Jenis dan Frekuensi Makanan Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau.

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Jenis dan Frekuensi Makanan Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau.

Frekuensi makan perhari merupakan salah satu aspek kebiasaan makan. Frekuensi makan akan dapat menjadi penduga tingkat kecukupan konsumsi gizi. Artinya, semakin tinggi frekuensi makan seseorang, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar Khomsan, 2004. Berdasarkan dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jenis makanan pokok yang dikonsumsi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau adalah nasi dengan frekuensi ≥ 1 kali perhari karena di Kecamatan Pangururan nasi merupakan makanan pokok yang rata-rata dimakan ≥ 1 kali sehari dan masyarakat mempunyai prinsip ” bila tidak makan nasi rasanya tidaklah makan namanya”. Berdasarkan dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jenis lauk-pauk yang dikonsumsi, anak sekolah dasar di desa perbukitan pada umumnya mengkonsumsi ikan asin, ikan mujahir dan teri sedangkan di desa tepi danau adalah ikan mujahir, ikan asin, ikan pora-pora , teri, telur, tahu dan tempe. Masyarakat di desa perbukitan memperoleh lauk-pauk dari pasar yang cenderung memilih jenis lauk pauk yang tahan lebih lama seperti ikan yang dikeringkan, sedangkan di desa tepi danau masyarakat dapat memperoleh ikan pora-pora segar setiap harinya dari tangkapan nelayan dan jenis lauk-pauk lainnya dari pasar yang setiap hari buka. Berdasarkan dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jenis sayuran yang dikonsumsi di desa perbukitan dan di desa tepi danau relatif sama, karena sayuran seperti daun 45 Universitas Sumatera Utara singkong, kangkung, kacang panjang dan kol merupakan sayuran yang ditanam petani di kedua desa tersebut. Sayuran jenis sawi, kangkung dan bayam jarang dikonsumsi di desa perbukitan karena jenis sayuran ini tidak dapat tumbuh di daerah perbukitan karena sayuran jenis ini pada umumnya tumbuh di tanah yang cukup air. Berdasarkan dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa jenis buah-buahan yang sering dikonsumsi di desa perbukitan seperti pisang, pepaya dan jambu karena buah-buah ini ditanam di ladang-ladang atau di sekitar rumah sehingga tidak harus dibeli dari pasar, sedangkan buah-buahan yang sering dikonsumsi di desa tepi danau adalah pisang, jeruk, salak, jambu dan pepaya karena selain buah-buahan yang didapat dari tanaman sendiri dapat juga dibeli dari pasar seperti salak dan jeruk. Berdasarkan dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jenis makanan jajanan yang dikonsumsi di desa perbukitan dan di desa tepi danau hampir sama seperti jenis gorengan, mie, permen, dan kerupuk. Tetapi anak sekolah dasar di desa tepi danau lebih sering mengkonsumsi makanan jajanan tersebut karena tukang jualan makanan jajanan tersebut lebih banyak di desa tepi danau dan anak sekolah di desa tepi danau lebih sering diberi uang jajan oleh orang tua dari pada di desa perbukitan. Berdasarkan dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa jenis minuman yang dikonsumsi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau seperti jenis susu, jus dan teh manis dengan frekuensi ≤ 2 kali perbulan sedangkan di anak sekolah dasar di desa tepi danau mengkonsumsi teh manis, susu, jus dan eskrim dengan frekuensi 1-5 kali perminggu. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan, sulitnya akses masyarakat terhadap pangan tersebut dan masalah ekonomi yang kurang mampu membeli minuman seperti susu yang harga relatif mahal bagi masyarakat Universitas Sumatera Utara desa perbukitan, sedangkan masyarakat desa tepi danau sudah lebih maju keadaan ekonominya dan kemudahan mengakses jenis minuman tersebut . 5.2. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau. Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi kategori baik dan sedang , lebih tinggi di desa tepi danau dan tingkat konsumsi energi kategori defisit dan kurang, lebih tinggi di desa perbukitan. Dengan uji statistik uji-t, terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau, didapat nilai t = 2,521 dan p = 0,013, artinya tingkat konsumsi energi anak seolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau berbeda secara signifikan pada taraf signifikan 0,05. Rata-rata tingkat konsumsi energi anak sekolah dasar di desa perbukitan adalah 77,9 AKG dan di dasar di tepi danau adalah 82,7 AKG. Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein kategori baik dan sedang, lebih tinggi di desa tepi danau sedangkan tingkat konsumsi protein kategori kurang, lebih tinggi di desa perbukitan. Dengan uji statistik, uji-t, terdapat perbedaan tingkat konsumsi protein anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau, dengan uji statistik uji-t didapat nilai t = 2,681 dan p = 0,009 artinya tingkat konsumsi protein anak seolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau berbeda secara signifikan pada taraf signifikan 0,05. Rata-rata tingkat konsumsi protein anak sekolah dasar di desa perbukitan adalah 77,9 AKG dan anak sekolah dasar di tepi danau adalah 83,5 AKG. Hal ini disebabkan masyarakat di desa tepi danau lebih mudah mengakses pangan tanpa harus mengeluarkan biaya seperti beras hasil panen petani, ikan pora- Universitas Sumatera Utara pora hasil tangkapan nelayan, sayur-sayuran dan buah-buahan yang ditanam sendiri. Selain itu kemudahan memperoleh sumber pangan lainnya seperti tahu, tempe, ayam, dari pasar yang setiap harinya ada, serta kebiasaan jajanan anak sekolah dasar di lingkungan sekolah dan rumah. Sedangkan masyarakat di desa perbukitan memperoleh bahan makan pada umumnya berasal dari pasar yang buka sekali dalam seminggu seperti beras, ikan dan sayuran. Sumber protein yang dikonsumsi anak sekolah dasar di desa perbukitan pada umumnya adalah ikan asin dan ikan teri yang makan masih dalam jumlah yang relatif sedikit karena rasanya yang asin. Anak sekolah dasar juga sangat jarang mengkonsumsi pangan sumber protein seperti susu, daging karena harganya yang cukup mahal, ditambah lagi lahan pertanian yang ada desa perbukitan tidak setiap saat dapat ditanami buah-buahan dan sayuran atau tanaman pangan lainnya karena lahan pertanian merupakan sawah tadah hujan. Anak sekolah dasar masih jarang diberikan uang jajanan ke sekolah dan jarangnya tukang jualan makanan jajanan di desa tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang oleh Zainal Abidin bahwa ada perbedaan pola konsumsi anak balita di wilayah pantai dan wilayah pegunungan daerah konflik Kabupaten Pidie Provinsi Nangro Aceh Darussalam Tahun 2004. Namun hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Istiqomah bahwa tidak ada perbedaan bermakna tingkat konsumsi energi dan protein anak sekolah dasar di daerah pantai dan daerah pengunungan di Kabupaten Pati Tahun Ajaran 20042005. Universitas Sumatera Utara

5.3. Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau.