik bisa merupakan indikasi infeksi dan tidak bisa dianggap normal dalam keadaan seperti ini Denyut yang sedikit naik bisa dianggap normal. Periksa parameter lainnya untuk bisa mengesampingkan adanya proses infeksi. Universitas Sumatera Utara Pernafasan Kenaikan pernafasan sedikit normal selama persalinan dan hal ini mencerminkan kenaikan metabolisme. Hyperventilasi yang lama adalah tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis. Sedikit sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat mengenai pernafasan oleh karena angkanya dan iramanya dipengaruhi oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan tehnik‐tehnik bernafas. Observasi pernafasan ibu dan bantu dalam mengendalikan pernafasan tersebut untuk menghindari hiperventilasi yang terlalu lama, yang dibuktikan dengan adanya perasaan geli pada tungkai serta perasaan pusing. Perubahan renal Polyuria sering terjadi selama persalinan. Mungkin diakibatkan oleh output kardiak yang naik selama persalinan dan kemungkinan besar kenaikan dalam angka filtrasi glomerular serta aliran plasma renal. Polyuria tidak begitu kentara dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama kehamilan Sedikit proteinuria trace, 1+ biasanya sepertiga sampai separuh jumlah wanita dalam persalinan Proteinuria 2+ dan diatasnya sudah jelas tidak normal Kantung kemih harus sering‐sering dievaluasi setiap 2 jam untuk melihat apakah ada penggelembungan dan harus dikosongkan untuk mencegah trauma kandung kemih serta retensi urine selama masa segera setelah pasca bersalin Hal ini lebih sering pada wanita primipara, atau mengalami anemia, atau persalinan lama berindikasi pre eklampsi Universitas Sumatera Utara Perubahan Gastrointestinal Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat sangat berkurang, ini dikombinasikan dengan pengurangan selanjutnya dari sekresi gastrik selama persalinan akan membuat pencernaan hampir terhenti dan menghasilkan waktu pengosongan usus menjadi sangat lambat . Makanan yang masuk kedalam lambung selama atau segera sebelum persalinan atau selama fase laten dari persalinan kemungkinan besar akan berada didalam lambung selama persalinan. Rasa mual dan muntah ‐muntah bukanlah hal yang jarang selama fase transisi yang menandai berakhirnya kala satu persalinan Lambung yang penuh bisa menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu para wanita diinstruksikan jangan makan terlalu banyak atau minum berlebihan tetapi makan dan minumlah secukupnya untuk mempertahankan energi dan hidrasi. Medikasi oral dianggap kurang efektif selama persalinan. Perubahan gastro‐ intestinal mungkin adalah merupakan reaksi terhadap salah satu atau kombinasi dari faktor‐faktor berikut: kontraki uterus, rasa nyeri, rasa takut, cemas, medikasi atau komplikasi.

2.2. Kecemasan