24
sebuah norma diberlakukan. Kemajuan sebuah negara juga ikut menyumbang perubahan paradigma pada kehidupan keluarga disatu negara tertentu, termasuk
merubah paradigma tentang siapakah yang berkewajiban memberi nafkah pada keluarga.
Untuk itu dalam memahami konsep pembagian peran dalam mengurus rumah tangga diperlukan kebijaksanaan dan kedewasaan yang memadai karena
sesungguhnya secara filososfis pembagian peran dalam keluarga tidak meniscaya- kan adanya pihak yang lebih superior dan disisi lain akan terdapat pihak yang
inferior. Lebih dari itu, perkawinan tidak saja dipandang sebagai media me- realisasikan syari’at agama semata, namun hal ini merupakan sebuah kontrak
perdata yang akan menimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab antara suami dan istri,
13
yang jika dilanggar juga akan berimplikasi terhadap adanya sanksi.
C. Peraturan Pemberian Nafkah Menurut Kompilasi Hukum Islam Islam KHI
Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI peraturan tentang pemberian nafkah dalam rumah tangga diatur secara lebih terperinci dalam pasal 80 berikut
ini: 1.
Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh
sumai isteri bersama.
13
Amir Nuruddin Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi kritis perkembangan hukum Islam dari fiqih, UU No 11974 sampai KHI,
Jakarta: Kencana, 2004, cet. Ke- II, hal. 180.
KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA
DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI
Oleh :
Cecep Hadiyan NIM : 102043124910
KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H 2009 M
25
2. Suami wajib melidungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya 3.
Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajarpengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama,
nusa dan bangsa. 4.
Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung : a.
nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri; b.
biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak;
c. biaya pendididkan bagi anak.
5. Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada ayat 4 huruf a dan
b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya. 6.
Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat 4 huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat 5 gugur apabila isteri
nusyuz.
14
Dalam pasal 80 KHI, penjelasan mengenai kewajiban suami istri diurai secara lebih rinci. Sedang yang pihak berkewajiban menanggung beban nafkah
bagi keluarga menurut KHI adalah suami, hal ini dapat dipahami mengingat KHI merupakan kodifikasi hukum Islam yang disarikan dari kitab-kitab fikih klasik,
15
di mana hukum fikih yang berasal dari dunia Arab juga sangat patriarki.
D. Peraturan Pemberian Nafkah Menurut Kitab Undang-Undang Hukum