Kadar Nafkah Yang Harus Diberikan Oleh Suami

30 Dalam kamus istilah fikih nafkah didefenisikan sebagai pengeluaran seseorang berupa perbekalan pemberian seseorang berupa makanan, pakaian, tempat tinggal ataupun ketentraman atau kesenangan hidup kepada seseorang disebabkan karena perkawinan, kekeluargaan dan pemilikan budak sesuai dengan kemampuan. 4

B. Kadar Nafkah Yang Harus Diberikan Oleh Suami

Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat mengenai kewajiban suami untuk memeberikan nafkah kepada istrinya, diantaranya yaitu : ⌧ ☺ 4 M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Syafi’ah AM, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, cet. Ke-III, hal. 240. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 31 Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Q.S. Al-Baqarah [2] 233 Ayat diatas secara eksplisit menjelaskan tentang kewajiban seorang ayah agar memberikan nafkah kepada istrinya, namun nafkah yang dikehendaki oleh ayat ini, adalah nafkah yang baik dan yang diperoleh dengan cara yang baik pula sesuai dengan kemampuan suami. Ayat ini juga sekaligus memberikan pesan secara tersirat kepada para istri agar tidak menuntut nafkah kepada suami melebihi dari apa yang mampu diberikan oleh para suami. Sebab Allah SWT pun KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 32 tidak membebani hambanya dengan sesuatu hal yang tidak mampu dilakukan atau dipikul oleh hambanya. Berdasarkan ayat ini maka yang menjadi ukuran memberikan nafkah adalah kemampuan seorang suami, namun tidak disebutkan apakah yang menjadi ukuran sebagai pedoman kelayakan dalam memberikan nafkah. Dengan demikian kemampuan seorang suami diukur dengan kelayakan nafkah yang harus diberikan berdasarkan apa yang dianggap layak menurut adat dimana sesorang tinggal, karena dalam suatu daerah tertentu, tentu memiliki ukurannya sendiri-sendiri tentang siapa yang disebut orang yang berlebih atau siapa yang disebut orang yang kekurangan. Dengan demikian seorang suami dapatlah mengukur kelayakan nafkah yang harus diberikan kepada keluarganya berdasarkan kemampuan dirinya dalam menafkahi keluarga. Lihat juga hadits berikut ini : 5 ﻦﺑ ﻢْﻴﻜﺣ ْﻦܲ لﺎܾ ﻪﻴﺑا ْﻦܲ ىﺮْﻴﺸْܿﻟا ﺔݚوﺎܳ݊ : ﷲا لﻮܚر ﺎݚ ۽ْܾ݇ , ڱܽﺣ ﺎ݊ لﺎܾ ؟ ﻪْﻴ݇ܲ ﺎݎ ﺪﺣأ ﺔﺟْوز : ۽ْﻤܳﻃ اذأ ﺎﻬﻤْܳܫ۾ ْنأ , اذأ ﺎهﻮﺴْﻜ۾و ۽ْﻴﺴۿْآا . ﻪْﺟﻮْﻟا بﺮْﻀ۾ﺎﻟو ܿ۾ﺎﻟو ۹ ۽ْﻴ۹ْﻟا ݙܺﺎﱠﻟا ﺮ܇ْﻬ۾ﺎﻟو ܉ . Artinya : Dari Hakim bin Muawiyah al-Qusyairy dari ayahnya : Saya berkata “wahai rasulullah apa salah satu hak yang menjadi hak istri kami? Rasul bersabda “memberinya makanan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian. Dan jangan memukul wajahnya, serta jangan memperoloknya, dan juga jangan membentaknya kecuali kamu sedang di dalam rumah mu. 5 Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haq al-Ázim Ábadî, ‘Aunul Ma’bud, Syarah Sunan Abu Daud, Kairo: Dar el-Hadits, 2001, hal. 240, lihat juga Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram Jakarta : Dar al-Kutub Al-Islamiyah, tt, hal. 211. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 33 Mengenai kadar pemberian nafkah kepada keluarga, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an. ⌧ ⌧ ☺ قﻼܫﻟا ٦ Artinya :Tempatkanlah mereka para isteri di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka. dan jika mereka isteri-isteri yang sudah ditalaq itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan anak-anakmu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu segala sesuatu dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu untuknya. Q.S. Ath-thalaq [65] :6 Sesuai dengan konteks pembahasan bab ini, maka pada ayat ini ditekankan bahwa seorang suami dengan segala kemampuannya diwajibkan agar tidak menyengsarakan atau membuat istri mereka menderita, dengan demikian nampaknya ukuran kemampuan seorang suami dalam memberikan nafkah menurut ayat ini adalah jangan sampai seorang istri menderita dalam menjalani kehidupan rumah tangga bersama suaminya. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 34 Intinya adalah suami ditekankan agar mengerahkan segala kemampuan terbaiknya dalam usaha memenuhi nafkah keluarganya, bahkan Allah meyakinkan para suami melalui ayat berikut ini, agar setiap suami yakin bahwa setiap suami pasti mampu memenuhi nafkah bagi keluarganya, karena Allah pun tidak membebani hambanya dengan sesuatu yang tidak sanggup dipikul oleh seorang hamba. ☺ قﻼﻄﻟا ٧ Artinya : Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. Q.S. Ath-thalaq [65] : 7 Menilik penjelasan dari beberapa ayat al-Qur’an diatas, kita mendapati penjelasan-penjelasan yang bersifat global dalam menentukan kadar kemampuan suami untuk menafkahi istrinya, ayat diatas hanya memberikan prinsip serta nilai dasar yang harus dipegangi oleh para suami dalam rangka menafkahi istrinya, prinsip-prinsip yang terkandung dalam ayat diatas antara lain yaitu bahwa seorang suami tidak boleh menyengsarakan istri dan membuat istrinya menderita. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 35 Hal ini memotivasi para ahli atau ulama fikih untuk berijtihad dalam menentukan berapakah atau apa ukuran kelayakan bagi seorang suami dalam memberikan nafkah bagi istrinya, apakah kelayakan memberikan nafkah diukur dari kemampuan kedua belah pihak atau hanya dari kemampuan suami saja, ataukah kelayakannya didasarkan pada nilai-nilai kelayakan yang berlaku pada suatu masyarakat. Menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah besarnya nafkah tidak ditentukan berdasarkan ketentuan syara’, tetapi berdasarkan keadaan masing- masing suami istri, dan ini akan berbeda beda berdasarkan perbedaan tempat, waktu, dan keadaan, pendapat ini didukung juga oleh Imam Hambali. 6 Nampaknya pendapat ini yang dirujuk oleh KHI 7 dalam membuat kebijakan seputar seberapa ukuran kelayakan seorang suami memberikan nafkah. Namun Imam Syafi’i berpendapat bahwa kelayakan nafkah diukur dari kemampuan suami, bagi suami yang kaya dua mud, atas suami dengan kemampuan sedang satu setengah mud dan suami yang miskin satu mud. 8 Maka 6 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, Penerjemah Masykir A.B., Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, Jakarta: Lentera, 2005, cet. Ke-XV, hal. 422. Namun dalam madzhab Hanafi kelayakan nafkah juga bisa dilihat berdasarkan kondisi suami istri atau suami saja. 7 Dalam KHI ukuran nafkah dijelaskan dalam pasal 80 ayat 2 dan ayat 4, sementara mengenai ketentuan tempat tinggal diatur dalam pasal 81. Lihat Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. Ke-III, hal. 161-162. 8 Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Penerjemah Imam Ghazali Said, Ahmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani, 2007, Jilid 2, hal. 519, berdasarkan keterangan kitab ini 1 mud = ± 1,5 kg, tetapi ada pendapat yang menetapkan bahwa ukuran satu mud adalah 6 ons gandumberas. Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Penerjemah Mohammad Thalib, Bandung: al-Ma’arif, 1981, jilid 7, hal. 90. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 36 jika suami mempunyai kelapangan rizki maka hendaknya suami memeberikan nafkah yang melimpah juga bagi keluarganya. 9 Sedangkan mayoritas ulama madzhab Imamiyah berpendapat bahwa nafkah diukur berdasarkan kebutuhan istri yang mencakup sandang, pangan, papan yang diukur berdasarkan kelayakan suatu daerah tertentu. 10 Tidak ditentukannya kadar yang pasti dalam al-Qur’an mengenai nafkah membuat imam Syafi’i sangat berhati-hati, sehingga dalam pandangan Imam Syafi’i kadar pemberian nafkah harus dibedakan antara suami yang kaya dan yang miskin, hal ini nampaknya dimaksudkan agar para suami apapun kondisi perekonomiannya benar-benar memaksimalkan kemampuannya untuk selayak mungkin dalam memberikan nafkah keluarga, mengingat bahwa kondisi perokonomian juga seringkali tidak menentu, sehingga suami diharuskan juga untuk mengerti kondisi perekonomian dalam skala yang lebih besar. Di negara Mesir ketidak mampuan seorang suami dalam menafkahi istrinya dianggap sebagai hutang yang harus dibayarkan hal ini dicantumkan dalam undang-undang negara Mesir yakni UU No. 25 tahun 1929. 11 hal ini menurut penulis adalah sesuatu yang seharusnya, karena nafkah menjadi kewajiban bagi suami dan hak bagi istri, seperti yang sudah di jelaskan penulis 9 Aida Humaira, Pandangan Hukum Islam Tentang Konsep Nafkah Keluarga dari Istri Karir dalam Peta Kajian Pemikiran Islam, Sosial, Budaya, Sains dan Teknologi kumpulan hasil-hasil penelitian tahun 2007 , Jakarta: UIN Syahid, 2007, hal. 85. lihat juga Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah , Penerjemah Anshori Umar, Fiqih Wanita, Semarang: CV. As-Syifa’, tt hal. 464. 10 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab..., hal. 423. 11 Sabiq, Fikih Sunnah jilid 7..., hal. 93. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 37 pada pembahasan terdahulu bahwa ikatan suami istri tidak saja dalam hal pemenuhan sunnah Allah tetapi relasi ini kemudian melahirkan hak dan kewajiban dalam sebentuk aturan hukum perdata. Ketidak rincian al-Qur’an dalam menentukan jumlah nafkah yang harus dipenuhi oleh suami, tidak meniscayakan bahwa dengan dalih memberikan nafkah berdasarkan kemampuan suami, kemudian suami hanya mengusahakan nafkah sekedarnya saja tanpa mengerahkan segala kemampuannya untuk memenuhi nafkah keluarganya, karena dalam al-Qur’an Allah juga melarang umat Islam meninggalkan generasi yang lemah baik dari segi aqidah, keilmuan maupun ekonomi. Seperti yang tertera dalam ayat berikut ini ءﺎﺴݏﻟا : ٩ Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Q.S. al-Nisâ’ [4]: 9 Dengan demikian pemenuhan nafkah dalam rumah tangga bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, sandang dan papan semata-mata, tetapi dengan nafkah yang mencukupi diharapkan pembentukan mental dan spiritual dalam kelaurga dapat terealisasi. Maka wajarlah jika agama sangat menyarankan agar nafkah keluarga dipenuhi dengan selayak mungkin. KEIKUTSERTAAN ISTRI MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam SHI Oleh : Cecep Hadiyan NIM : 102043124910 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H 2009 M 38 Demikianlah sekilas mengenai peraturan hukum Islam mengenai kadar nafkah yang harus diberikan oleh suami kepada istrinya.

C. Jenis-jenis Nafkah yang Harus Dipenuhi Suami