Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga Sebagai Kewajiban Suami Istri

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEIKUTSERTAAN ISTRI

MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA

A. Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga Sebagai Kewajiban Suami Istri

Pada bab pertama penulis mengutip sebuah puisi dari Jalaludin Rumi, seorang sufi besar Islam, yang menggambarkan dengan sangat indah dan emansipatif, tentang bagaimanakah relasi antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga. Seorang suami yang dalam fitrah penciptaannya telah diberikan kelebihan oleh Allah Q.S. al-Nisâ’ [4]: 34 memang pantas jika menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangganya, seorang suami akan bertanggung jawab atas keselamatan keluarganya, tidak hanya dalam kehidupan dunia, tetapi juga dalam kehidupan akhirat kelak. Atas pertimbangan kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki inilah kemudian hukum Islam secara formil membebankan urusan pemenuhan nafkah keluarga kepada suami. Namun ketentuan ini bukanlah sebagai indikasi mutlak bahwa istri atau perempuan tidak mampu memenuhi nafkah untuk dirinya sendiri, tetapi bahwa istri juga memiliki peran yang juga sangat penting dalam rumah tangganya. Karena ditangan istri segala urusan domestik rumah tangga dibebankan. Dalam al-Qur’ân dijelaskan dengan indah bagaimana seharusnya relasi antara suami istri berlangsung ..... ه ﱠﻦ ﻟ ۹ ٌسﺎ ﻟ ﻜ ْﻢ و اْݎ ۿْﻢ ﻟ ۹ ٌسﺎ ﻟ ﻬ ﱠﻦ .... “mereka itu adalah 44 KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 45 Bagaimanakah seharusnya hubungan suami istri juga disinggung dalam al- Qur’ân surat al-Rûm ayat 21 berikut ini: ْﻢﻜݏْﻴﺑ ݅ܳﺟو ﺎﻬْﻴﻟا اْﻮݏﻜْﺴۿﻟ ﺎﺟوْزا ْﻢﻜﺴْܻݎا ْﻦ݊ ْﻢﻜﻟ ܽ݇ﺧ ْنا ﻪۿݚاء ْﻦ݊و نْوﺮﱠﻜܻۿݚ مْﻮܿﻟ ۽ݚ ﺄﻟ ﻚﻟذ ݙܺ ﱠنا ﺔﻤْﺣرو ةﱠدﻮ݊ موﺮﻟا : Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaanya ialah dia menciptakan istri- istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berfikir. Q.S. al-Rûm [30]: 21 Ayat ini Menjelaskan bahwa menciptakan ketentraman dan menumbuhkan kasih sayang antara suami istri merupakan perintah Allah dalam al- Qur’ân bagi pasangan suami istri, karena pernikahan sejatinya haruslah menentramkan jiwa setiap orang yang menikah. Dengan demikian ketentraman dalam rumah tangga tidak akan mungkin dapat terwujud tanpa peran aktif kedua belah pihak. Ali Shodikin berpendapat bahwa hubungan suami istri dalam Islam bersifat resiprokal atau timbal balik, hubungan seperti ini juga berlaku dalam pemberian 1 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Penerjemah As’ad Yasin Jakarta: Gema Insani Press, 1999, Jilid 2, cet. Ke-III, hal. 499. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 46 nafkah. 2 hubungan yang demikian juga diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 33 yang menegaskan bahwa suami istri wajib saling saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain. Dalam KUH Perdata Pasal 103 dan 104 juga dijelaskan tentang hubungan suami istri sebagai berikut: Pasal 103. Suami dan Istri, mereka harus setia mensetiai, tolong menolong dan bantu membantu. Pasal 104. Suami dan Istri, dengan mengikat diri dalam suatu perkawinan, dan hanya karena itupun, terikatlah mereka dalam suatu perjanjian bertimbal-balik, akan memelihara dan mendidik sekalian anak mereka. Dalam KHI pasal 77 juga dijelaskan bahwa. 1 Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. 2 Suami istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. 3 Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya. 4 Suami istri wajib memelihara kehormatannya. 5 Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan agama. Ikatan perkawinan yang didasari niatan suci, secara teologis merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah, 3 dan secara sosiologis merupakan cara yang bijaksana bagi manusia untuk menjaga keberadaan spesies manusia di muka 2 Aida Humaira Pandangan Hukum Islam Tentang Konsep Nafkah Keluarga Dari Istri Karir dalam Peta Kajian Pemikiran Islam, Sosial, Budaya, Sains dan Teknologi, Jakarta: UIN Syahid, 2007, hal. 88. 3 Amir Nuruddin Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, cet. Ke-II, hal. 180. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 47 bumi, ikatan ini juga didasari oleh rasa cinta dari kedua belah pihak, sehingga sudah seyogyanyalah jika kewajiban menjaga keutuhan rumah tangga juga menjadi kewajiban kedua belah pihak. Dari uraian ketentuan hukum diatas tersirat sebuah pesan bahwa sejatinya, suami dan istri memiliki kedudukan yang sama dalam rumah tangga, hak dan kewajiban yang dibebankah kepada keduanya merupakan alat agar kehidupan rumah tangga yang dijalani dapat berjalan dengan baik. Bahkan ketentuan formil inipun membutuhkan improvisasi dari pasangan suami istri. Untuk itu jika di kemudian hari dalam menjalankan bahtera rumah tangga suami tidak mampu mencukupi nafkah sebagaimana yang telah diwajibkan kepadanya, Maka jika merujuk pada al-Qur’ân dan aturan hukum yang ada maka istri seharusnya—jika tidak boleh dikatakan wajib—membantu suami untuk mencukupinya, karena memang kewajiban menjaga keutuhan rumah tangga adalah kewajiban kedua belah pihak, dengan demikian sesungguhnya nafkah secara filosofis menjadi tanggung jawab suami istri jika secara formil suami tidak mampu mencukupinya. Tinggal bagaimana kedua belah pihak memandang kondisi ini secara bijaksana, karena seringkali dalam kebudayaan masyarakat Indonesia sebagian suami merasa rendah diri dibantu oleh istrinya dalam menafkahi keluarganya karena masyarakat akan mengaanggapnya tidak mampu KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 48 menjadi suami yang baik, atau takut istrinya akan melalaikan kewajiban utamanya sebagai ibu dari anak-anaknya dan sebagai pendamping suami. 4 Ketakutan ini sebenarnya tidak perlu terjadi. merujuk pada kearifan masyarakat pedesaan dimana seringkali istri juga ikut para suami turun ke sawah atau kebun, lalu dengan kesadaran yang tinggi tidak melupakan tugas utama mereka sebagai pendamping suami dan ibu bagi anak-anaknya. Sehingga isu kesetaraan jender sesungguhnya bukanlah hal baru bagi masyarakat kita, hanya saja bahasa “jender” yang perlu dinasionalisasi dengan kearifan budaya lokal masyarakat Indonesia sehingga lebih akrab bagi telinga dan prilaku para perempuan di negara kita. Pemahaman tentang pernikahan yang demikian perlu untuk dikembangkan dalam masyarakat karena data Mahkamah Agung menunjukkan bahwa, ditahun 2007 angka perceraian yang disebabkan oleh faktor ekonomi mencapai angka 26.510 kasus, faktor ini menempati peringkat ketiga setelah faktor tidak harmonis, dan faktor masing-masing pihak lalai dalam tanggung jawab, 5 sedangkan di Pengadilan Agama Jakarta Timur faktor ekonomi mendominasi alasan perceraian, dimana permohonan cerai diajukan oleh pihak istri. Faktor ekonomi juga mendominasi alasan perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pihak suami yang tidak mampu lagi menafkahi istrinya memaksa istri harus menggugat cerai suami, namun dalam beberapa kasus kecemburuan suami 4 Humaira, Pandangan Hukum Islam ..., hal. 102-104. 5 http:www.badilag.netindex.php?option=com_contenttask=viewid=2139Itemid=429 data diakses tanggal 21 Juli 2009. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 49 yang tidak mampu mencukupi nafkah keluarganya pada istri yang ikut menafkahi keluarga juga seringkali menimbulkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. 6 Dari data-data yang ada tampak bahwa angka perceraian akibat faktor ekonomi tidak bisa dikesampingkan, artinya dalam kondisi demikian pemberian nafkah keluarga haruslah dipenuhi secara bekerja sama oleh pasangan suami istri. Dengan demikian sesungguhnya pemenuhan hak dan kewajiban merupakan satu bentuk kerja sama antara suami istri dalam membina rumah tangganya. Sehingga relasi suami istri tidaklah meniscayakan adanya pihak yang menjadi superior dan di pihak lainnya ada pihak yang menjadi inferior karena keduanya mempunyai prinsip yang sama yang harus diperjuangkan yaitu keutuhan rumah tangga, dengan tetap menghargai setiap kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri suami maupun istri. Ini adalah bentuk pengamalan terhadap ajaran al-Qur’ân serta pengamalan dari undang-undang yang ada. Faktor-Faktor Penyebab Keikutsertaan Istri Dalam Memikul Tanggung Jawab Pemberian Nafkah Keluarga Beberapa faktor yang menyebabkan seorang istri ikut serta memikul tanggung jawab pemberian nafkah antara lain yaitu disebabkan antara lain oleh 6 http:groups.yahoo.comgroupwanita-muslimahmessage112803 diakses 21 Juli 2009. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 50 suami yang cacat, 7 profesi suami yang tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga atau juga atas kesepakatan dari kedua belah pihak, disamping itu semua, kondisi sosial masyarakat modern di Indonesia saat ini begitu kompleks ditambah regulasi negara terhadap kehidupan perekonomian rakyatnya yang masih belum bisa dikatakan memadai berimplikasi pada sebagian besar dimensi kehidupan keluarga pada sebagian besar masyarakat baik yang ada di perkotaan maupun pedesaan. Faktor ekonomi yang kini memegang peranan penting dalam struktur masyarakat modern menyebabkan masyarakat harus berpacu untuk menghidupi keluarga mereka, kebutuhan hidup yang begitu besar pada masyarakat perkotaan meniscayakan biaya hidup yang juga sepadan dengan kebutuhan, tetapi bagi sebagian warga masyarakat perkotaan, penghasilan yang diperoleh tidaklah mencukupi untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga dalam usaha memenuhi nafkah keluarga seringkali dipikul secara kolektif oleh suami dan istri. Mencermati Pola identifikasi kemiskinan yang dianut oleh Biro Pusat Statistik BPS berdasarkan ketentuan Bank Dunia World Bank, dimana seringkali tidak dapat menunjukkan realitas sesungguhnya terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia karena diukur berdasarkan pendapatan finansial dimana batas kemiskinan dihitung dari besarnya rupiah yang 7 Tentang seorang suami yang cacat, hal ini diatur dalam KHI Pasal 116 dimana seorang istri dapat melakukan Khulu’ jika memnuhi salah satu persyaratan yang tertera dalam pasal 116 dimana salah satu persyaratannya adalah jika “Salah satu pihak mendapat cacat badab atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri”. Namun dalam KUH Perdata tidak diatur mengenai masalah ini. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 51 dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. formula yang dipergunakan untuk mengukur indeks kemiskinan adalah dengan menggunakan formula Sen poverty index SPI atau dalam bahasa sederhana, yakni mengukur tingkat kemiskinan berdasarkan pada pendapatan perkapita, formula ini ternyata tidak mampu mengukur tingkat kesejahteraan. karena untuk mengukur kemiskinan tidak bisa hanya dilihat dari tingkat pendapatan semata. sementara penemuan terbaru tentang indikasi kesejahteraan menunjukkan bahwa kemiskinan tidak selalu berkaitan dengan kesejahteraan, lihat saja misalnya Srilanka yang memiliki indeks perkapita rendah 500 dolar pertahun dibanding Indonesia dan Brasil 5000 dolar pertahun ternyata memiliki tingkat kesejahteraan relatif tinggi dibanding dua negara tersebut terakhir, Dengan demikan diusulkan bahwa saat ini untuk melihat tingkat kesejahteraan tidak bisa semata-mata dilihat dengan tolak ukur kemiskinan karena saat ini harus dibedakan antara kemiskinan dengan kesejahteraan, sehingga faktor non finansial juga harus diperhitungkan dalam menganalisa kemiskinan. 8 Akses terhadap pendidikan, kesehatan dan biaya hidup yang terjangkau harus menjadi pertimbangan pula dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Melihat kenyataan kehidupan ekonomis sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini kiranya membuat beban nafkah yang bertambah berat harus dipikul seorang diri oleh suami, sehingga keikutsertaan istri dalam menafkahi 8 http:www.um-pwr.ac.idwebartikel230-gambaran-kemiskinan-indonesia.html,data diakses tanggal 26 Juli 2009. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 52 keluarga yang terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia kiranya dapat dimengerti.

B. Khulu’ Sebagai Pilihan Bagi Istri Untuk Memutuskan Perkawinan Karena