bermain dalam sinetron tersebut. Selain itu ia juga masih tetap aktif menjadi presenter dalam acara-acara tertentu di berbagai stasiun televisi.
Selain melalui televisi, ia juga memanfaatkan radio sebagai media tablighnya, yaitu dengan mengisi acara-acara ramadhan, Hari-hari besar
Agama Islam. ia ternyata tidak hanya mengisi di radio Jakarta, tetapi di daerah Bandung juga. Media elektronik yang terakhir ia gunakan adalah internet.
Dengan cara menggunakan facebook, yaitu media yang menampung pendapat dan keluhan isi hati jamaahnya. Biasanya orang yang sedang bermasalah
dengan keluarga, pekerjaan, maupun hal-hal lainnya yang berkaitan dengan agama Islam. Ia mencoba memberikan solusi terbaik yang dilandaskan pada
al-Qur’an dan as-Sunnah untuk jamaahnya.
97
B. Analisis Aktivitas Tabligh Astri Ivo
Toto Tasmara membagi kategori muballigh menjadi dua, yang pertama muballigh secara umum adalah setiap muslimmuslimat yang mukallaf dewasa,
dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam. Yang kedua, muballigh secara
khusus adalah seseorang yang mengambil keahlian khusus mutakhasis dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.
98
Astri Ivo bisa dikatakan sebagai muballigh secara umum, karena ia merasa bahwa dirinya adalah seorang muslimat yang mukallaf dewasa sehingga ia
memiliki kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam. Kemudian untuk
97
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 10 Desember 2008.
98
Toto Tasmara, Komnikasi Dakwah, h. 41.
meningkatkan kualitas tablighnya ia terus mendalami ilmu agama dengan mengikuti Pendidikan Muballigh Al-Azhar PMA selama dua tahun, dan
mempelajari al-Qur’an dan Hadits. Penulis sepakat bahwa kini Astri Ivo sudah dapat disebut sebagai seorang
muballigh karena ia telah memenuhi persyaratan menjadi seorang muballigh, yaitu pertama, aqidah yang kuat sudah tertanam dalam dirinya dan ia aplikasikan
lewat lisan, sikap, dan perbuatannya. Kedua, selalu berkomunikasi dengan Allah dengan cara beribadah baik ibadah yang fardhu maupun ibadah yang sunnat.
Ketiga , memiliki akhlakul karimah seperti sabar, syukur, dermawan, dan lain-lain.
Keempat, memiliki pengetahuan agama yang luas. Kelima, memiliki
kemampuan dan kefasihan dalam berbicara. Keenam, memiliki fisik yang sehat dan kuat. Ketujuh, Memiliki dedikasi yang tinggi untuk berjuang di jalan Allah
SWT dan dalam menegakkan kebenaran. Menurut penulis Astri Ivo dalam melakukan aktivitas tablighnya, ia
menggunakan tiga pendekatan yang ada dalam tabligh, yaitu: 1. Tabligh bil-lisan
Yaitu tabligh yang dilakukan dengan cara menggunakan lisannya, seperti: ceramah, ta’lim, seminar, dan diskusi
. Dalam ceramah, seminar dan diskusinya, ia sering menyampaikan materi tentang keluarga dan gaya hidup
yang Islami .
2. Tabligh bil-kitabah Yaitu tabligh yang dilakukan dengan cara menulis, seperti: menulis buku.
Hingga kini ia telah menulis dua buku, yaitu buku Cantik Sepanjang Usia dan Bukti Cintaku Pada-Mu
.
3. Tabligh bil-amal Yaitu tabligh yang dilakukan dengan perbuatannya, seperti: penampilannya
yang selalu menggunakan jilbab, dan dalam perilaku sehari-harinya ia berusaha untuk mengaplikasikan ajaran Islam sesuai dengan apa yang
dikatakannya saat bertabligh. Penulis melihat bahwa aktivitas tabligh Astri Ivo ternyata sudah mampu
merangkul semua kalangan, hal ini terlihat dari karakteristik jamaahnya. Yang terdiri dari semua golongan, yaitu dari segi kelamin laki-laki dan perempuan,
segi pekerjaan pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, wanita karir, artis, karyawan, segi pendidikan SD-S3, dan segi usia 6-60 tahun.
Sedangkan ketiga metode yang digunakan oleh Astri Ivo, penulis sepakat bahwa ketiga metode tersebut sangat baik digunakan karena dapat membantu
keberhasilan dalam ceramahnya. Seperti metode al-hikmah, ia dalam ceramahnya tentang hijab menjelaskan bahwa hijab merupakan perintah Allah yang termaktub
dalam surat al-Ahzab ayat 59, dengan memberikan argumen yang jelas dan logis kepada jamaahnya bahwa jika dilihat dari segi medis, memakai hijab dapat
melindungi kulit para perempuan dari sinar matahari karena pada dasarnya zat melamin dalam kulit perempuan lebih tipis dibandingkan dengan laki-laki.
Sehingga para jamaahnya dapat mencerna materi ceramahnya dengan baik karena Astri Ivo memberikan contoh yang logis kepada mereka.
Kemudian dengan metode mau’idzah hasanah, dalam ceramahnya tentang hijab, ia memberikan nasehat dan peringatan kepada jamaahnya yang perempuan
dengan perkataan yang lemah lembut bahwa hijab merupakan identitas seorang muslimah, agar tidak diganggu oleh laki-laki, dan juga menutup aurat merupakan
sebuah kewajiban bagi muslimah, yang apabila ditinggalkan mendapatkan dosa. Sedangkan dengan metode mujadalah billati hiya ahsan, ia menggunakannya saat
dalam seminar maupun diskusi, dan materi yang diperdebatkan adalah tentang keluarga dan gaya hidup yang Islami.
Mengenai media yang digunakan Astri Ivo dalam bertabligh yaitu media cetak dengan menulis buku maupun beberapa ceramahnya yang pernah dimuat
oleh koran harian Republika. Penulis sepakat dengan penggunaan media cetak tersebut, karena hal itu dapat menggantikan posisinya apabila ada masyarakat
yang ingin melihat maupun mendengar ceramahnya tetapi tidak sempat hadir dalam kegiatan tablighnya. Begitu juga dengan penggunaan media audio
visualnya dengan media televisi, radio dan internet. Penulis juga sepakat dengan penggunaan media televisi, karena masyarakat Indonesia memliki kecenderungan
sebagai penonton yang heavy viewer penonton yang melihat televisi setiap hari dan menontonnya tidak terbatas dengan waktu, sehingga tabligh yang
disampaikan lewat film yang diperankan maupun menjadi presenter dan icon sebuah produk Islami dapat menjangkau masyarakat luas.
Menurut penulis, penggunaan media radio juga dapat menunjang keberhasilan aktivitas tabligh Astri Ivo karena radio dapat didengar dimanapun
dan kapanpun. Selain itu penulis juga sepakat dengan media internet yang digunakan, karena internet mampu menjangkau masyarakat dengan cakupan yang
lebih luas bisa ke berbagai belahan dunia, dan internet juga dapat dimanfaatkan untuk media mengeluarkan keluhan-keluhan atas masalah yang dihadapi oleh para
jamaahnya, yang kemudian oleh Astri Ivo diberikan saran dan solusi untuk
mereka. Walaupun masih ada kendala seperti susahnya mengakses internet itu sendiri.
Tabligh yang dilakukan Astri Ivo dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik karena ia mampu mengkomunikasikan pesan-pesan Islam kedalam hati para
jamaahnya. Ada beberapa jamaah yang mengubah penampilannya menjadi lebih sopan dan Islami setelah mendengarkan ia ceramah, dan tak jarang solusi-solusi
yang diberikan kepada jamaahnya digunakan oleh mereka, yang solusi tersebut membawa mereka kepada perubahan yang lebih baik.
Penulis juga sepakat bahwa aktivitas tabligh yang dilakukan oleh Astri Ivo sudah dapat dikatakan selaras dan sesuai dengan konsep tabligh menurut Asep
Muhidin dalam bukunya yang mengatakan bahwa ”Tabligh dilakukan dalam rangka pencerdasan dan pencerahan masyarakat melalui kegiatan pokok:
sosialisasi, internalisasi dan eksternalisasi nilai ajaran Islam, dengan menggunakan sarana mimbar dan media massa cetak dan audio visual.”
Karena aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo merupakan kegiatan pencerdasan dan pencerahan masyarakat dengan cara mensosialisasikan,
menginternalisasikan dan mengeksternalisasikan nilai ajaran Islam dengan menggunakan sarana mimbar maupun media massa cetak dan audio visual.
Contohnya: materi
tentang hijab,
dalam ceramahnya
ia berusaha
mensosialisasikan penggunaan jilbab kepada muslimah dengan menginformasikan bahwa jilbab merupakan kewajiban dan juga memberikan penjelasan tentang
manfaat dari jilbab itu sendiri. Ia melakukanny dengan sarana mimbar dan juga media massa cetak dan audio visual.
Menurut hemat penulis, ilmu lain yang mendukung keberhasilan tabligh Astri Ivo adalah retorika. Dalam setiap ceramahnya, Astri Ivo, menggunakan
retorika dengan baik, sehingga banyak masyarakat yang tertarik dan merasa senang mendengarkan ceramah ia. Dengan retorikanya juga ia sudah mampu
mempengaruhi jamaahnya. Walaupun aktivitas tabligh Astri Ivo sudah bisa dibilang berjalan dengan
baik, tetapi penulis melihat bahwa dalam ceramahnya masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki, seperti penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dan
Hadits sangat sedikit, dan pemakaian bahasa gaul seperti “gue gitu lo” terlalu memaksakan sehingga tidak enak didengar.
C. Tanggapan Jamaah Terhadap Tabligh Astri Ivo