pukul 5 sampai setengah 6 pagi, dan acara ”Tafsir Misbah” bersama Quraish Sihab di Metro Tv, pada bulan Ramadhan silam tepatnya pukul 3 sampai 4 pagi.
73
2. Sebagai Ibu Rumah Tangga
Aktivitas Astri Ivo selain menjadi artis, ia juga menjalani karirnya sebagai Ibu Rumah Tangga. Karirnya menjadi ibu rumah tangga dimulai setelah ia
menikah. Sebelum ia memiliki anak, ia berusaha untuk selalu menjadi istri yang sholehah untuk suaminya. Usaha yang ia lakukan agar menjadi istri yang sholehah
di antaranya dengan selalu memahami al-Qur’an, merawat tubuh dan berusaha untuk menjadi isteri sholehah menurut Islam. Karena baginya kriteria isteri
sholehah adalah menyenangkan bila dipandang, menjaga kehormatan bila
ditinggal, dan dapat memegang amanah. Hambatan dalam mencapai usaha
menjadi isteri yang sholehah baginya adalah ujian dari Allah, dan selama ini ia selalu belajar dan iqra’, sehingga ia selalu dapat menjawab ujian itu dengan baik.
Menurutnya kiat untuk menjaga pernikahan tetap langgeng adalah dengan mencontoh keluarga Rasulullah, saling mencintai, menyayangi, mengingatkan
kebenaran satu sama lainnya dan menerima bahwa satu sama lainnya adalah makhluk yang tidak sempurna.
74
Pada tahun 1993 karir dalam rumah tangganya menjadi sempurna, karena ia telah menjadi seorang Ibu. Ia sangat mencintai profesi barunya sebagai Ibu
rumah tangga, karena baginya pekerjaan seorang ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Madrasah itu sendiri menurutnya adalah sebuah bangunan sekolah,
73
Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009.
74
Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009.
di mana didalamnya ia berperan sebagai seorang pendidik, yang menjadi guru semua mata pelajaran, menjadi penjaga kantin yang membuat makanan, menjadi
pengawas dan penjaga serta menjadi qudwah hasanah untuk anak-anaknya.
75
3. Sebagai Muballighah
Karir menjadi seorang muballigh tidaklah mudah bagi Astri Ivo, karena proses perjuangan memakai jilbab Astri Ivo pun membutuhkan waktu yang
panjang. Awalnya ia mengikuti pengajian tafhim Al-Qur’an dan ia juga banyak belajar dari Julius Usman yang notabene seorang pengacara tapi ia memiliki
informasi yang cukup banyak tentang Al-Qur’an. Selain itu ia juga banyak belajar dari Ustadz Umar Ja’far Shidiq. Dari sanalah akhirnya Astri mulai sadar bahwa
masih banyak kewajiban dalam Islam yang belum ia penuhi, salah satunya adalah memakai jilbab.
76
Ia belajar semua itu dengan dilandasi perintah Allah dalam surat Al-’Alaq yang berbunyi Iqra’ artinya bacalah. Pada saat ia akan melaksanakan perintah
Allah tersebut, ia mendapatkan rintangan yang datang dari suaminya sendiri. Saat pertama kali mengutarakan keinginannya berjilbab, sang suami, Dariola
Yusharyahya, menyela, ”Jangan dululah. Kamu sudah solehah sekali,” ucap Astri, menirukan ucapan suaminya kala itu. Selain itu sang suami juga mengatakan
”Kamu boleh pakai jilbab nanti pada umur 40 tahun. Di sinilah terjadi perang batin dalam diri Astri, antara kesetiaan pada suami dan kecintaan pada Allah yang
membuat hatinya resah.
77
75
Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009.
76
http:id.wikipedia.orgwikiAstri_Ivo, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00.
77
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.
Saat itu, usianya baru 28 tahun. Butuh waktu 12 tahun lagi untuk memenuhi keinginan suami. Astri hanya bisa berdoa, berharap suaminya berubah
pikiran. ”Ya Allah, suamiku adalah milik-Mu. Engkau mudah membolak-balikkan hati ciptaan-Mu. Mudahkan kami beribadah seperti yang Engkau mau.” Tapi, ia
tak menyalahkan suaminya. Astri menyadari, pemahaman sang suami soal berjilbab bagi seorang Muslimah saat itu memang belum memadai. Suaminya pun
sempat menanyakan kepada Astri mengapa ia harus memakai jilbab, karena di mata sang suami Astri adalah wanita yang sudah memenuhi kriteria sholehah, tapi
ia mengatakan bahwa parameternya ’bukan kamu atau saya’, tetapi parameternya adalah al-Qur’an.
78
Ia mencoba untuk bersabar dan berusaha menanamkan pemahaman agama kepada suaminya yaitu dengan setiap kali kembali dari aktivitas keagamaan itu, ia
ceritakan kepada suaminya. Akhirnya pada tahun keenam penantiannya, ia merasa bahwa pemahaman sang suami sudah cukup, maka Astri kembali mencoba
mengenakan jilbab. ”Setelah saya pakai jilbab, dia bilang, ‘Tahu begini dari dulu aja’. Kini setelah memakai pakaian Islami, aktivitas keagamaannya mulai
meningkat. Ia mulai mencoba menekuni dunia dakwah dengan menjadi seorang muballigh, dengan landasan bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk
berdakwah.
79
Sebenarnya ini semua telah diatur oleh Allah, dengan jalan keingintahuan masyarakat tentang apa yang melatar belakangi Astri Ivo mengenakan jilbab.
Berawal dari keingintahuan itulah akhirnya pada tahun 2000 ia mulai melakukan
78
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.
79
http:amaduq01.wordpress.com20080429kisah-astri-ivo-berjilbab, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00.
ceramah dengan materi tentang hijab. Seiring berjalannya waktu dan informasi yang didapat semakin banyak, ia mulai menyajikan materi tentang aqidah, taqwa,
istri yang sholehah, bahkan tentang bagaimana menjadi seorang ibu yang hebat bagaimana mempersiapkan anaknya menjadi seorang ayahibu, bahkan ia sering
memberikan materi tentang life style yang Islami. Ia kini sudah aktif mengisi ceramah di berbagai tempat seperti: di berbagai majelis ta’lim, di kantor-kantor, di
sekolah, maupun di perguruan tinggi.
4. Sebagai Penulis