Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri Pola Makan Metode Food Recall 24 jam

2.6. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku reference. Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia. Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai berikut : Indeks BBU : a. Normal : ≥ -2 SD sd ≤ 2 SD b. Kurang : ≥ -3 SD sd -2 SD c. Sangat Kurang : -3 SD Indeks TBU : a. Normal : ≥ -2 SD sd ≤ 2 SD b. Pendek : ≥ -3 SD sd -2 SD c. Sangat pendek : -3 SD Indeks IMTU : a. Sangat gemuk : 3 SD b. Gemuk : 2 SD sd ≤ 3 SD c. Normal : ≥ -2 SD sd ≤ 2 SD d. Kurus : ≥ -3 SD sd -2 SD e. Sangat kurus : -3 SD Universitas Sumatera Utara

2.7. Pola Makan

Menurut Hong dalam Kardjati 1985 mengemukan bahwa, pola adalah berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan memberikan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau kondisi setempat : a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan bahan makanan yang termasuk faktor geografis, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, daya perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi, dan persediaan suatu daerah. b. Faktor sosio-ekonomi dan kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen yang memegang peranan penting dalam pola konsumsi peduduk. c. Bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu.

2.8. Metode Food Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu kemarin. Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Universitas Sumatera Utara Menurut Sanjur 1997 yang dikutip oleh Supariasa, dkk 2001. Langkah- langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah sebagai berikut: 1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan atau minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga URT selama kurun waktu 24 jam yang lalu, kemudian petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat gram. 2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan DKBM. 3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan DKGA atau Angka Kecukupan Gizi AKG untuk Indonesia. Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut: 1. Mudah melaksanakannya serta tidak membebani responden. Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas. 2. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. 3. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf. 4. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Kekurangan metode recall 24 jam antara lain: 1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya dilakukan recall satu hari. 2. Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden. Universitas Sumatera Utara 3. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak over estimate dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit under estimate. 4. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih atau terampil dalam menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. 5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda tidak berturut-turut. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali 1x24 jam, maka data yang diperoleh kurang representatif menggambarkan kebiasaan makanan individu Supariasa, dkk, 2001. 2.9. Metode Frekuensi Makanan Food Frequency Menurut Supriasa, dkk 2001, secara umum survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Metode frekuensi makan adalah untuk memperoleh data tetang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama waktu periode tertentu setiap hari, minggu, bulan atau tahun. Universitas Sumatera Utara Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi pengguanaan makanan tersebut pada periode waktu tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. 1. Relatif murah dan sederhana. Kelebihan metode food frequency : 2. Dapat dilakukan sendiri oleh responden. 3. Tidak membutuhkan latihan khusus. 4. Dapat untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dengan kebiasaan makan. 1. Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari-hari. Kekurangan metode food frequency: 2. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data. 3. Cukup menjemukan bagi pewawancara. 4. Perlu membuat pencobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk kedalam daftar kuesioner. 5. Responden harus jujur dan mempuyai motivasi yang tinggi. Universitas Sumatera Utara

2.10. Kerangka Konsep