Kriteria Seorang Muballigh LANDASAN TEORITIS TABLIGH

2 Media Auditif Media komunikasi auditif merupakan alat komunikasi yang digunakan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan dapat menjangkau sasaran tabligh dalam jarak jauh. Media ini meliputi radio, tape recorder, telepon. 3 Media Audio Visual Media audio visual merupakan perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Media ini meliputi film, televisi dan internet. 4 Media Cetak Media cetak merupakan media komunikasi yang dilakukan melalui tulisan, media ini meliputi buku, surat kabarKoran, majalah dan buletin. 42

D. Kriteria Seorang Muballigh

Muballigh adalah orang yang menyampaikan pesan ajaran Islam. Sehingga seorang muballigh harus menjadi teladan umat dan menjadi penuntun mereka masyarakat serta mempelopori mereka dalam perbuatan, untuk menegakkan amar ma’ruf yang dianjurkannya, mendahului mereka dalam menjauhkan diri dari kemungkaran yang diperintahkan, mendahului mereka dalam menegakkan akhlak dan moral yang tinggi. Artinya seorang muballigh harus memiliki akhlaqul karimah sehingga muballigh tersebut dapat dikatakan sebagai teladan umat. 43 Toto Tasmara dalam buku komunikasi dakwah membagi muballigh dalam dua kategori, yaitu: 42 Ghozali, Dakwah Komunikatif, h. 33. 43 Tutty Alawiyah AS, Strategi Dakwah dilingkungan Majelis Taklim, Bandung: Miazan, 1997, h. 61. 1. Secara umum adalah setiap muslimmuslimat yang mukallaf dewasa, dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah sampaikanlah walau hanya satu ayat. 2. Secara khusus adalah seseorang yang mengambil keahlian khusus mutakhasis dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama. 44 Adapun persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang muballigh, yaitu: 1. Memiliki aqidah yang kuat, artinya harus meyakini bahwa agama Islam merupakan dengan segenap ajaran-ajarannya adalah benar. Yang diaplikasikan lewat sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam. 2. Selalu berkomunikasi kepada Allah dengan cara beribadah baik ibadah fardhu maupun ibadah sunnat. 3. Memiliki sifat akhlakul karimah seperti sabar, syukur, jujur, berkata benar, setia pada janji, dermawan dan lain-lain. 4. Memiliki pengetahuan agama yang luas. 5. Memiliki kemampuan dan kefasihan dalam berbicara, sehingga mampu memikat perasaan pendengarnya. 6. Memiliki fisik yang sehat dan kuat. 7. Memiliki dedikasi yang tinggi untuk berjuang di jalan Allah SWT dan dalam menegakkan kebenaran. 45 Tabligh dimulai dari seorang muballigh atau muballighah sendiri, karena segala tindak-tanduknya akan menjadi sorotan masyarakat dan juga merupakan cerminan dari tablilgh yang akan disampaikannya, sehingga hal tersebut akan mendukung suksesnya tabligh itu sendiri. Oleh karena itu seorang muballigh atau muballighah haruslah berhati-hati dalam penyampaian pesan tablighnya, karena masyarakat pada zaman sekarang ini sudah lebih kritis dan dapat menilai apakah tablighnya sesuai dengan perbuatannya. Apabila tablighnya tidak sesuai dengan 44 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya media Pratama, 1997, Cet. Ke-2, h. 41. 45 Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2002, Cet. Ke-2, h. 71. perbuatannya maka tablighnya tidak mengena dihati masyarakat sehingga masyarakat tidak akan mendengarkan maupun mengikuti isi dari tablighnya sehingga tablighnya menjadi gagal. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat As-Shaff ayat 2 dan 3, yang berbunyi: ی 3Wی ی4 _ , +D - D KP+ - +D - D Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” Untuk itu muballigh memiliki tugas sebagai penyampai ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia. Menurut Ahmad Wahib, ukuran baik tidaknya seorang muballigh dapat dilihat dari perannya dalam peningkatan kualitas kepekaan spritualitas kemanusiaan atau sebaliknya. Kalau jamaahnya menjadi lebih sadar, lebih merasakan keagungan Tuhan, lebih kreatif dalam menghadapi lingkungannya, lebih jauh melihat masa depannya, maka muballigh tersebut telah berhasil. Begitu juga sebaliknya, kalau membuat jamaahnya menjadi beringas untuk membenci atau menyerang penganut-penganut agama lain, mengutuk kebudayaan Barat, berpikir magis dan mitologis, maka dia adalah muballigh yang gagal. 46 Dengan kata lain, tugas seorang muballigh tidak hanya membimbing dan membawa umat manusia pada masalah ibadah ritual ukhrawi melainkan justru 46 Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 43. harus menyentuh persoalan sosial budaya ibadah social yang dialami sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. 47 Allah tidak akan membiarkan orang yang menyampaikan agama-Nya mendapatkan gangguan, maka Allah berjanji akan selalu menjaga keselamatan muballigh dari marabahaya selagi muballigh itu mengikhlaskan amalnya karena Allah SWT, karena terkadang muballigh dalam menyampaikan dakwahnya menghadapi marabahaya, dan janji tersebut sudah tertuang dalam nash-Nya. 48 Seorang muballigh mempunyai peranan penting dalam tabligh, karena ia menjadi subjek dalam tabligh itu sendiri. Muballigh juga harus menjadi orang pertama yang menjalankan perintah amar ma’ruf nahi mungkar sebelum ia menyampaikannya kepada jamaahnya. Dengan begitu jamaahnya tidak akan merasa tertipu, dan mereka juga akan senang melakukan apa yang dianjurkan oleh muballigh tersebut. Oleh karena itu perbuatan muballigh merupakan faktor utama dalam menunjang keberhasilan tablighnya. Seorang muballigh sebelum melakukan aktivitas tablighnya, ia juga harus mempersiapkan tiga hal, yaitu: 1 Kesiapan mental, yakni kesanggupan kemampuan dan keikhlasan dalam menyampaikan ajaran-ajaran sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. 2 Kesiapan fisik, yakni tanya kepada diri sendiri, apakah saya dalam keadaan sehat dan prima atau tidak, jika sehat dan prima maka berangkatlah. 47 Ibid., h. 44. 48 Ali Abdul Halim Mahmud, Jalan Dakwah Muslimah, Solo; Era Intermedia, 2007, Cet. Ke-1, h. 53. 3 Kesiapan operasional, yakni mempersiapkan bahan-bahan yang cocok diutarakan pada kondisi sekarang. 49 Jadi seorang muballigh sebelum menyampaikan tablighnya, ia harus mempersiapkan kesiapan, baik mentalnya, fisiknya maupun tema-nya. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan saling mendukung, dan jika salah satunya tidak siap maka tabligh tersebut bisa menjadi gagal.

E. Ilmu Yang Mendukung Tabligh 1. Komunikasi