Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin artinya agama yang membawa kedamaian dan ketentraman di muka bumi. Maka Islam harus ditampilkan dengan semenarik mungkin agar umat lain beranggapan dan berpandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka, melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. 1 Untuk itulah manusia diciptakan oleh Allah menjadi khalifah di muka bumi dengan tujuan dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:  + ,-. 124 + 5 6  7  8 9:;  = ? 6 -B C DEF C G I Artinya: “Katakanlah;’Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajibannya hanyalah apa yang dibebankan kepada kamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul melainkan penyampaian dengan terang. QS. An-Nur: {24;54}. 1 Munzier Suparta Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006, Cet. Ke-2, h..5. “Menurut Quraish Shihab dalam buku Tafsir Al-Misbah mengatakan bahwa ayat ini menjelaskan perintah kepada kaum mukminin mentaati Allah dan Rasulnya, yakni Nabi Muhammad SAW dengan segala macam perintahnya, baik perintah melakukan sesuatu maupun perintah untuk meninggalkan sesuatu, dan jika kamu berpaling betapapun kadar keberpalingan itu, maka kamu menjadi sesat dan rugi sendiri. Ayat ini juga menjelaskan bahwa kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan risalah ilahi kepada umatnya”. 2 Jadi dapat disimpulkan bahwa kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan risalah ilahi kepada umatnya, setelah itu semua urusan diserahkan kepada Allah karena hanya Allah lah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Begitu juga dengan Muballigh dan Muballighah yang merupakan penerus dakwah Rasul, maka kewajiban mereka hanyalah menyam- paikan risalah ilahi, tidak bersifat memaksakan karena pada akhirnya Allah jualah yang memberikan petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Tugas muballigh dan muballighah pada zaman sekarang tengah menghadapi tantangan yang cukup berat, karena dunia telah memasuki era baru yaitu era globalisasi. Suatu era dimana umat manusia memiliki kemajuan tekhnologi, komunikasi, dan informasi menjadi satu kesatuan, baik dalam bidang ekonomi, kebudayaan, pendidikan, pandangan hidup maupun bidang-bidang lainnya. Dengan kemajuan tekhnologi yang begitu pesat, maka membuat jarak antar negara di seluruh dunia menjadi semakin dekat. Hal ini dinamakan dengan istilah “global village”. Menurut Mc. Luhan global village adalah dunia masa 2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol.9, Jakarta: Lentera Hati, 2005, Cet. Ke-4, h.. 385. depan, dimana seluruh umat manusia dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh elektronik media. 3 Dengan adanya globalisasi ini, maka budaya barat dengan mudahnya masuk ke Negeri ini, dan mempengaruhi pola pemikiran maupun tingkah laku masyarakatnya. Hal itu dapat terlihat dari tayangan-tayangan yang menampilkan perempuan-perempuan cantik dengan aurat terbuka. Yang kemudian hal tersebut mempengaruhi generasi muda, mereka sudah tak mengindahkan ajaran-ajaran Islam yang menyuruh menutupi aurat mereka. Di era globalisasi itulah seorang muballigh dituntut untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam menyampaikan pesannya, baik dari segi materi maupun segi penyampaiannya, agar tablighnya dapat mengena ke dalam hati pendengarnya atau jamaahnya. Karena tabligh pada dasarnya adalah menyampaikan ajaran- ajaran Islam kepada umatnya, dengan harapan dapat mengubah kepribadian individu maupun kelompok, menjadi kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu tabligh dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, sama halnya dengan kegiatan dakwah, yaitu dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yang pertama pendekatan ucapan lisan bi-al-qawlal-lisan, melaui perbuatan bi al-af’albi al-amal, dan melalui tulisan bi al-kitabah. 4 Untuk itu apabila seseorang memiliki kemampuan untuk bertabligh melalui lisannya, maka lakukanlah dengan lisannya. Apabila seseorang memiliki kemampuan dalam menulis, maka lakukanlah dengan tulisannya, dan lebih baik lagi jika seseorang 3 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, Cet. Ke-1, h.. 118. 4 Asep Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan , Bandung: CV Pustaka Setia, 2002, h.. 37. yang memiliki kemampuan bertabligh dengan perbuatannya, maka lakukanlah dengan perbuatannya. Tabligh dalam Islam juga pada hakikatnya tidak membebankan ummatnya, karena tabligh dilakukan berdasarkan kemampuannya. Sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi: + ,-. 01 2 3 4 5ی 7 8 : 7 9: ; ی 8 = ; +? A B1 7 +? = 8 9: 7 +? 8 C D E 7 +? 4 +? F8 - G 7 1 H -ﺹ H - ,- 7 +ی J 1 , K L MN -? L O? , 9P.ی ﻥ .- ? , 9P.ی -+ ? ER Sﺽ یU L 1 ,-. 5 Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Bakar Bin Syaibah, meriwayatkan kepada kami Waki’Bin Sofyan, meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Matsna, meriwayatkan kepada kami Muhammad Bin Ja’far, meriwayatkan kepada kami Syu’bah berkata keduanya dari Luqais Bin Muslim, dari Thariq Bin Syihab dan dalam hadits ini Abu Bakar berkata..... Siapa saja yang melihat kemungkaran, ubahlah kemungkaran itu dengan tangannyya, jika tidak mampu dengan lisannya, jika masih tak mampu dengan qalbunya. Akan tetapi yang terakhir ini adalah perwujudan dari keimanan yang paling lemah”. HR. Muslim Hadits diatas menggambarkan bahwa Allah sangat mencintai hambanya sehingga Dia tidak membebankan hambanya dalam bertabligh justru Allah memberikan kemudahan, karena tabligh disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh hambanya. Selain itu Allah SWT juga masih memberikan Karunia kepada hambanya sehingga walaupun ditengah gelombang globalisasi, yaitu 5 Abu Husein Muslim Al-Hajjaj Al-Khusairy, Kitab Shahih Muslim, Beirut: Darul Fikr, 1993, Juz 1, Hadits ke-78, h.. 69. dengan munculnya muballigh-muballigh maupun da’i yang menyerukan ajaran Islam. Baik dari kalangan terpelajar yang notabene dari pesantren maupun dari kalangan artis yang kesemuanya itu tabligh juga disesuaikan dengan kemampuannya. Beberapa diantaranya yaitu Ida Leman yang melakukan syia’r Islam dengan merancang busana-busana muslim dan kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat Indonesia, ia mulai melakukan syi’ar Islamnya pada tahun 1990 dengan merancang busana-busana muslim. 6 Ratih Sanggarwati bergerak di bidang mode, hal itu ia lakukan setelah ia mengenakan jilbab, tepatnya pada tahun 2000. 7 Inneke Koesherawati bergerak di bidang seni peran, ia juga mulai aktif menyiarkan Islam setelah ia memakai jilbab, tahun 2001 silam. Perubahan itu dilakukan bukan sekedar mengikuti tren, tetapi memang panggilan hati mengikuti jalan Allah. 8 Astri Ivo melakukan syi’ar Islam melalui peran-peran islami, tetapi Allah memberikan kemampuan dalam berbicara sehingga ia juga bertabligh dengan lisannya. Di era tahun 70-an, mungkin masih segar dalam ingatan nama “Astri Ivo” dengan wajah imut sebagai bintang cilik yang banyak menghiasi layar kaca. Sudah banyak film yang ia perankan, beberapa film diantaranya: Ilusia 1971 bermain dengan Rahayu Effendi, Titienku Sayang 1972 bermain dengan Mila Karmila, Jauh Dimata 1973 bermain dengan Deddy Sutomo dan Brigitta 6 http:www.suarakarya-online.comnews.html?id=125443 , tanggal 13 Januari 2009, pkl: 16.00 7 http:id.wikipedia.orgwikiRatih_SanggarwatiKehidupan_Pribadi , tanggal 13 Januari 2009, pkl: 16.00 8 http:adeqshah.multiply.comjournalitem61 , tanggal 13 Januari 2009, pkl: 16.00 Maria, Tabah Sampai Akhir 1973 bermain dengan Sofia W.D dan Rano Karno, dan masih banyak film lainnya yang ia bintangi. 9 Ia memang memiliki keturunan darah seni dari ibunya yaitu Ivo Nilakreshna yang merupakan seorang penyanyi ternama di era tahun 1960-an. Astri Ivo yang memiliki nama lengkap “Astrie Feizaty Ivo”. Ia lahir di Jakarta , tanggal 21 September 1964 . Kemudian ia menikah dengan Dariola Yusharyahya yang merupakan adik dari aktris Zoraya Perucha. Pernikahannya membuahkan tiga putra yaitu Kevin Arighi Yusharyahya, Adrio Faresi, dan Riedo Devara. 10 Hingar bingar kehidupan malam di diskotik pun pernah ia lalui, meskipun ia sering mengikuti pengajian tetapi setelah mengikuti pengajian pulangnya mampir ke diskotik hingga jam 4 pagi. 11 Tetapi jika Allah sudah berkehendak memberikan hidayah kepada seseorang, maka tidak ada yang dapat mencegahnya. Begitu juga dengan Astri Ivo, walaupun ia pernah menjalani kehidupan malam tetapi Allah berkehendak memberikan hidayah kepadanya, maka tak kan ada yang menghalanginnya. Untuk mendapatkan hidayah itu tak semudah membalikan telapak tangan namun ia membutuhkan proses yang panjang, karena itulah perjalanan untuk menjadi seorang muslimah bagi Astri Ivo sangatlah tidak mudah. Walaupun sebenarnya sejak kecil, Astri sudah dididik keras dalam hal agama, tetapi sama sekali tak memberikan pengaruh kala itu. Jika waktu Maghrib tiba, teman-teman yang datang diusir atau disuruh sembahyang jamaah. Kalau tidak salat akan 9 http:amaduq01.wordpress.com20080429kisah-astri-ivo-berjilbab , tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00. 10 Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, kamis 30 Juli 2008. 11 Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, kamis 30 Juli 2008. dicubit. Padahal itu lagi gaul-gaulnya. Dulu saya kesal sama ortu saya, kaya gak pernah muda, tukasnya. 12 Astri baru merasakan manfaat didikan keras orang tuanya, ketika ia menetap di Jerman. Sehingga meski sudah di Jerman, Astri tetap salat, puasa dan mengaji. Kawan-kawannya yang orang Jerman heran kenapa Astri masih melakukan meski tidak ada orangtuanya. Kini di usianya ke-45 tahun, Astri Ivo tetap menghiasi layar kaca meski dengan penampilan jauh beda, berjilbab. Sejak berketetapan hati mengenakan jilbab 6 tahun lalu, aktivitas keagamaannya semakin meningkat. Kini ia mulai terjun dalam dunia dakwah, dengan mengisi ceramah keagamaan di masjid, tempat-tempat pengajian, kantor-kantor bahkan mal-mal. Walaupun pada awalnya ia menyampaikan materi hanya sebatas mengenai hijab saja, tapi kini ia mulai dapat menyampaikan materi dengan bervariasi. Ia menyadari bahwa ia terbilang orang baru dalam dunia dakwah, tetapi ia terus belajar dan berusaha untuk meningkatkan kualitas ceramahnya baik dalam retorikanya maupun materi yang disampaikannya. Ia pun tidak segan-segan untuk bersekolah lagi menimba ilmu guna meningkatkan kulitas cermahnya. Ia menimba ilmu di Pendidikan Muballigh Al-Azhar selama dua tahun, dan kini ia telah menyelesaikan studinya dengan tepat waktu. Selain itu ia masih bertabligh melalui sinetron dengan cara membaca skenarionya terlebih dahulu, apabila sesuai dengan syari’at Islam maka ia mau memerankannya, apabila tidak maka ia menolaknya. 12 http:amaduq01.wordpress.com20080429kisah-astri-ivo-berjilbab , tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00. Melihat latar belakang kehidupan Astri Ivo itulah, yang membuat penulis merasa tertarik untuk mengkajinya lebih jauh lagi dan menjadikan Astri Ivo sebagai subjek kajiannya. Selanjutnya penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul ”AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah