Pengaruh Karakteristik Bidan Dan Organisasi Puskesmas Terhadap Pemanfaatan Buku Kia Sebagai Materi Penyuluhan Bagi Ibu Hamil Di Kabupaten Aceh Tengah
TESIS
OLEH
SRI WAHYUNI. MS 077033032/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
OLEH
SRI WAHYUNI. MS 077033032/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Nama Mahasiswa : Sri Wahyuni. MS Nomor Induk Mahasiswa : 077033032
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (drg. Irma Suryani, M.K.M) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. drg. Irma Suryani, M.K.M
2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K
(5)
MATERI PENYULUHAN BAGI IBU HAMIL DI KABUPATEN ACEH TENGAH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Desember 2010
(6)
ABSTRAK
Buku KIA merupakan catatan kesehatan ibu dan anak yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan KIA, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan KIA. Pada survei pendahuluan di wilayah Kabupaten Aceh Tengah diketahui buku KIA telah didistribusikan pada seluruh puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Tengah, tetapi belum diperoleh gambaran pemanfaatan buku tersebut. Pengamatan menunjukkan bahwa materi penyuluhan yang termuat dalam buku KIA belum menjadi acuan baku dalam penyuluhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik bidan (pengetahuan, motivasi, beban kerja, masa kerja dan pelatihan penggunaan buku KIA) dan organisasi puskesmas (iklim kerja, supervisi dan kepemimpinan) terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan bagi ibu hamil. Disain penelitian adalah cross-sectional. Sampel berjumlah 208 bidan, yang diambil secara acak. Analisis data menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel pengetahuan (p = 0,018), motivasi (p = 0,036), beban kerja (p=0,095), pelatihan penggunaan buku KIA (p = 0,000), supervisi (p = 0,037) dan kepemimpinan (p = 0,000) terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan bagi ibu hamil. Variabel yang tidak berpengaruh adalah beban kerja, masa kerja. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan bagi ibu hamil adalah pelatihan penggunaan buku KIA dengan nilai koefisien B = 3,106.
Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah diharapkan memberikan pelatihan secara kontinu khususnya pelatihan penggunaan buku KIA guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan dalam memberi penyuluhan kepada ibu hamil. Selain itu disarankan untuk membangun sistem reward dan
punishment untuk mendorong motivasi bidan dalam pemanfaatan buku KIA sebagai
materi penyuluhan bagi ibu hamil serta melakukan pengawasan rutin pemanfaatan buku KIA oleh bidan termasuk pembagian buku KIA kepada ibu hamil.
(7)
ABSTRACT
MCH (Maternal and Child Health) handbook is a note of mother and children health, which contains of the information and the extension materials about nutrition, and mother children health, pregnant mother card, RTHC (Road to Health Card = KMS) for baby and under five children, and notes of MCH services. In a preliminary survey in the district of Central Aceh, it was known that the of MCH handbooks had been distributed to all public health centers in the Region of Central Aceh, but the descriptions of their utilization had not been taken yet. The observation showed that the materials of extension in MCH handbook had not been references material in extension.
The purpose of the survey was to analyze the influence of midwife characteristics (knowledge, motivation, working load, the length of working, and the training of using the MCH handbook) and the organizations of public health centre (work climate, supervision and leadership) on the utilization of MCH handbook as the material of extension for pregnant women. Design of this research cross-sectional. There were 208 midwives taken by using random sampling technique. The data were analyzed by using multiple logistic regression.
The result showed that there were influence of variables knowledge (p = 0.018) motivation (p = 0.036), training of using the MCH handbook (p = 0.000), supervision (p = 0.037) and leadership (p = 0.000) on the utilization of MCH handbook as a material of extension for pregnant women. The most influential variable on the utilization of MCH handbook as a material of extension for pregnant women was the training of using the MCH handbook with the coefficient value of B = 3.106.
It is hoped to Central Aceh District Health Office give the trainings continuously, especially the trainings of using the MCH handbook to increase the knowledge and the skill of midwife in giving the health education to pregnant women, and to make reward and punishment system to stimulate the motivation of midwife in utilization of the MCH handbook as a material of extension for pregnant women and to do routine controlling on the utilization of MCH handbook by the midwife including the distribution of MCH handbook to the pregnant women
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini dengan judul “Pengaruh Karakteristik Bidan dan Organisasi Puskesmas
terhadap Pemanfaatan Buku KIA sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil di
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009”.
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan
bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M,Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr.Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan
Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan
tesis ini dan drg. Irma Suryani, M.K.M sebagai anggota komisi pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran
dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
5. Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, M.K.M dan dr. Halinda Sari lubis, M.K.K.K sebagai
(9)
6. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah beserta seluruh jajarannya.
8. Kepala Puskesmas yang ada di wilayah Aceh Tengah.
9. Petugas Kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas dalam Kabupaten
Aceh Tengah.
10. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan moril dan materil kepada penulis.
Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada orang tua, suami dan ananda tercinta serta seluruh keluaga yang telah
memberi dorongan dan dukungan baik moral maupun materil yang tak terbatas
kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
Medan, Desember 2010
(10)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Sri Wahyuni. MS, Lahir di Takengon pada tanggal 15
November tahun 1979. Beragama Islam anak kedua dari tujuh bersaudara sudah
menikah dan dikaruniai satu orang anak.
Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Takengon
Kabupaten Aceh Tengah tahun 1992, dan tahun 1995 menamatkan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Tahun 1998
menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan di Pemda Kabupaten Aceh Tengah. Pada
Tahun 2002 menamatkan pendidikan Bidan Departemen Kesehatan Banda Aceh.
Kemudian pada tahun 2004 menamatkan kuliah D-IV Bidan Pendidik Universitas
Sumatera Utara.
Penulis sejak tahun 1998 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di RSU Datu
Beru Takengon, pada bulan September tahun 2004 bekerja sebagai staff di Akademi
Kebidanan Pemkab Kabupaten Aceh Tengah hingga saat ini.
Tahun 2007 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Hipotesis ... 9
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ... 10
2.1.1. Pemanfaatan Buku KIA ... 11
2.1.2. Buku KIA sebagai Materi Penyuluhan ... 12
2.2. Bidan ... 17
2.3. Organisasi Puskesmas ... 19
2.4. Karakteristik Ibu Hamil ... 37
2.5. Landasan Teori ... 39
2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 40
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41
3.1. Jenis Penelitian ... 41
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
3.3. Populasi dan Sampel ... 41
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44
3.6. Metode Pengukuran ... 46
3.7. Metode Analisis Data ... 50
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 51
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
4.1.1. Kondisi Geografis ... 51
(12)
4.1.3. Kesehatan ... 53
4.2. Karakteristik Bidan ... 54
4.2.1. Pengetahuan ... 56
4.2.2. Motivasi ... 58
4.2.3. Beban Kerja ... 62
4.3. Karakteristik Organisasi Puskesmas ... 65
4.3.1. Iklim Kerja ... 66
4.3.2. Supervisi ... 69
4.3.3. Kepemimpinan ... 71
4.4. Pemanfaatan Buku KIA ... 73
4.5. Analisis Bivariat ... 74
4.6. Analisis Multivariat ... 76
BAB 5. PEMBAHASAN ... 79
5.1. Pengaruh Pengetahuan Bidan Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 79
5.2. Pengaruh Motivasi Bidan Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 81
5.3. Pengaruh Beban Kerja Bidan Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 83
5.4. Pengaruh Masa Kerja Bidan Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 84
5.5. Pengaruh Pelatihan Penggunaan Buku Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 86
5.6. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 89
5.7. Pengaruh Supervisi Terhadap Pemanfaatan Buku KIA SebagaiMateri Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 91
5.8. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil ... 93
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
6.1. Kesimpulan ... 95
6.2. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
(13)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1. Besar sampel pada tiap Puskesmas ... 43
4.1. Sarana, Prasarana dan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2008 ... 53
4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Bidan ... 54
4.3. Distribusi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Mengenai Materi Pengetahuan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009 ... 56
4.4. Distribusi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Mengenai Motivasi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009... 59
4.5. Distribusi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Mengenai Beban Kerja di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009... 63
4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Organisasi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009... 65
4.7. Distribusi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Mengenai Iklim
Kerja di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009... 66
4.8. Distribusi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Mengenai Supervisi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009... 69 4.9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Mengenai
Kepemimpinan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009 ... 71
4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan Bagi Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009... 74 4.11. Hasil Analisis Bivariat Karakteristik Bidan dan Karakteristik Organisasi
Puskesmas dengan Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan Bagi Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009... 75
4.12. Hasil Analisis Multivariat Pengaruh Karakteristik Bidan dan Karakteristik Organisasi Puskesmas terhadap Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan Bagi Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009 ... 77
(14)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 103
2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 113
3. Uji Normalitas Data dan Distribusi Frekuensi ... 121
4. Tabulasi Silang (Crosstab) dan Uji Chi square ... 135
(16)
ABSTRAK
Buku KIA merupakan catatan kesehatan ibu dan anak yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan KIA, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan KIA. Pada survei pendahuluan di wilayah Kabupaten Aceh Tengah diketahui buku KIA telah didistribusikan pada seluruh puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Tengah, tetapi belum diperoleh gambaran pemanfaatan buku tersebut. Pengamatan menunjukkan bahwa materi penyuluhan yang termuat dalam buku KIA belum menjadi acuan baku dalam penyuluhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik bidan (pengetahuan, motivasi, beban kerja, masa kerja dan pelatihan penggunaan buku KIA) dan organisasi puskesmas (iklim kerja, supervisi dan kepemimpinan) terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan bagi ibu hamil. Disain penelitian adalah cross-sectional. Sampel berjumlah 208 bidan, yang diambil secara acak. Analisis data menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel pengetahuan (p = 0,018), motivasi (p = 0,036), beban kerja (p=0,095), pelatihan penggunaan buku KIA (p = 0,000), supervisi (p = 0,037) dan kepemimpinan (p = 0,000) terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan bagi ibu hamil. Variabel yang tidak berpengaruh adalah beban kerja, masa kerja. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan bagi ibu hamil adalah pelatihan penggunaan buku KIA dengan nilai koefisien B = 3,106.
Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah diharapkan memberikan pelatihan secara kontinu khususnya pelatihan penggunaan buku KIA guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan dalam memberi penyuluhan kepada ibu hamil. Selain itu disarankan untuk membangun sistem reward dan
punishment untuk mendorong motivasi bidan dalam pemanfaatan buku KIA sebagai
materi penyuluhan bagi ibu hamil serta melakukan pengawasan rutin pemanfaatan buku KIA oleh bidan termasuk pembagian buku KIA kepada ibu hamil.
(17)
ABSTRACT
MCH (Maternal and Child Health) handbook is a note of mother and children health, which contains of the information and the extension materials about nutrition, and mother children health, pregnant mother card, RTHC (Road to Health Card = KMS) for baby and under five children, and notes of MCH services. In a preliminary survey in the district of Central Aceh, it was known that the of MCH handbooks had been distributed to all public health centers in the Region of Central Aceh, but the descriptions of their utilization had not been taken yet. The observation showed that the materials of extension in MCH handbook had not been references material in extension.
The purpose of the survey was to analyze the influence of midwife characteristics (knowledge, motivation, working load, the length of working, and the training of using the MCH handbook) and the organizations of public health centre (work climate, supervision and leadership) on the utilization of MCH handbook as the material of extension for pregnant women. Design of this research cross-sectional. There were 208 midwives taken by using random sampling technique. The data were analyzed by using multiple logistic regression.
The result showed that there were influence of variables knowledge (p = 0.018) motivation (p = 0.036), training of using the MCH handbook (p = 0.000), supervision (p = 0.037) and leadership (p = 0.000) on the utilization of MCH handbook as a material of extension for pregnant women. The most influential variable on the utilization of MCH handbook as a material of extension for pregnant women was the training of using the MCH handbook with the coefficient value of B = 3.106.
It is hoped to Central Aceh District Health Office give the trainings continuously, especially the trainings of using the MCH handbook to increase the knowledge and the skill of midwife in giving the health education to pregnant women, and to make reward and punishment system to stimulate the motivation of midwife in utilization of the MCH handbook as a material of extension for pregnant women and to do routine controlling on the utilization of MCH handbook by the midwife including the distribution of MCH handbook to the pregnant women
(18)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1latar Belakang
Negara-negara di dunia memberi perhatian yang cukup besar terhadap Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), sehingga menempatkannya di
antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals
(MDGs), yang harus dicapai sebelum 2015. Komitmen yang ditandatangani 189
negara pada September 2000 itu, pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan manusia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat
masih merupakan yang tinggi di Asia Tenggara atau keempat di wilayah Asia Pasifik,
yakni mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu
tersebut terutama adalah (40-50%), infeksi, eklamsia, partus lama dan aborsi yang
terkomplikasi (Yustina, 2007).
Kesehatan perempuan dan kesehatan anak merupakan dasar yang penting
dalam perkembangan masyarakat. Hanya perempuan yang bisa hamil dan melahirkan
anak, namun fakta menunjukkan bahwa ratusan ribu perempuan di seluruh dunia
terus-menerus meninggal oleh sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan, yang
seharusnya dapat cegah. Hal ini merupakan salah satu ketidak adilan sosial terbesar
di masa kini. Beberapa tahun terakhir ini diakui dan diterima secara luas bahwa
kematian maternal yang seharusnya dapat dicegah merupakan pelanggaran terhadap
(19)
meninggal tiap tahunnya oleh sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan, dan
99% dari kematian ini terjadi di negara-negara yang sedang berkembang (WHO,
2007).
Pemerintah di seluruh dunia telah menyepakati Deklarasi Milennium
(Millennium Declaration) pada tahun 2000, dimana telah ditentukan tujuan-tujuan
serta sasaran-sasaran pembangunan yang jelas untuk dilaksanakan diseluruh dunia.
Dari 8 tujuan yang ditentukan yaitu (1) menghapuskan tingkat kemiskinan dan
kelaparan (2) mencapai pendidikan dasar secara universal (3) mendorong
kesejahteraan gender dan pemberdayaan perempuan (4) mengurangi tingkat kematian
anak (5) meningkatkan kesehatan ibu (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan
penyakit lainnya (7) menjamin keberkelanjutan lingkungan (8) mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan. Tiga diantaranya berkaitan langsung dengan
kesehatan perempuan yaitu peningkatan kesehatan maternal (kesehatan ibu),
pencapaian pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Secara tidak langsung
juga berkaitan dengan kesehatan perempuan (WHO, 2007).
Pembangunan kesehatan dengan meningkatkan mutu serta kemudahan
pelayanan yang terjangkau diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat ditandai
dengan menurunnya angka kematian ibu, kematian bayi dan panjangnya umur
harapan hidup. Setiap jam, dua orang ibu meninggal saat melahirkan karena berbagai
(20)
kemungkinan 3 hingga 10 kali lebih besar untuk meninggal dalam waktu 2 tahun. Di
Indonesia, angka kematian ibu 50 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN, Angka kematian bayi di Indonesia 1,2-1,5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan ASEAN (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupakan permasalahan pentung
yang perlu mendapatkan penanganan serius. Berdasarkan hasil Survei Demokrafi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) saat
melahirkan adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematiyan bayi (AKB)
34 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya,
angka-angka tersebut menunjukan adanya perbaikan. Namun, bila dibandingkan
dengan perbandingn kondisi antar daerah, terdapat kesenjangan yang cukup jauh
antara daerah maju dan terpencil, serta antara daerah perdesaan dan perkotaan. Untuk
AKB, misalnya, di Sulawesi Barat mencapai 74 (per 1.000 kelahiran hidup), di Nusa
Tenggara Barat (NTB) 72, dan Sulawesi Tengah 60. Angka-angka tersebut empat
kali lipat lebih tinggi dari pada AKB di daerah Yogyakarta yang AKBnya 19.
demikian pula untuk AKI, disparitas antara kota dan desa masih meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya resiko yang dihadapi ibu melahirkan di desa (Media
Indonesia, 2008).
Data SDKI 2002/2003 menunjukkan persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan di perkotaan besarnya 71% sementara itu desa sebesar 41%. Data dari
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) juga menunjukan indikasi serupa. Bidan, yang saat ini
(21)
ternyata masih menumpuk di jawa. Menurut data IBI, saat ini dari sekitar 70 ribu desa
di Indonesia, baru sekitar 30 ribu desa yang memiliki bidan. Padahal, pertolongan
tenaga kesehatan dalam kelahiran menjadi indikator penting dalam menentukan AKI.
Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain: rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat terutama kaum ibu, rendahnya tingkat sosial ekonomi, kondisi
dan latar belakang sosial budaya yang tidak mendukung, rendahnya status gizi dan
tingginya prevalensi anemia khususnya pada ibu hamil, selain itu disebabkan karena
terbatasnya akses ibu dan bayi di pedesaan memperoleh layanan kesehatan, miss
opportunity terhadap pelayanan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006)
Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat
antara berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai dari
Puskesmas. Upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini
komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan kefasilitas rujukan
yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah (Muninjaya, 1999).
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategi Making
Pregnancy Safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak
1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA
diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
(22)
monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
Diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol kesehatan
ibu. Penggunaan buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat
terutama keluarga untuk memelihara kesehatan dan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Hal ini seyogyanya menjadi perhatian pemerintah
kabupaten atau kota (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Tingginya AKI dan juga AKB di Indonesia terkait dengan sejumlah indikator,
yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, maupun
sistem pengolahan kesehatan bersama. Jika kinerja ketiga indikator diperbaiki,
pelayanan kesehatan bisa ditingkatkan. Meski masalah ini juga dipengaruhi kondisi
sosial budaya seperti sisi kesehatan reproduksi, persoalannya mencakup tingkat
kesuburan, pengendalian kesuburan, serta pengolahan dan penanganan ibu hamil dan
melahirkan, kondisi dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan ibu. Di
samping itu juga dilakukan pendekatan dukun bayi yang pernah dibantu Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) (Anwar, 2003)
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
antenatal, sejak tahun 1993-1994 pemerintah melalui kerjasama dengan Japan
International Coopertion Agency (JICA) telah mengembangkan buku Kesehatan Ibu
dan Anak (buku KIA). Pengembangan di Provinsi Nanggore Aceh Darussalam
dimulai sejak tahun 1997 dilaksanakan di 6 Puskesmas dalam wilayah Provinsi
(23)
mulai diperkenalkan pada bulan Agustus 2003 di 14 Puskesmas yang ada (Dinkes
Kab Aceh Tenggah, 2007)
Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan
ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan
ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan
antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil
pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya
mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan sedini mungkin dapat
mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan untuk mengetahui
perkembangan serta pertumbuhan balita. Buku KIA sebagai sarana informasi
pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyeluruh kesehatan serta untuk
menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi
petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan
dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan
secara menyeluruh dan berkesinambungan (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Hasil penelitian di Kota Sawahlunto Hasanbasri dan Ernoviana (2006) dapat
disimpulkan 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai materi
penyuluhan sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil, ibu bayi dan anak
balita. Bagian yang tidak dilakukan pengisian antara lain : pencatatan pelaksanaan
pemeriksaan neonatus, berat badan anak pada KMS, pemberian vitamin A, anjuran
pemberian rangsangan perkembangan dan nasehat pemberian makan serta bagian
(24)
Pada survei pendahuluan peneliti di lokasi penelitian, buku KIA telah
didistribusikan pada seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Tengah
(14 Puskesmas), tetapi belum diperoleh gambaran pemanfaatan buku tersebut baik
oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, ibu bayi dan ibu anak balita). Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa materi penyuluhan yang termuat dalam buku KIA
belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan ibu hamil di puskesmas yang berbeda, penyuluhan tidak diberikan
secara rinci karena ibu-ibu disuruh membacanya sendiri di rumah, kecuali jika ada
yang tidak dimengerti boleh ditanyakan pada petugas KIA saat kunjungan.
Dengan adanya fenomena tersebut dan untuk mengakomodasi keinginan
Dinas Kesehatan Kota Nanggroe Aceh Darussalam agar memiliki baseline data,
disamping penelitian mengenai pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan
serta hubungannya dengan karakteristik individu dan karakteristik organisasi
Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maka perlu dilakukan
penelitian tentang pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi
terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan di Kabupaten Aceh
Tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pemanfaatan buku KIA merupakan pengejawantahan perilaku individu di
organisasi, dalam hal ini perilaku bidan dalam organisasi Puskesmas. Berdasarkan
Pendapat Werdat S, dkk (2003) yang mengutip pendapat Anoroga, dkk (1995) dapat
disimpulkan bahwa perilaku individu dalam organisasi merupakan hasil interaksi
(25)
penghargaan) dan karakteristik organisasi (hirarki, tugas-tugas, wewenang, tanggung
jawab, sistem kontrol). Selanjutnya pendapat Werdat, dkk (2003) yang mengutip
pendapat Gibson (1985) bahwa perilaku individu dalam organisasi merupakan hasil
interaksi dari tiga variabel, yaitu variabel individu (kemampuan dan keterampilan,
latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, asal-usul, dan jenis
kelamin), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain
pekerjaan), dan variabel psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan
motivasi).
1.2Permasalahan
Apakah karakteristik bidan (pengetahuan, motivasi, beban kerja, masa kerja,
pelatihan penggunaan buku KIA) dan organisasi puskesmas (iklim kerja, supervisi
dan kepemimpinan) berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi
penyuluhan bagi ibu hamil di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
1.3Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh karakteristik bidan (pengetahuan, motivasi, beban
kerja, masa kerja dan pelatihan penggunaan buku KIA) dan organisasi puskesmas
(karakteristik organisasi iklim kerja, supervisi dan kepemimpinan) terhadap
pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan bagi ibu hamil di Kabupaten
(26)
1.4Hipotesis
Karakteristik bidan (pengetahuan, motivasi, beban kerja, masa kerja dan
pelatihan penggunaan buku KIA) dan organisasi puskesmas (iklim kerja, supervisi
dan kepemimpinan) berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA sebagai materi
penyuluhan bagi ibu hamil di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
1.5Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan masukan yang dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan program KIA khususnya dalam pengembangan buku KIA
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk
menyususn program dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
semua tatanan sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB.
(27)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan
atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan
informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan,
kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi,
imunisasi, dan tumbuh kembang balita (Kepmenkes RI, 2004)
Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak.
Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali
berakhir dengan kecacatan atau kematian. Untuk mewujudkan kemandirian keluarga
dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) (Depkes RI dan JICA, 2003)
Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan
kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun
sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau
kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan
(28)
paket (standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya
gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan
kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).
2.1.1 Pemanfaatan Buku KIA
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu ( GSI), strategi making
pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994
dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu
dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor
kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri
dan Ernoviana, 2006).
Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit
umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA
berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu
ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku
KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan
kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan
lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti
(29)
Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat
penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan
menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai
sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan
kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak
dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi,
serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13
materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga
kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan
(6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa
saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10)
bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan
penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program
Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005)
2.1.2 Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan satu-satunya buku untuk
keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk
(30)
mendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan. Adapun materi
penyuluhan sebagai berikut :
1. Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
a. Periksa hamil secepatnya dan sesering mungkin sesuai anjuran petugas
b. Timbang berat badan setiap kali periksa hamil
c. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama hamil
d. Minta imunisasi Tetanus Toksoid kepada petugas kesehatan
e. Minta nasihat kepada petugas kesehatan tentang makanan bergizi selama
hamil
f. Sering mengajak bicara bayi sambil mengelus-elus perut setelah kandungan
berumur 4 bulan
2. Bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil
a. Mandi pakai sabun setiap hari, pagi dan sore. Gosok gigi dua kali sehari
setelah makan pagi dan sebelum tidur
b. Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan kurangi kerja berat
c. Tanyakan kepada bidan atau dokter tentang hubungan suami-istri yang aman
selama hamil
d. Jangan merokok, memakai narkoba, minum jamu atau minum minuman keras.
e. Di daerah malaria, sebaiknya ibu tidur pakai kelambu
3. Bagaimana makan yang baik selama hamil
a. Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran petugas kesehatan
(31)
c. Untuk menembah tenaga, makan makanan selingan , pagi dan sore hari
seperti kolak, bubur kacang hijau, kue-kue dan lain-lain
d. Tidak ada pantangan makanan bagi ibu selama hamil
4. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil
a. Pendarahan
b. Bengkak di kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala kadangkala disertai
kejang
c. Demam tinggi
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya
e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
5. Apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh
bidan atau dokter
b. Suami/keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan
c. Siapkan donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu
d. Ibu dan suami menanyakan kebidan/dokter kapan perkiraan tanggal
persalinan
e. Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu dan
bayi perlu segera ke Rumah Sakit
f. Jika bersalin di rumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan :
(32)
II. Air bersih dan sabun untuk cuci tangan
III. Kain, handuk dan pakaian bayi yang bersih dan kering
IV. Kain dan pakaian ganti yang bersih dan kering bagi ibu setelah
melahirkan
6. Apa saja tanda-tanda persalinan
a. Mulas-mulas yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama
b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
c. Keluar cairan ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban
7. Apa saja yang dilakukan ibu bersalin
a. Proses persalinan berlangsung 12 jam sejak terasa mulas. Jadi ibu masih bisa
makan, minum, buang air kecil dan jalan-jalan
b. Jika mulas-mulas bertambah, tarik napas panjang melalui hidung dan
keluarkan melalui mulut
c. Jika ibu merasa ingin buang air besar berarti bayi akan lahir. Segara beritahu
bidan/dokter
d. Ikuti anjuran bidan atau dokter kapan ibu harus mengejan waktu bayi akan
lahir
8. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
b. Pendarahan lewat jalan lahir
c. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
(33)
e. Air ketuban keruh dan berbau
f. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
g. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang berat
9. Apa saja yang dilakukan ibu nifas
a. Segera meneteki/menyusui bayi dalam 30 menit setelah bersalin untuk
mencegah pendarahan dan merangsang ASI cepat keluar
b. Teteki/susui bayi sesering mungkin dan setiap kali bayi menginginkan secara
bergantian payudara kiri dan kanan
c. Rawat bayi baru lahir dengan baik
d. Tanyakan ke bidan/dokter cara meneteki secara eksklusif dan merawat bayi
baru lahir
10. Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas
a. Makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil
b. Istirahat cukup supaya ibu sehat dan ASI keluar banyak
c. Minum 1 kapsul vitamin A dosis tinggi
d. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas
e. Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut setiap kali basah
11. Apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu hamil
a. Pendarahan lewat jalan lahir
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
c. Demam lebih dari 2 hari
(34)
e. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
f. Mengalami gangguan jiwa
12. Mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga berencana (KB)
a. Agar ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan
ibu serta mengurus keluarga
b. Untuk mengatur agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebih dari 2 tahun
13. Apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB
a. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi suami
1. Kondom
2. Vasektomi
b. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi istri
1. Pil
2. Suntik
3. Implan
4. Spiral
5. Tubektomi
2.2 Bidan
Kebidanan di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM.
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut
dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia dan diakui oleh WHO
(35)
secara berkala di review dalam pertemuan Internasional/Kongres ICM. Definisi
terakhir disusun melalui koggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane
Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (regfister) dan atau memiliki izin
yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Kepmenkes RI, 2004).
Bidan diakui sebagai tenaga kerja professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain
yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya kepada perempuan
tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan
antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Kepmenkes RI, 2004)
Mempertimbangkan aspek social budaya dan kondisi masyarakat Indonesia,
maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:
Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara republic Indonesia serta memiliki kompetinsi
(36)
untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kepmenkes
RI, 2004).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak (Kepmenkes RI, 2004)
2.3 Organisasi Puskesmas
Organisasi merupakan sesuatu yang abstrak, sulit dilihat tetapi bisa dirasakan
eksistensinya hampir dalam semua aspek kehidupan, sifatnya yang abstrak
menyebabkan cakupan mengenai organisasi sangat luas akibatnya bahwa studi
mengenai organisasi dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Orang mendirikan suatu organisasi karena organisasi dapat mencapai suatu tujuan
dimana tujuan tersebut tidak bisa dicapai melalui tindakan individu secara terpisah
atau secara perorangan. Organisasi dicirikan oleh “Perilakunya yang terarah pada
(37)
tindakan-tindakan individu dan kelompok yang dilakukan dengan persetujuan
bersama (Gibson dkk, 1996)
Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil
yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi
merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi
mencapai satu sasaran tertentu atau serangaian sasaran. Dalam organisasi perlu
adanya manusia, karena manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apa pun
bentuk dan organisasi tersebut. Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok
atau organisasi adalah awal dari perilaku organisasi (Rivai, 2008)
Menurut Gibson dkk (1996) Perilaku organisasi (Organization Behavior)
adalah studi tentang perilaku, sikap, dan prestasi manusia dalam suasana organisasi,
yang berdasarkan atas teori, metode, dan prinsip-prinsip berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, sosiologi, dan antropologi budaya untuk mempelajari persepsi, nilai,
kemampuan belajar, dan tindakan individu pada waktu bekerja dalam kelompok dan
di dalam organisasi secara keseluruhan; analisis dampak lingkungan eksternal
terhadap organisasi dan sumber daya manusia, misi, tujuan, dan strateginya. Perilaku
organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia
dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini meliputi aspek yang ditimbulkan oleh
pengaruh organisasi terhadap manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan dari
pengaruh manusia terhadap organisasi (Rivai, 2008).
Perilaku individu dalam organisasi merupakan hasil interaksi dari tiga
(38)
keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, asal-usul, dan jenis kelamin), variabel
organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan), dan
variabel Psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi) (Gibson dkk,
1996)
Organisasi kesehatan di Indonesia juga menganut asas: departementalisasi
dan regionalisasi. Dibentuknya Direktorat jenderal dijajaran organisasi Depkes pusat,
Bidang-bidang di Kanwil Depkes, dan Seksi-seksi di Tingkat Dinas Kesehatan dan
sebagainy adalah contoh asas departementalisasi. Dibentuknya Kantor Wilayah
Depkes (Kanwil) dan jajaran Organisasi kesehatan lain mulai dari tingkat Provinsi
(Dinas Kesehatan) sampai ke tingkat Kecamatan dan Desa (Puskesmas) dan
Puskesmas Pembantu dan Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) adalah bentuk
regionalisasi pengembangan pelayanan kesehatan di Indonesia mengingat luasnya
jangkauan masyarakat dan Wilayah yang wajib diberikan pelayanan kesehatan
(Muninjaya, 1999)
Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Wilayah kerja
Puskesmas pada mulanya ditetapkan satu Kecamatan, kemudian dengan semakin
berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh pemerintah untuk membangun
Puskesmas, wilayah kerja Puskesmas ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di
(39)
didirikan di satu wilayah Kecamatan. Pada umumnya satu Puskesmas mempunyai
penduduk binaan antara 30.000-50.000 jiwa (Muninjaya, 1999)
Berdasarkan misi tersebut, Puskesmas mempunyai kewenangan dan
tanggungjawab memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang
secara administratif berdomisili diwilayah kerjanya. Bentuk pelayanan kesehatan
yang diberikan di Puskesmas bersifat menyeluruh (Comprehensisive Health Care
Service) yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi aspek Promotive, preventive,
curative, dan rehabilitative. Prioritas pelayanan yang dikembangkan oleh Puskesmas
lebih diarahkan kebentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang
lebih mengutamakan upayan promosi dan perencanaaan (public health services)
(Muninjaya, 1999).
Perkembagan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui
Puskesmas didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai pusat
pengembangan kesehatan (Centre for Health Development) diwilayah kerja tertentu
(biasanya ditingkat kecamatan). Upaya pengembangannya dapat dilaksanakan
melalui perluasan jangkauan wilayah sesuai dengan tingkat kemajuan transportasi,
peningkatan mutu pelayanan dan keterampilan staf, peningkatan rujukan, peningkatan
misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan dapat dilakukan melalui
berbagai upaya seperti:
1. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dengan
(40)
Posyandu dan penempatan bidan di desa yang mengelola sebuah polindes
(poliklinik persalinan desa)
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas dapat diwujudkan, baik dengan meningkatkan keterampilan dan
motivasi kerja staf Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat maupun dengan cara mencukupi berbagai jenis kebutuhan peralatan
dan obat-obatan yang perlu tersedia di Puskesmas
3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
4. Sistem rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar lebih diperkuat dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sampai ketingkat desa
Peranserta masyarakat melalui pengembangan Pembangunan Kesehatan
masyarakat Desa (PKMD). Prinsip kerja PKMD adalah berkembangnya kegiatan
masyarakat dalam rangka menolong diri mereka sendiri. Kegiatannya perlu dilakukan
secara gotong-royong dan swadaya sehingga masyarakat mampu mencapai mutu
hidup yang lebih sehat dan sejahtera (Muninjaya, 1999).
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Buku KIA sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil
I. Karakteristik Bidan 1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”,
(41)
Pengetahuan yang berguna bagi pengembangan karier pegawai untuk meningkatkan
kinerjanya merupakan penilaian dari pengalaman positif yang memberi motivasi dan
pengembangan diri (Iiyas, 2001)
2. Motivasi
Motivasi dari kata motif yang artinya sesuatu yang mendorong dari dalam
dirinya untuk melakukan sesuatu (gerak), sedangkan motivasi adalah sesuatu yang
membuat orang untuk bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu yang
didasarkan dari motif (Fathoni, 2006). Motivasi adalah konsep yang menguraikan
tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang memuai dan
mengarahkan perilaku (Gibson dkk, 1996)
Menurut Rivai (2004) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu. Dimana sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible
memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai
tujuan. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan
bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu (Robbins, 2002).
Menurut Ivancevich dkk (2006) teori motivasi berfokus pada faktor-faktor
dalam diri seseorang yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan, dan
menghentikan perilaku. Empat pendekatan isi yang penting terhadap motivasi adalah
(1) hierarki kebutuhan maslow, (2) teori ERG Alderfer, (3) teori dua faktor Herzberg,
(42)
1. Hierarchy Kebutuhan Maslow
Inti teori Maslow adalah bahwa kebutuhan tersusun dalam suatu hierarchy.
Kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologi, dan kebutuhan di
tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut didefenisikan sebagai berikut :
a. Fisiologis (physiological). Kebutuhan akan makanan, minuman, tempat
tinggal, dan bebas dari rasa sakit
b. Keamanan dan keselamatan (safety and security). Kebutuhan untuk bebas dari
ancaman diartikan sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang
mengancam
c. Kebersamaan, sosial, dan cinta (belongingness, social, and love). Kebutuhan
akan pertemanan, afiliasi, interaksi, dan cinta
d. Harga diri (esteem). Kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat dari orang
lain
e. Aktualisasi diri (self-actualization). Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
diri sendiri dengan secara maksimum menggunakan kemampuan,
keterampilan, dan potensi
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memuaskan
kebutuhan yang mendasar (kebutuhan fisiologi) sebelum mengarahkan perilaku
mereka pada pemuasan kebutuhan ditingkat yang lebih tinggi. Beberapa hal
pokok dalam pemikiran Maslow yang perlu kita ketahui untuk memahami
(43)
a. Kebutuhan yang sudah terpuaskan akan berhenti memberikan motivasi
b. Kebutuhan yang tidak terpuaskan dapat menyebabkan rasa frustasi, konflik,
dan stres
c. Maslow mengasumsikan bahwa orang memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang dan sebagai akibatnya akan terus berusaha bergerak ke atas
dalam hierarki untuk memenuhi kepuasan. Asumsi ini mungkin benar untuk
beberapa karyawan, tapi tidak benar untuk lainnya
2. Teori ERG Alderfer
Alderfer sepakat dengan Maslow bahwa kebutuhan individu diatur dalam
suatu hierarki. Akan tetapi, hierarki kebutuhan yang dia ajukan hanya melibatkan
tiga rangkaian kebutuhan :
a) Eksistensi (existence). Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti
makanan, udara, imbalan, dan kondisi kerja
b) Hubungan (relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan
interpersonal yang berarti
c) Pertumbuhan (growth). Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat
kontribusi yang produktif atau kreatif
Motivasi memberikan teori yang menarik bagi manajer mengenai perilaku.
Jika kebutuhan bawahan dengan urutan yang lebih tinggi (misalnya pertumbuhan)
dihalangi, mungkin karena kebijakan perusahaan atau kurangnya sumber daya,
ada baiknya apabila manajer berusaha mengarahkan ulang usaha bawahan menuju
(44)
individu termotivasi untuk terlibat dalam perilaku memuaskan salah satu dari tiga
rangkaian kebutuhan
3. Teori Dua Faktor herzberg
Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi
dua-faktor. Kedua faktor tersebut disebut dissatifer, satisfier, motivator higiene,
atau faktor ekstrinsik-intrinsik, bergantung pada pembahasan dari teori. Penelitian
awal yang memancing munculnya taori ini memberikan dua kesimpulan spesifik.
Pertama, adanya serangkai kondisi ekstrinsik, konteks pekerjaan, yang
menimbulkan ketidakpuasan antar karyawan ketika kondisi tersebut tidak ada.
Jika kondisi tersebut ada, kondisi tersebut tidak selalu memotivasi karyawan.
Kondisi ini adalah dissatifer atau faktor higiene, karena faktor-faktor tersebut
diperlukan untuk mempertahankan suatu tingkat dari tidak adanya ketidakpuasan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
a. Gaji
b. Keamanan pekerjaan
c. Kondisi kerja
d. Status
e. Perosedur perusahaan
f. Kualitas pengawasan teknis
g. Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan dengan
(45)
Kedua, serangkaian kondisi intrinsik pekerjaan ada dalam pekerjaan, dapat
mambentuk motivasi yang kuat hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang
baik. Jika kondisi tersebut tidak ada, pekerjaan tidak terbukti memuaskan.
Faktor-faktor dalam rangkaian ini disebut satisfier atau motivator dan beberapa diantaranya
adalah:
a. Pencapaian
b. Pengakuan
c. Tanggung jawab
d. Kemajuan
e. Pekerjaan itu sendiri
f. Kemungkinan untuk tumbuh
Motivator ini secara langsung berkaitan dengn sifat pekerjaan atau tugas itu
sendiri. Ketika ada, faktor-faktor ini berkontribusi terhadap kepuasan. Hal ini, pada
akhirnya akan menghasilkan motivasi tugas intrinsik. beberapa implikasi manajerial
yang penting dari teori Herzberg termasuk:
1) Tidak ada ketidakpuasan kerja, kepuasan kerja tinggi. Seorang katyawan yang
dibayar dengan baik, memiliki rasa aman dengan memiliki hubungan yang baik
dengn rekan kerja dan supervisor (faktor higiene ada = tidak ada ketidak puasan
kerja) dan diberikan tugas yang menantangm, akan termotivasi.
Manajer seharusnya terus memberikan tugasyang menantang dan
mentransfer tanggung jawab kepada bawahan yang berkinerja tinggi. Keamana
(46)
2) Tidak ada ketidak puasan kerja, tidak ada kepuasn kerja. Seorang karyawan yang
dibayar dengan baik, memiliki keamanan pekerjaan, dan memiliki hubungan yang
baik dengan rekan kerja dan supervisor (faktor higiene ada = ketidakpuasan
kerja), tapi tidak diberikan penugasan yang menantang dan merasa sangat bosan
dengan pekerjaannya (tidak ada motivator = tidak ada kepuasan kerja) tidak ada
motivasi.
Manajer seharusnya mengevaluasi dekripsi pekerjaan bawahan dan
memperluasnya dengan memberikan penugasan yang lebih menantang dan lebih
menarik. Kenaikan gaji, keamanan pekerjaan, dan supervisi yang baik perlu
diteruskan.
3) Ketidak puasan kerja tinggi, tidak ada kepuasan kerja. Seorang karyawan yang
tidak digaji dengn baik,memiliki keamanan pekerjaan yang rendah, memiliki
hubungan yang buruk dengan rekan kerja dan supervisor (faktor higiene adanya
ketidakpuasan kerja tinggi), dan tidak diberikan penugasan yang menantang dan
merasa sangat bosan dengan pekerjaannya (motivator tidak ada = tidak ada
kepuasan kerja tinggi), dan tidak diberikan penugasan yang menantang dan
merasa sangat bosan dengan pekerjaannya (motivator tidak ada = tidak ada
kepuasan kerja) tidak akan termotivasi. Untuk mencegah kinerja yang rendah,
absen, dan pemutaran karyawan, manajer seharusnya membuat perubahan drastis
(47)
4. Teori Kebutuhan yang dipelajari McClelland
McClelland telah mengajukan teori motivasi yang secara dekat
berhubungn secara konsep pembelajaran. Dia yakin sebagiaan besar kebutuhan
berasal dari budaya. Tiga dari kebutuhan yang dipelajari ini adalah kebutuhan
akan pencapayan (need for achievement n Ach), kebutuhan akan afiliasi (need for
affiliaion n Aff) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power n Pow).
McClelland menyatakan bahwa ketika muncul suatu kebutuhan yang kuat di
dalam diriseseorang. Kebutuhan tersebut memotovasi dirinya untuk menggunakan
perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. Sebagai contoh, memiliki
kebutuhan akan pencapayan yang tinggi mendorong seorang individu untuk
menetapkan tujuan yang menantang, untuk bekerja keras demi mencapai tujuan
tersebut, dan menggunakan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk
mencapinya.
Bedasarkan hasil penelitian McClelland mengembangkan serangkaian faktor
deskiptif yang mengmbarkan orang dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian.
Hal tersebut adalah;
1. Suka menerima tanggung jawab untuk memecahkan masalah
2. Cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang moderat dan cenderung
mengambil resiko yang telah diperitungkan.
(48)
3. Beban Kerja
Beban kerja adalah suatu kondisi dari pekerjaan dengan uraian tugasnya yang
berlebihan dari tugas pokok dan fungsinya pada batas waktu tertentu. Beban kerja
berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja
dapat dibedakan lebih lanjut kedalam beban kerja berlebih/terlalu sedikit “kuantitatif”
yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan
kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja
berlebih/terlalu sedikit “kualitatif”, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk
melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan/atau potensi
dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebihan kuantitatif dan kualitatif
dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak,
yang merupakan sumber tambahan dari stres (Munandar, 2001)
Beban lebih secara fisikal atau mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak
hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Unsur yang menimbulkan
beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat
diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat pada saat-saat tertentu, dalam
hal tertentu waktu akhir (deadline) justru dapat meningkatkan motivasi dan
menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkan
timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang
berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif
(49)
Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan
psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi
pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa mononton. Kebosanan dalam kerja
rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan,
dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini, secara pontensial
membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.
Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia makin
beralih titik beratnya pada pekerjaan otak (Munandar, 2001)
4. Pelatihan Penggunaan Buku KIA
Menurut Hasanbasri dkk (2007) pelatihan diartikan sebagai upaya untuk
mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribadian. Dinas kesehatan selaku pembina dan
pengawasan program kesehatan di daerah harus melaksanakan pola pembinaan yang
disuaikan dengan kemampuan daerah, salah satu kegiatan dinas kesehatan dalam
pembinaan meliputi pelatihan dan pengembangan. Pelatihan dilaksanakan untuk
mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan pimpinan puskesmas, petugas
kesehatan pada puskesmas pembantu, polindes agar lebih baik dalam penerapannya
dilapangan
Tujuan pelatihan ialah untuk membantu pegawai :
(50)
b. Mempertahankan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang sudah
dikuasai
c. Mendorong pegawai agar mau belajar dan berkembang
d. Mempraktikkan ditempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari diperoleh dalam
latihan
e. Mengembangkan pribadi pekerja
f. Mengembangkan efektifitas lembaga
g. Memberi motivasi kepada pekerja untuk belajar dan berkembang
II. Karakteristik Organisasi Puskesmas 1. Karakteristik Organisasi Iklim kerja
Iklim organisasi merupakan keadaan mengenai karakteristik yang terjadi di
lingkungan kerja yang dianggap mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada
dalam lingkungan organisasi tersebut. oleh karena itu, iklim organisasi dapat
dikatakan sebagai lingkup organisasi (Hudiyamin dkk, 2006)
Menurut Hudiyamin dkk (2006) yang mengutip pendapat Rossow (1990) iklim
organisasi menunjuk pada karakteristik organisasi secara keseluruhan dan
berhubungan dengan perasaan anggota yang bersangkutan. Dari berbagai pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi tidak hanya menyangkut aspek
sosial saja tetapi juga aspek fisik dalam organisasi. Iklim organisasi juga berkenaan
(51)
tentang sifat-sifat dan karakteristik organisasi yang mencerminkan norma serta
keyakinan dalam organisasi.
Banyak hal yang berpengaruh di dalam organisasi sehingga terbentuklah iklim
organisasi, hal tersebut adalah :
1. Bekerja keras
Beban kerja yang berat serta tidak diimbangi dengan hasil yang diharapkan pada
akhirnya, juga akan mempengaruhi orang-orang yang ada di dalam organisasi
tersebut.
2. Kerja sama
Antara pemimpin dan karyawan tidak saling membeda-bedakan, bersama-sama
menciptakan suasana dalam organisasi menjadi nyaman, sehingga kesertaan dan
keserasian kerja di dalamnya semakin meningkatkan kinerja organisasi tersebut.
3. Peraturan
Peraturan yang dibuat dijadikan sebagai pedoman sehingga hendaknya
benar-benar mentaati dan bila ada penyelewengan harus benar-benar-benar-benar ditindak dengan
tegas, baik memberikan peringatan ataupun hukuman.
Teori Tentang Iklim Organisasi 1. Halpin and Crroft
Berdasarkan anggapan bahwa iklim organisasi merupakan persepsi dari
(52)
keterpisahan, rintangan, keakraban, kejauhan, tekanan pada hasil, dorongan
(motivasi) dan semangat.
2. Likert
Likert teori yang disebut Likert’s Management System Theory. Dari sistem
tersebut Likert mengungkapkan bahwa ada empat sistem manajemen yang
membentuk iklim organisasi, yaitu :
a. Sistem exploitative-authoritative (sistem penguasa pemeras)
Sistem ini menunjukkan bahwa pemimpin bersifat sangat otokrasi, sedikit
kepercayaan terhadap bawahan dan bersifat paternalistik. Bawahan diberi motivasi
dengan cara ditakut-takuti dan memberi hukuman. Sistem komunikasi cenderung
berbentuk komunikasi ke bawah.
b. Sistem benevolent-authoritative (sistem penguasa pemurah)
Dalam sistem manajemen ini, pemimpin memiliki kepercayaan yang
terselubung dengan bawahan. Motivasi terhadap bawahan dengan cara diberi hadiah,
menakuti-nakuti, dan pemberian hukuman. Pemimpin sudah memperbolehkan
komunikasi ke atas (up-ward communication), mendengarkan pendapat bawahan,
serta melimpahkan wewenang pengambilan keputusan.
c. Sistem consultative (sistem penasehat)
Pemimpin sedikit memiliki kepercayaan terhadap bawahan terutama jika
membutuhkan informasi atau ide. Pemberian motivasi kepada bawahan dilakukan
dalam bentuk penghargaan atau hukuman. Komunikasinya berpola ke atas dan ke
(53)
d. Sistem participative-group (sistem kelompok partisipasi)
Pemimpin memiliki kepercayaan yang cukup besar terhadap bawahan. Setiap
pemecahan masalah melibatkan ide-ide bawahan secara konstruktif. Pola komunikasi
yang digunakan berpola ke atas, ke bawah dan horizontal.
3. Supervisi
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh
atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk , apabila ditemukan
masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Azwar, 1996)
Tujuan supervisi adalah mengorientasi, melatih kerja, memimpin,
memberikan arahan dan mengambarkan kemampuan personil, sedangkan fungsinya
untuk mengatur dan mengorganisasir proses atau mekanisme pelaksanaan
kebijakasanaan diskripsi dan standar kerja. Supervisi di lakukan langsung pada
kegiatan yang sedang berlangsung (Azwar, 1996)
Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar
pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Umpan balik
dan perbaikan dapat dilakukan saat supervisi. Supervisi dapat juga dilakukan secara
tidak langsung yaitu melalui laporan baik tertulis maupun lisan, supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan
(54)
4. Kepemimpinan
Menurut Gibson dkk (1996) kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan
jenis pengaruh bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang-orang mencapai
tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok
kearah pencapaian tujuan (Robbins1996). Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain baik
secara langsung maupun tidak (Muninjaya, 1999).
Menurut Muninjaya (1999) sifat pemimpin yaitu:
1. Memberi semangat pengikutnya
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan pengikutnya
3. Menunjukkan kepada pengikutnya bagaimana menjalankan suatu pekerjaan
4. Memikul kewajiban/tanggung jawab
5. Memperbaiki kegagalan yang terjadi dalam pencapaian tugas
2.4 Karakteristik Ibu Hamil 1. Kunjungan Antenatal
Petugas kesehatan memberikan buku KIA kepada ibu pada waktu pelayanan
antenatal. Buku KIA merupakan ”pintu masuk” bagi ibu/keluarga untuk mendapatkan
pelayanan komprehensif, oleh karena itu ibu dianjurkan untuk selalu membawa buku
KIA setiap kali kontak dengan petugas kesehatan. Petugas kesehatan mencatat
pelayanan yang telah diberikan kepada ibu dan anak di buku KIA (Depkes RI dan
(55)
2. Mendapatkan Buku KIA
Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit
umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA
berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu
ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku
KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan
kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan
lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti
kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
3. Mendapatkan Penyuluhan Sesuai Materi di Buku KIA
Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan ialah
rangkaian kegiatan yang berlandasarkan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup
sehat dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan. Penyuluhan
tentang buku KIA perlu dilakukan karena kesehatan ibu dan anak juga banyak
berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Penyuluhan
dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan dan peran serta masyarakat
dalam program kesehatan masyarakat (Hasanbasri dkk, 2007)
Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat
penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan
(56)
sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan
kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak
dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi,
serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006)
Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13
materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga
kesehatan ibu hamil (3)bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga ibu bersalin (6) apa saja
tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa saja
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10) bagaimana
menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu
nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga Berencana (KB)
(13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes RI, 2005)
2.5 Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan beberapa landasan
teori, yaitu perilaku individu dalam organisasi merupakan hasil interaksi dari tiga
variabel, Yaitu variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang,
keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, asal-usul, dan jenis kelamin), variabel
(57)
variabel psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi) (Gibson dkk
1996).
2.6.Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan:
Diteliti Tidak diteliti
Karakteristik Organisasi Puskesmas
f. Iklim Kerja g. Supervisi
h. Kepemimpinan
Pemanfaatan Buku KIA sebagai materi
penyuluhan
Karakteristik Ibu Hamil a. Kunjungan Antenatal
b. Mendapatkan Buku KIA
c. Mendapatkan Penyuluhan tentang materi yang ada di buku KIA
Karakteristik Bidan
a. Pengetahuan b. Motivasi c. Beban Kerja d. Masa Kerja
e. Pelatihan Penggunaan buku
(58)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional,
merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat
bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh
Tengah yang mencakup 14 (empat belas) puskesmas. Waktu penelitian dilaksanakan
selama 2 bulan dari bulan April sampai bulan Mei tahun 2009
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bertugas di wilayah
kerja Dinas Kesehatan di Kabupaten Aceh Tengah. Sampel diambil menggunakan
rumus uji hipotesis beda proporsi satu sampel sebagai berikut :
2 2 1 2 1 ) ( ) ( Po Pa Qa Pa Z PoQo Z n − − + −
= α β
Dimana :
Po : Proporsi yang tidak memanfaatkan buku KIA ibu hamil(59)
Pa : Proporsi yang diharapkan tidak memanfaatkan buku KIA ibu
balita (70%)
Z1- α/2 : Nilai deviasi Standar pada α 5% sebesar 1,96 Z1 - β : Nilai deviasi standar pada β = 10% sebesar 1,282 1-β : Power of the test (kekuatan uji)
dengan perhitungan :
2 2 1 2 1 ) ( ) ( Po Pa Qa Pa Z PoQo Z n − − + −
= α β
2 2 ) 80 , 0 70 , 0 ( ) 30 , 0 70 , 0 282 , 1 20 , 0 80 , 0 960 , 1 ( − +
= x x
n
n = 189 bidan
Dari rumus di atas diperoleh besar sampel minimal sebanyak 189 bidan.
Untuk mendapatkan besar sampel yang representatif maka ditambah 10% dari besar
sampel minimal sehingga keseluruhan besar sampel sebanyak 208 bidan. Untuk
mengambil sampel pada masing-masing puskesmas dilakukan secara proporsional
sebanding dengan jumlah populasi yang tersebar di 14 (empat belas) puskesmas di
Kabupaten Aceh Tengah.
Besar sampel dari masing-masing puskesmas di Kabupaten Aceh Tengah
(60)
Tabel 3.1 Besar sampel pada tiap Puskesmas
No Puskesmas Perhitungan Besar Sampel
1 Lut Tawar 18/291 X 208 13
2 Bebesen 21/291 X 208 15
3 Kebayakan 17/291X 208 12
4 Pegasing 25/291 X 208 18
5 Silih Nara 18/291X 208 13
6 Bies 27/291X 208 19
7 Kute Panang 19/291X 208 14
8 Celala 20/291X 208 14
9 Rusip 17/291X 208 12
10 Ketol 24/291X 208 17
11 Bintang 28/291X 208 20
12 Linge 26/291X 208 19
13 Jagong 17/291X 208 12
14 Atu Lintang 14/291X 208 10
Total Sampel 208
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2008
Pengambilan sampel tiap-tiap puskesmas dilakukan secara acak menggunakan
tabel angka acak sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan yaitu 208 bidan
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada
kuesioner penelitian yang telah disusun dan mengacu pada variabel yang diteliti,
sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan yang akan
digunakan untuk membantu analisis terhadap data primer yang diperoleh.
Kuesioner yang telah disusun, terlebih dahulu diuji coba pada bidan di
(61)
mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat
kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara
variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan nilai Corrected
Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan.
Uji reliabilitas terhadap kuesioner digunakan untuk melihat konsistensi
jawaban. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. Dalam penelitian ini teknik untuk
menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbanch’s Alpha yaitu
untuk mengetahui reliabilitas dengan membandingkan nilai Alpha > 0,60 (Nugroho,
2005).
Adapun hasil pengujian Validitas dan reliabilitas alat ukur jumlah responden
30 orang pada taraf 5 % secara keseluruhan menunjukkan valid dan reliabel (lihat
lampiran 2)
3.5 Variabel dan Definisi Operasional a. Variabel Dependen (Y)
Pemanfaatan buku KIA adalah memanfaatkan buku KIA sebagai materi
penyuluhan dalam pelayanan antenatal
b. Variabel Independen (X)
1. Pengetahuan (X1) adalah tingkat pengetahuan responden mengenai materi
yang ada pada buku KIA. Buku KIA berisikan informasi dan materi
penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS
(1)
iklim kerja * pemanfaatan buku KIA
Crosstab
pemanfaatan buku KIA Total
kurang baik baik kurang baik
Count 32 17 49
Expected Count 33.5 15.5 49.0 kurang baik
% within iklim kerja 65.3% 34.7% 100.0%
Count 110 49 159
Expected Count 108.5 50.5 159.0 iklim
kerja
baik
% within iklim kerja 69.2% 30.8% 100.0%
Count 142 66 208
Expected Count 142.0 66.0 208.0 Total
% within iklim kerja 68.3% 31.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .260(b) 1 .610
Continuity
Correction(a) .112 1 .738
Likelihood Ratio .257 1 .612
Fisher's Exact Test .603 .365
Linear-by-Linear
Association .259 1 .611
N of Valid Cases 208
a Computed only for a 2x2 table
(2)
supervisi * pemanfaatan buku KIA
Crosstab
pemanfaatan buku KIA Total
kurang baik baik kurang baik
supervisi kurang baik Count 22 1 23
Expected Count 15.7 7.3 23.0
% within supervisi 95.7% 4.3% 100.0%
baik Count 120 65 185
Expected Count 126.3 58.7 185.0
% within supervisi 64.9% 35.1% 100.0%
Total Count 142 66 208
Expected Count 142.0 66.0 208.0
% within supervisi 68.3% 31.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 8.951(b) 1 .003
Continuity
Correction(a) 7.586 1 .006
Likelihood Ratio 11.836 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear
Association 8.908 1 .003
N of Valid Cases 208
a Computed only for a 2x2 table
(3)
kepemimpinan * pemanfaatan buku KIA
Crosstab
pemanfaatan buku KIA Total
kurang baik baik kurang baik
Count 49 5 54
Expected Count 36.9 17.1 54.0 kurang baik
% within kepemimpinan 90.7% 9.3% 100.0%
Count 93 61 154
Expected Count 105.1 48.9 154.0 kepemimpinan
baik
% within kepemimpinan 60.4% 39.6% 100.0%
Count 142 66 208
Expected Count 142.0 66.0 208.0 Total
% within kepemimpinan 68.3% 31.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 17.002(b) 1 .000
Continuity
Correction(a) 15.630 1 .000
Likelihood Ratio 19.818 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 16.920 1 .000
N of Valid Cases 208
a Computed only for a 2x2 table
(4)
Lampiran 5.
Logistic Regression (uji Multivariat pada variabel dengan nilai
P<0,05)
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES kiakat
/METHOD = BSTEP(LR) tahukat motivkat bebankat latih spvskat
kpmpnkat
/CONTRAST (motivkat)=Indicator(1)
/CRITERIA = PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5) .
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent Included in Analysis 208 100.0
Missing Cases 0 .0
Selected Cases
Total 208 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 208 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
kurang baik 0
baik 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2) (1)
rendah 34 .000 .000
sedang 40 1.000 .000
motivasi
(5)
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Observed Predicted
pemanfaatan buku KIA
Percentage Correct
kurang baik baik kurang baik
Step 0 pemanfaatan buku KIA
kurang baik
142 0 100.0
baik 66 0 .0
Overall Percentage 68.3
a Constant is included in the model. b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.766 .149 26.450 1 .000 .465
Variables not in the Equation
Score df Sig.
tahukat 8.474 1 .004
motivkat 15.084 2 .001
motivkat(1) 6.399 1 .011 motivkat(2) 15.084 1 .000
bebankat 1.986 1 .159
latih 24.223 1 .000
spvskat 8.951 1 .003
Variables
kpmpnkat 17.002 1 .000
Step 0
Overall Statistics 60.432 7 .000
(6)
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square 1 183.493(a) .308 .431
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table(a)
Observed Predicted
pemanfaatan buku KIA
Percentage Correct
kurang baik baik kurang baik
Step 1 pemanfaatan buku KIA
kurang baik
130 12 91.5
baik 39 27 40.9
Overall Percentage 75.5
a The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
tahukat 1.887 .797 5.601 1 .018 6.596
motivkat 6.478 2 .039
motivkat(1) .424 .767 .306 1 .580 1.528 motivkat(2) 1.319 .630 4.391 1 .036 3.741
bebankat .669 .400 2.789 1 .095 1.952
latih 3.106 .833 13.922 1 .000 22.338
spvskat 2.651 1.273 4.334 1 .037 14.166 kpmpnkat 2.577 .698 13.618 1 .000 13.153 Step
1(a)
Constant -21.404 4.248 25.390 1 .000 .000 a Variable(s) entered on step 1: tahukat, motivkat, bebankat, latih, spvskat, kpmpnkat.
Model if Term Removed
Variable
Model Log Likelihood
Change in -2 Log
Likelihood df
Sig. of the Change tahukat -95.695 7.898 1 .005 motivkat -95.314 7.136 2 .028 bebankat -93.152 2.810 1 .094 latih -102.303 21.113 1 .000 spvskat -95.539 7.584 1 .006 Step 1