29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Penghambatan batu ginjal oleh dosis 250 mgkg BB •
, , ,
x 100 = 16,75 3. Penghambatan batu ginjal oleh dosis 500 mgkg BB
•
, , ,
x 100 = 31,25 4. Penghambatan batu ginjal oleh dosis 1000 mgkgBB
•
, , ,
x 100 = 29
5.2 Pembahasan
Penelitian uji aktivitas penghambat pembentukan batu ginjal ini menggunakan sampel ekstrak herba pegagan Centella asiatica L. .
Herba pegagan didapatkan dari kebun di sekitar wilayah Cimanggu Bogor. Semua bagian tumbuhan diambil seperti daun dan batang kecuali akar.
Kemudian tanaman herba pegagan dilakukan determinasi dengan tujuan memastikan bahwa tanaman yang digunakan tersebut benar jenis pegagan
suku apiaceae, setelah itu herba pegagan dicuci dengan air mengalir, hal ini bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang menempel di
tanaman. Herba pegagan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar, tidak dilakukan dibawah sinar matahari karena jika dijemur di
bawah sinar matahari secara langsung dapat merusak senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam herba pegagan. Tujuan pengeringan
adalah untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam herba dan untuk keefektifan ekstraksi, sehingga dalam proses ekstraksi bahan telah
kering dan lebih muda berinteraksi dengan cairan pelarut. Simplisia dibuat menjadi serbuk halus. Bahan dihaluskan dengan tujuan untuk
memperbesar permukaan yang akan bersentuhan dengan pelarut. Pelarut yang digunakan untuk proses maserasi herba pegagan kali ini
adalah etanol 70, karena etanol 70 merupakan pelarut yang universal yang dapat menarik senyawa bersifat polar, semi polar dan non polar. Dari
penelitian yang telah dilakukan bahwa penyarian herba pegagan menggunakan etanol 70 memiliki hasil penyarian yang tertinggi
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dibandingkan dengan pelarut lain Pramono, S. 2004. Etanol 70 juga lazim digunakan untuk ekstraksi simplisia kering, ini disebabkan agar
pelarut lebih mudah berpenetrasi ke dalam simplisia sehingga zat-zat yang terdapat pada simplisia lebih mudah terekstraksi. Serbuk herba pegagan
sebanyak 600 gram dimaserasi dengan etanol 70 sehingga diperoleh ekstrak etanol herba pegagan sebanyak 193,54 gram, sehingga
rendemennya adalah 32,2. Pada buku Farmakope Herbal menyatakan rendeman untuk ekstrak pegagan tidak kurang dari 7,2. Dalam hal ini,
rendeman ekstrak etanol herba pegagan tersebut memenuhi persyaratan. Selanjutnya dilakukan penapisan fitokimia , hal ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak. Pada ekstrak etanol herba pegagan diperoleh hasil positif mengandung
flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid Pengujian parameter non spesifik ekstrak etanol herba pegagan juga
dilakukan yaitu dengan menguji kadar abu dan susut pengeringan ekstrak etanol dari herba pegagan tersebut. Kadar abu penting dilakukan karena
kadar abu dapat menunjukkan kelayakan suatu sampel untuk pengolahan berikutnya, bila kadar abu suatu sampel tinggi, itu menyatakan bahwa
masih banyak pengotor lain seperti unsur mineral dan anorganik yang terikut pada sampel tersebut. Selain itu kadar abu juga dapat digunakan
sebagai parameter nilai gizi suatu sampel. Berdasarkan Farmakope Herbal kadar abu tidak boleh lebih dari 16,6 sedangkan kadar abu dari ekstrak
etanol herba pegagan tersebut sebesar 4,13, itu menandakan ekstrak herba pegagan tersebut masih dalam ambang batas syarat kelayakan.
Pengukuran susut pengeringan yaitu untuk mengetahui banyaknya air dan senyawa yang mudah menguap yg masih terdapat pada ekstrak. Untuk
hasil susut pengeringan sampel ekstrak etanol herba pegagan adalah sebesar 9,18. Hasil tersebut masih sesuai syarat, karena nilai susut
pengeringan tidak boleh lebih dari 10. Reniza, Afrina Wati., 2003. Hewan coba yang digunakan untuk penelitian uji aktivitas
penghambatan pembentukan batu ginjal ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley. Galur Sprague-Dawley merupakan jenis tikus yang
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
umum digunakan untuk penelitian, mempunyai ciri berwarna putih albino, berkepala kecil, dan ekornya lebih panjang dari badannya. Tikus yang
dipilih adalah yang berkelamin jantan, hal ini dikarenakan tikus jantan kondisi biologisnya lebih stabil bila dibandingkan dengan tikus betina
selain itu populasi jantan lebih banyak yang mengalami batu ginjal dibanding yang wanita.
Untuk memperkecil variabilitas antar hewan uji, maka hewan yang digunakan harus mempunyai keseragaman bobot, yaitu memiliki berat
badan antara 150-200 gram, umur 2-3 bulan, diberi makanan dan minuman yang sama dan dalam kondisi sehat. Pengelompokan hewan uji dilakukan
berdasarkan keseragaman bobotnya Dibagi menjadi 6 kelompok, masing- masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan. Pembagian menjadi
6 kelompok terdiri dari kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, uji 1dosis rendah, uji 2 dosis sedang dan uji 3 dosis tinggi.
Hewan uji harus diadaptasikan terlebih dahulu dengan kondisi laboratorium selama 7 hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari stress
pada saat perlakuan. Sebelum hewan uji diberi perlakuan, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam dengan hanya diberi minum ad
libitum. Tujuan dipuasakan agar kondisi hewan uji sama dan mengurangi pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap absorpsi sampel yang
diberikan. Apabila tahap persiapan telah selesai, kemudian dilakukan uji dengan pemberian ekstrak etanol herba pegagan. Dosis ekstrak herba
pegagan untuk uji penghambatan pembentukan batu ginjal ini mengacu pada dosis ekstrak etanol herba pegagan sebagai diuretik pada tikus putih
jantan. Dosis yang efektif sebagai diuretik adalah 500 mgkg BB Roopesh, 2011.
Dosis 500 mgkg BB sebagai dosis sedang, dan dosis rendah merupakan ½ dari dosis sedang yaitu 250 mgkg BB, sedangkan untuk
dosis tinggi merupakan 2x dari dosis sedang yaitu sebesar 1000 mgkg BB. Sebagai kontrol pembanding, digunakan batugin elixir yang telah terbukti
dapat mencegah terjadinya batu ginjal serta dapat meluruhkan batu ginjal.
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosis batugin elixir yang diberikan pada tikuus sebagai pencegah pembentukan batu ginjal adalah dengan dosis 54 mg200 g BB.
Batugin elixir mengandung ekstrak daun tempuyung Sonchus arvensis dan ekstrak daun kejibeling Strobilanthus crispus. Daun
tempuyung berkhasiat sebagai antikalkulus urinaria, berdasarkan kemampuannya mengadakan relaksasi otot polos spasmolitik dan
tingginya kadar kalium dalam daun tersebut. Ekstrak daun tempuyung juga dapat memecahkan atau menghancurkan batu urin atau batu saluran kemih
sehingga mempermudah pengeluarannya dari dalam tubuh. Dalam hal ini ekstrak tempuyung langsung menghilangkan sebab dari sakit kolik atau
sakit pinggang. Daun kejibeling Strobilanthus crispus dikenal sebagai obat yang sangat efektif untuk kencing batu. Kadar kalium yang tinggi
menyebabkan daun ini memiliki sifat sebagai diuretik, sehingga batu-batu yang menyumbat saluran dapat terdorong keluar.
Pemberian ekstrak herba pegagan dan sediaan pembanding batugin elixir diberikan 2 jam sebelum makan, maka diberikan sebelum
pemberian larutan induksi batu ginjal. Sediaan ekstrak herba pegagan maupun batugin elixir diberikan satu kali sehari secara peroral dengan
menggunakan sonde lambung. Setelah pemberian sediaan uji dan batugin elixir, kelompok uji, kontrol negatif dan kontrol positif diberi larutan
penginduksi batu ginjal yang mengandung 0,75 etilen glikol dan 2 amonium klorida. Volume yang diberikan sebanyak12 ml 200 g BB hari.
Sore harinya semua kelompok tikus diberi makan dan minum secukupnya dengan volume seragam untuk semua kelompok. Perilaku tersebut
dilakukan kepada tikus putih jantan selama 10 hari. Pada hari ke-10, tikus dipuasakan selama 12 jam, dimaksudkan
untuk menyeragamkan kondisi hewan uji sampai saat dilasanakannya pembedahan. Pada hari ke-11 seluruh kelompok tikus dibedah, tikus di
anastesi terlebih dahulu dengan menggunakan eter hingga mati, lalu di buka abdomennya dan diambil kedua ginjalnya secara hati-hati.
Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik ginjal tikus, perhitungan rasio bobot ginjal100g BB dan analisis kadar kalsium ginjal tikus.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil analisis karakteristik ginjal tikus dari segi warna, baik kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif, uji dosis rendah, sedang
dan tinggi tidak terdapat perbedaan yang mencolok, semua ginjal kelompok hewan uji berwarna merah kecoklatan dan berbentuk seperti
kacang tanah. Pengamatan berdasarkan ukuran panjang dan tebal ginjal terlihat bahwa kelompok kontrol negatif memiliki ukuran panjang dan
tebal yang lebih besar dibandingkan kelompok lainnya, hal ini dikarenakan pemberian etilen glikol secara berlebih menyebabkan perubahan struktur
ginjal yang disebabkan nefrotoksik akibat kadar kalsium yang tinggi dalam ginjal. Menurut Guyton dan Hall 1997 manifestasi dari kelainan
ginjal adalah dengan adanya perubahan struktur ginjal baik dari bentuk maupun ukuran ginjal. Kelompok normal tidak memiliki perbedaaan
secara nyata dengan kelompok kontrol positif, kelompok uji dosis 500 mgkg BB dan uji dosis 1000 mgkg BB.
Selanjutnya ginjal tikus semua kelompok ditimbang dan dihitung rasio bobot ginjal terhadap berat badan, Rasio digunakan untuk
menyetarakan atau mengkoreksi faktor bobot badan yang lebih besar akan memiliki bobot ginjal yang besar pula begitu juga sebaliknya.
Rasio bobot ginjal100 g BB diuji statistik dengan metoda ANOVA serta dilanjutkan dengan LSD Least Significant Difference untuk
mengetahui adakah perbedaan yang bermakna atau tidak. Hasil uji statistik menghasilkan data bahwa Rasio ginjal kelompok normal dengan
kelompok negatif, positif, uji dosis 250 mg kg BB, dosis 500 mgkg BB dan dosis 1000 mgkg BB ada perbedaan secara bermakna pada taraf uji
0,05. Serta rasio ginjal kelompok positif dengan kelompok uji dosis 250 mgkg BB, dosis 500 mgkg BB dan dosis 1000 mgkg BB tidak ada
perbedaan secara bermakna pada taraf uji 0,05 Lampiran 14. Rasio bobot ginjal100 g BB rata-rata kelompok normal adalah
sebesar 0,64, sedangkan pada ginjal kelompok kontrol negatif yang mengalami peradangan dan mengandung banyak deposit kalsium memiliki
rasio sebesar 0,96. Rasio ginjal kelompok kontrol positif mampu menurunkan rasio ginjal mencapai 21,87 dari rasio kontrol negatif,
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ekstrak etanol herba pegagan dosis 250 mgkg BB mampu menurunkan rasio ginjal mencapai 18,75, ekstrak etanol herba pegagan dosis 500
mgkg BB menurunkan rasio ginjal sebesar 22,92, dan pada dosis 1000 mgkg BB mampu menurunkan rasio ginjal mencapai 21,87. Aktivitas
anti radang dari ekstrak etanol herba pegagan mampu menurunkan rasio ginjal relatif mendekati normal. Data rasio bobot ginjal tersebut
menggambarkan bahwa nefrotoksik secara otomatis meningkatkan bobot ginjal karena kebengkakan akibat reaksi radang karena kadar kalsium yang
tinggi dalam ginjal. Cruzan. 2004 menyatakan tikus putih mengalami penurunan bobot badan akibat keracunan etilen glikol dosis tinggi dan
menaikan bobot ginjal serta rasio bobot ginjal relatif terhadap bobot badan.
Selanjutnya dilakukan parameter pengukuran kandungan kalsium ginjal tikus menggunakan alat spektrofotometri serapan atom SSA.
Sebelum dianalisis dengan menggunakan SSA, ginjal tikus didestruksi terlebih dahulu Proses destruksi bertujuan untuk menghilangkan, dan
memutuskan ikatan-ikatan senyawa organik yang terdapat dalam sampel sehingga yang tertinggal hanya senyawa anorganik saja. Metoda destruksi
yang digunakan adalah metoda destruksi basah. Metoda ini digunakan karena pengerjaannya lebih sederhana, oksidasi kontinyu dan cepat dan
unsur-unsur yang diperoleh mudah larut sehingga dapat ditentukan dengan metoda analisa tertentu Rasyid,Roslinda, 2011.
Proses destruksi ini menggunakan campuran asam nitrat pekat dan hidrogen peroksida sebagai pengoksidasi. Destruksi basah menggunakan
larutan pendestruksi campuran ini memberikan hasil yang lebih baik karena destruksi lebih sempurna dan suhu pemanasan tidak terlalu tinggi
sehingga kemungkinan kehilangan unsur renik akibat penguapan. Destruksi dimulai dengan pemanasan rendah dan selanjutnya
ditinggikan perlahan-lahan sampai sampel larut sempurna. Sebelum pemanasan, campuran sampel dan pelarut dibiarkan lebih kurang 30 menit
agar proses penetrasinya lebih sempurna. Proses destruksi ditandai dengan keluarnya asap nitro yang berwarna kuning. Kemudian dilanjutkan dengan
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penambahan beberapa tetes hidrogen peroksida secara berulang yang bertujuan untuk menyempurnakan proses destruksi. Destruksi dikatakan
sempurna bila telah diperoleh larutan jernih yang menunjukan bahwa semua konstituen telah larut sempurna atau perombakan senyawa organik
telah berjalan dengan baik. Selanjutnya larutan jernih ini diencerkan dengan aquadest untuk penentuan kandungan kalsium dengan
menggunakan SSA yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan faktor pengenceran yang dibutuhkan. Pengukuran kadar kalsium ginjal pada
panjang gelombang 422,7 nm, karena logam kalsium dapat terbaca pada SSA pada panjang gelombang 422,7 nm.
Penginduksi batu ginjal yang diberikan kepada hewan coba adalah etilen glikol dan amonium klorida. Etilen glikol dimetabolisme dalam hati
menghasilkan senyawa metabolit oksalat sehingga menyebabkan hiperoksaluria yang dapat berikatan dengan kalsium dalam darah
membentuk kristal kalsium oksalat dan terdepo di ginjal. Diperkirakan dosis letal dari 100 etilen glikol adalah 1,4 mLkg BB Brent, 2001,
sedangkan amonium klorida berperan sebagai katalisator untuk mempercepat terbentukan batu ginjal kalsium oksalat.
Tikus yang terinduksi batu ginjal menunjukan deposit kristal kalsium oksalat di dalam tubulus ginjal. Perlekatan kristal kalsium oksalat dengan
sel-sel di tubulus dipertimbangkan sebagai faktor potensial dalam pembentukan kalkuli Touham, 2007. Kristal kalsium oksalat menempel
pada reseptor anion dari permukaan membran sel. Kristal kalsium oksalat dapat melisiskan membran epitel sel menggunakan protease yang
ditemukan dalam urin. Perlekatannya sangat cepat dan bergantung pada konsentrasi jumlah kristal. Ini sangat berbeda dengan pembentukan kristal
batuan lainnya. Hal tersebut menunjukkan mengapa jenis batuan yang paling sering ditemukan pada kejadian batu ginjal adalah kalsium oksalat
Grover et al, 2007. Data kadar kalsium ginjal duji statistik dengan metode Kurskal
Wallis serta dilanjutkan dengan LSD Least Significant Difference untuk mengetahui adakah perbedaan yang bermakna atau tidak. Hasil uji statistik
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menghasilkan data kadar kalsium ginjal pada kelompok normal tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif , uji dosis 500 mgkg
BB dan uji dosis 1000 mgkg BB. Tetapi sangat signifikan secara statistik berbeda dibandingkan dengan kadar kalsium kelompok kontrol negatif
dan kelompok uji dosis 250 mgkg BB signifikan berbeda pada taraf p 0,05 lampiran 15. Kelompok perlakuan uji dosis 500 mgkg BB
menurunkan grafik dengan tingkat kecuraman yang tinggi mendekati kadar kalsium kontrol positif dan kontrol normal Gambar 4.1
Ketiga varian dosis ekstrak etanol herba pegagan dapat menghambat pembentukan batu ginjal terbukti dengan melihat kadar kalsium pada
ginjal, namun pada dosis 500 mgkg BB terlihat memiliki nilai hambat paling besar dibanding dosis 250 mgkg BB dan dosis 1000 mgkg BB
yaitu sebesar 31,25 Kandungan kimia utama dari tumbuhan pegagan yaitu asiatikosida
dan asam madekasat. Kandungan kimia lainnya yaitu karotenoid, valerian, resin, minyak atsiri dan garam-garam mineral seperti kalium, natrium,
magnesium, kalsium dan besi Widowati. 1992 ; Achyad dan Rasydah, 2000.
Senyawa yang diduga berperan dalam menghambat pembentukan batu ginjal adalah kalium, Kalium menyebabkan tumbuhan pegagan
berkhasiat sebagai diuretik dan pemecah batu ginjal. Kalium akan bereaksi dengan batu ginjal yang berupa kalsium karbonat, karena kalium akan
menyingkirkan kalsium untuk bergabung oksalat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal tersebut akhirnya larut dan
keluar bersama urin. Tidak hanya kalium yang berperan dalam pemnghambat
pembentukan batu ginjal, mineral natrium juga berperan melalui mekanisme pengeluaran air seni yang disebut dengan efek diuretik.
Rasyid,Roslinda, 2011. Senyawa lain yang diduga berpengaruh pada aktivitas diuretik
ekstrak etanol herba pegagan adalah golongan senyawa flavonoid. Menurut Adha 2009, flavonoid dapat meningkatkan urinasi dan
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Adanya peningkatan laju filtrasi glomerulus menyebabkan zat nefrotoksik yang masuk ke ginjal akan
dikeluarkan secara cepat akibat aktivitas urinasi yang menigkat Guyton dan Hall, 1997. Pengeluaran tersebut dapat meminimalisir terjadinya
akumulasi kalsium oksalat yang diakibatkan induksi etilen glikol dan amonium klorida.
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
§ Ekstrak etanol dari herba pegagan pada ketiga varian dosis 250 mgkg
BB, 500 mgkg BB, dan 1000 mgkg BB mempunyai aktivitas dalam menghambat pembentukan batu ginjal anti nefrolitiasis hal tersebut
terbukti dengan menurunnya kadar kalsium pada ginjal serta menurunnya rasio bobot ginjal secara bermakna P≤0,05 terhadap kelompok kontrol
negatif.
§ Dosis uji yang paling efektif adalah dosis 500 mgkg BB dengan
persentase penghambatan batu ginjal sebesar 31,25 serta mampu menurunkan rasio bobot ginjal mencapai 22,92. Hasil tersebut tidak
berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05 dengan kelompok normal dan
kelompok kontrol positif.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa apa yang berperan sebagai penghambat pembentukan batu ginjal, serta perlu
dilakukan penelitian mengenai upaya pengobatan batu ginjal kuratif secara in vivo oleh esktrak etanol herba pegagan.