dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah ; 1. Ketegangan motorikalat
gerak, seperti gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak
dapat diam, kening berkerut, mudah kaget. 2. Hiperaktifitas saraf otonom simpatis
dan parasimpatis, seperti keringat berlebihan, jantung berdebar‐debar, rasa dingin
di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil,
diare, muka merahpucat, denyut nadi dan nafas cepat. 3. Rasa khawatir yang
berlebihan tentang hal‐hal yang akan datang, seperti cemas, takut, khawatir,
membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya. 4. Kewaspadaan
yang berlebihan, seperti perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur,
mudah tersinggung, tidak sabar Hawari, 2004.
2.2.1. Faktor‐Faktor Kecemasan
1. Nyeri
Hampir semua wanita mengalamimerasakan nyeri selama persalinan, tetapi
respon setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda‐beda. Nyeri adalah
pengalaman yang berbeda yang dirasakan seseorang Reeder dan Martin, 1997.
Nyeri pada persalinan kala I adalah perasaan sakit dan tidak nyaman yang dialami
ibu sejak awal mulainya persalinan sampai servik berdilatasi maksimal 10 cm. Nyeri
ini disebabkan oleh proses dari dilatasi serviks, hipoksia otot uterus, ischemia korpus
uteri, peregangan segmen bawah uterus dan kompresi saraf di serviks ganglionik
Universitas Sumatera Utara
servikalis. Subjektif nyeri ini dipengaruhi oleh paritas, ukuran dan posisi janin,
tindakan medis, kecemasan, kelelahan, budaya dan mekanisme koping dan
lingkungan Reeder dan Martin, 1997. Nyeri mengakibatkan ketegangan stress
karena stress dapat melepaskan katekolamin yang mengakibatkan berkurangnya
aliran darah ke uterus sehingga uterus kekurangan oksigen Iswani, 2002.
Rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh dua hal, yaitu pada
tahap pertama persalinan, kontraksi rahim yang menyebabkan ; 1. Dilatasi dan
penipisan serviks. 2. Iskhemia rahim penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal
mengalami defisit akibat konstriksi arteri miometrium. Impuls rasa nyeri pada tahap
pertama persalinan transmisi melalui segmen saraf spinalis T11‐T12 saraf sensori
torakal bawah serta saraf simpatik lumbal atas. Saraf ini berasal dari korpus uterus
dan serviks Bobak, 2004.
Nyeri persalinan terbagi atas dua jenis yaitu : 1 Nyeri visceral, bersifat
lambat, dalam dan tidak terlokalisir. Nyeri ini mendominasi selama kala I persalinan
yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman akibat kontraksi uterus dan pembukaan
serviks. 2. Nyeri somatik, bersifat lebih cepat, tajam atau menusuk dan lokasinya
jelas. Nyeri ini pada akhir kala I dan selama kala II merupakan akibat dari penurunan
kepala janin yang menekan jaringan‐jaringan maternal Bobak, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Nyeri melibatkan dua komponen yaitu fisiologis dan psikologis. Secara
fisiologis, seorang wanita yang bereaksi terhadap nyeri disertai rasa takut dan cemas
akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis dan meningkatkan sekresi katekolamin
atau epineprin dan norepineprin yang mengakibatkan perangsangan reseptor alpa
dan beta. Kombinasi efek perangsang dari reseptor alpa dan beta akibat sekresi
katekolamin yang berlebihan akan menimbulkan penurunan aliran darah dari dan ke
plasenta sehingga membatasi suplai oksigen serta penurunan efektifitas dari
kontraksi uterus yang memperlambat proses persalinan, hambatan fisik lainnya yang
dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri adalah akibat dari persalinan yang
berlangsung lama, ibu mempunyai penyakit atau penyulit saat bersalin dan
pemeriksaan jalan lahir berulang‐ulang oleh tenaga medis Kinney, 2002;
Danuatmaja, 2004.
Secara psikologis pengurangan nyeri akan menurunkan tekanan yang luar
biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu mungkin akan menemukan kesulitan untuk
bertinteraksi dengan bayinya setelah lahir karena ia mengalami kelelahan saat
menghadapi nyeri persalinan. Peristiwa atau kesan yang tidak menyenangkan saat
melahirkan dapat mempengaruhi responnya terhadap aktifitas seksual atau untuk
melahirkan yang akan datang Kinney et al, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2. Keadaan Fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan lebih
mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang
menderita sakit Carpenito, 2001. Seorang ibu yang hamil dengan suatu penyakit
yang menyertai kehamilannya maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi karena
kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis namun tetap beresiko terjadi
hal ‐hal yang patologis.
3. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan.
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter ahli kebidanan,
dokter umum dan bidan. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah :
a. Mengenali
dan menangani penyulit‐penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,
persalinan dan nifas. b.
Mengenali dan mengobati penyakit‐penyakit yang mungkin diderita ibu sedini
mungkin. c.
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan
nasehat‐nasehat tentang cara hidup sehari‐hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi Mochtar, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan, selain
pemeriksaan fisik, ibu akan mendapatkan informasipendidikan kesehatan tentang
perawatan kehamilan yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun
psikis, serta informasi mengenai proses persalinan yang akan dihadapi nanti. Dengan
demikian ibu diharapkan dapat lebih siap dan lebih percaya diri dalam menghadapi
proses persalinan. Untuk itu selama hamil hendaknya ibu memeriksakan
kehamilannya secara teratur ke petugas kesehatan.
Idealnya ibu hendaknya memeriksakan kehamilannya paling tidak sekali
dalam sebulan atau jika ada keluhan. Namun WHO menetapkan standar minimal
kunjungan ibu hamil ke petugas kesehatan adalah 4 x selama hamil, yakni 1 x pada
trismester pertama, 1 x pada trismester kedua dan 2 x pada trismester III Saifudin,
2001. 4.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang suatu hal
secara formal maupun non formal. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga Notoadmodjo, 2005. Selanjutnya dikatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih permanen dianut
seseorang dibandingkan dengan prilaku yang biasa berlaku Suharjo, 1996.
Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami
kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat
mengakibatkan krisi dan dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi
pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalianan, hal‐hal yang
akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini
disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh Suwandi, 1997.
5. Dukungan
Lingkungan Sosial Dukungan suami Dukungan
suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari dukungan sosial.
Dukungan sosial secara psikologis dipandang sebagai hal yang kompleks. Wortmen
dan Dunkell scheffer dalam Abraham, 1997 mengidentifikasi beberapa jenis
dukungan yang meliputi ekspresi peranan positif, termasuk menunjukkan bahwa
seseorang diperlakukan dengan penghargaan yang tinggi dan ekspresi persetujuan
atau pemberitahuan tentang ketepatan, keyakinan dan perasaan seseorang.
Dukungan keluarga terlebih suami saat ibu melahirkan sangat dibutuhkan
seperti kehadiran keluarga suami untuk mendampingi istri menjelang saat
melahirkan atau suami menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan sehingga
Universitas Sumatera Utara
istri akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses persalinan, selain itu kata‐
kata yang mampu memotivasi dan memberikan keyakinan pada ibu bahwa proses
persalinan yang dijalani ibu akan berlangsung dengan baik sehingga ibu tidak perlu
merasa cemas, tegang atau ketakutan Musbikin, 2005.
Pada kala I persalinan, reaksi psikososial ibu yang akan melahirkan, antara
lain adalah perasaan kecemasan, ketakutan dan meningkatnya sensitivitas nyeri.
Reaksi tersebut direspons sebagai stressor psikologis dan secara patofisiologis
terlepaslah hormon stress dan aktivasi dari system simpatis, selanjutnya
menimbulkan refleks otonom, akibatnya terjadilah vasokonstriksi sistemik, yang
akan menimbulkan berbagaigejala klinis seperti penurunan kontraksi otot rahim,
kakunya otot skelet sehingga proses persalinan berlangsung lebih lama LeDoux,
1998; Niven, 1992.
Dukungan suami pada kala 1 seperti :
1. Fase
laten a.
Berlatih menghitung waktu kontraksi. Jarak antara kontraksi dihitung mulai
awal sebuah kontraksi sampai awal kontraksi berikutnya. Hitunglah secara
berkala dan buat catatan jika jarak antara kontraksi kurang dari 10 menit.
b. Memberi
ketenangan dan rasa santai pada ibu dengan ketenangan diri sendiri.
Jangan cemas karena dapat berpengaruh pada ibu, lakukan latihan
Universitas Sumatera Utara
relaksasi bersama‐sama atau pijatlah ibu dengan lembut dan tidak tergesa‐
gesa. Jangan memulai latihan pernafasan karena terlalu dini.
c. Pertahankan
rasa humor, baik bagi diri ibu maupun suami. d.
Membantu ibu mengalihkan perhatian, misalnya menonton TV dan berjalan‐
jalan. e.
Memberikan kenyamanan, keyakinan dan dukungan kepada ibu
f. Mempertahankan
stamina. Makan dan minum secara berkala g.
Bantu ibu untuk menghubungi tim medis
2. Fase
aktif a.
Menjaga pintu ruang bersalin agar tetap tertutup, lampu tidak terlalu terang
agar ibu dapat istrahat. Jika diijinkan pemasangan musik lembut dapat
membantu. Lanjutkan teknik relaksasi diantara waktu kontraksi, selain itu
tetap tenang.
b. Mengikuti
perkembangan kontraksi. c.
Anjurkan ibu untuk menarik nafas jika kontraksi sulit.
d. Jika
ibu menunjukkan tanda‐tanda hiperventilasi mintalah ibu menghembuskan
nafas dikantong kertas atau pada tangan yang dikatubkan kemudian
hirup kembali udara yang dihembuskan. Ulangi beberapa kali sampai
ibu merasa baik. Jika tidak segera beritahu dokter atau perawat.
Universitas Sumatera Utara
e. Terus
memberikan kata‐kata yang meyakinkan ibu, pujian dan jangan mengkritik.
f. Pijat
ibu dengan teknik yang sudah dipelajari untuk membuatnya nyaman . g.
Jangan menganggap tidak ada sakit meskipun ibu tidak mengeluh sedikitpun.
h. Ingatkan
ibu untuk rileks diantara kontraksi. i.
Ingatkan ibu untuk mencoba buang air kecil.
j. Jangan
tersinggung jika ibu tidak bereaksi atau malah seperti terganggu terhadap
usaha yang dilakukan pendamping. k.
Jika diperbolehkan tawarkan ibu minum air melalui sedotan.
l. Gunakan
lap basah untuk menyegarkan tubuh dan wajahnya. m.
Teruskan usaha mengalihkan perhatiannya, beri semangat dan dukungan
n. Usahakan
perubahan posisi, jika mungkin berjalan‐jalanlah bersamanya. o.
Sedapat mungkin wakilli ibu saat berhubungan dengan petugas medis.
p. Jika
ibu meminta obat pereda sakit sampaikan kepada perawat atau dokter 6.
Pendidikan Pendidikan
adalah proses belajar, yang berarti didalam pendidikan terjadi proses
perkembangan atau perubahan kearah yang lebih baik dari individu, kelompok
dan masyarakat yang lebih luas. Pendidikan sejalan dengan pengetahuan dimana
pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah penginderaan terhadap
Universitas Sumatera Utara
suatu objek tertentu dan pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2003
Raystone dalam Maria, 2005 tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun
dari luar. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah
atau mereka yang tidak mempunyai pendidikan. Kecemasan adalah respon yang
dapat dipelajari. Dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor
penunjang terjadinya kecemasan.
2.3. Landasan