22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.10 Analisis Karakteristik Ginjal
Setelah perlakuan selesai, dilakukan pengamatan terhadap masing- masing ginjal hewan coba. Secara hati-hati kedua ginjal diambil dan
kemudian dilakukan analisis ginjal. Masing-masing ginjal ditimbang, diukur panjang dan tebalnya, dicatat karakteristik bentuk dan warna ginjal
serta dihitung rasio bobot ginjal 100 gr bobot tikus Wijaya,Sumi dan Farida L., 2009.
3.4.11 Analisis Kandungan Kalsium Pada Ginjal
Ginjal masing-masing tikus diletakkan di cawan penguap lalu dimasukkan ke dalam oven dengan 100
o
C selama 24 jam. Setelah ginjal kering, ginjal digerus di mortir kemudian dimasukkan ke dalam gelas
piala 100 ml berisi 10 mL asam nitrat pekat, biarkan selama 30 menit, Dilakukan pemanasan mula-mula dengan pemanasan yang rendah
kemudian suhu dinaikkan perlahan-lahan. pemanasan dihentikan sebentar dan selanjutnya diteteskan hidrogen peroksida 30 sampai bening dan
lanjutkan pemanasan sampai volume berkurang setengah dari volume awal. Hasil destruksi didinginkan kemudian dipipet 5 ml larutan contoh
dan dilakukan pengenceran 10 kali dalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan volumenya dengan aquadest. Hasil pengenceran disaring
dengan kertas whatman dan selanjutnya diukur kadar kalsium nya dengan Spektrofotometri Serapan Atom SSA pada panjang gelombang 422,7
nm Afriyanti, Ria, dan Harun Syahriar, 2011.
3.4.12 Analisis Data
Hasil pengamatan karakteristik ginjal adalah dengan mengitung rasio bobot ginjal semua kelompok tikus, untuk menghitung rasio bobot
ginjal tiap tikus menggunakan rumus tersebut : Boesro S, Warya S, Rosidana T dan Ade z. 2010
Rasio ginjal g
100g =
Berat ginjal tikus g Berat badan tikus 100g
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sedangakan hasil data kadar kalsium pada ginjal, sebelum dilakukan uji statistik hasil data SSA kadar kalsium pada ginjal dihitung
dengan rumus tersebut : Afriyanti, Ria, dan Harun Syahriar. 2011
Kadar Ca
=
.
x Fp
Keterangan: X = Kosentrasi yang didapat berdasarkan kurva kalibrasi mgL
Y = Volume larutan contoh L Z = Berat sampel gram
Fp = Faktor pengenceran Kemudian data- data tersebut diuji distribusi normalnya dengan uji
Kolmogorov-Smirnov, sedangkan keseragaman variannya diuji dengan uji Levene menggunakan taraf kepercayaan 95. Apabila data terdistribusi
normal dan homogen dilakukan ANOVA analisis varian satu arah dan jika berbeda bermakna, dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference
LSD dengan taraf kepercayaan 95. Apabila data terdistribusi tidak normal, dilakukan uji Kruskal Wallis dan jika berbeda bermakna akan
dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference LSD dengan taraf kepercayaan 95.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi, LIPI Cibinong dan diketahui bahwa sampel tumbuhan yang
diteliti adalah benar jenis tanaman pegagan Centella asiatica L.Urban suku Apiaceae lampiran 4.
4.1.2 Hasil Ekstraksi
Sebanyak 600 gram serbuk simplisia herba pegagan dimaserasi dengan etanol 70, kemudian dikentalkan dengan rotary evaporator dan
didapatkan ekstrak kental sebanyak 193,54 gram dan didapatkan rendeman sebesar adalah 32,2. Perhitungan rendemen terdapat pada lampiran 6.
4.1.3 Hasil Penapisan Fitokimia
Pada uji penapisan fitokimia ekstrak etanol herba pegagan diperoleh hasil berupa kandungan metabolit sekunder. Berikut ini adalah data berupa
hasil penapisan fitokimia dari ekstrak etanol herba pegagan. Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia Herba Pegagan
Metabolit Sekunder Hasil
Alkaloid -
Flavonoid +
Saponin +
Tanin +
Terpenoid +
Hasil uji
penapisan fitokimia
terhadap herba
pegagan Centella asiatica L. terlihat pada tabel 4.1 menunjukkan adanya
golongan senyawa flavonoid, saponin, tannin dan terpenoid.