Sikap Duduk Sikap Berdiri

Sikap kerja yang demikian ini dapat sebagai akibat situasi lingkungan kerja yang tidak memadai, aktifitas yang repetitif atau berulang, desain alat dan peralatan yang tidak sesuai dengan pengguna, sikap kerja yang tidak alamiah yang menimbulkan kontraksi otot secara isometris melawan tahanan pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan Sutajaya, 1997. Dalam posisi duduk otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban anggota gerak atas yang sedang melakukan pengeboran. Beban kerja paling banyak dialami oleh daerah pinggang. Akibatnya otot-otot pinggang sebagai penahan baban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan mudah terjadinya nyeri pada otot sekitar pinggangpunggung bawah. Apalagi posisi kaki yang memendek, sehingga tidak ada keseimbangan penyebaran gaya pada otot selain punggung bawah Lientje, 2000.

2.2.1 Sikap Duduk

Sikap duduk pada otot rangka muscolusskelatal dan tulang belakang vertebal terutama pada pinggang sacrum lumbar dan thoracic harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri back pain dan terhindar cepat lelah fatique. Menurut Richard Albett 2001 saat ini terdapat 80 orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagan tubuh belakang back pain karena berbagai sebab, dan karena back pain ini mengakibatkan 40 orang tidak masuk kerja. Selain Universitas Sumatera Utara itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dalam sikap susuk dapat bergerak dengan relaksasi. Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut Eko Nurmianto 1998 tekanan posisi tidak duduk 100, maka tekanan akan meningkat 140 bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190 apabila saat duduk dilakukan dengan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dan dapat relaksasi tidak Statis.

2.2.2 Sikap Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih clerks, dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur barbers pasti memerlukan sepatu ketika bekerja, apabila sepatu tidak pas tidak sesuai maka sangat mungin akan sobek bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat menahan kaki tubuh, bukan kaki direpotkan untuk menahan sepatu. Desain sepatu untuk kerja berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaku, apabila bagian sepatu di kaki terjadi penahan yang kuat Universitas Sumatera Utara pada tali sendi ligaments pergelangan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka waktu yang lama, maka otot rangka muscles akan mudah mengalami kelelahan fatigued. Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjean 1988 dikuti Sanders et al 1993 merekomedasi bahwa “untuk jenis pekerjaan teliti precision letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di atas tinggi siku, untuk jenis pekerjaan ringan light letak tinggi meja diatur sejajr dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat heavy letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku”. Begitu pula Suma’mur 1994 menyebutkan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi berdiri “tinggi kerja” sebaiknya 5-10 cm di bawah siku arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah” Kerja Berdiri Setengah Duduk Berdasarkan penelitian Gempur 2003 bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa dengan posisi berdiri tegak TG diubah menjadi posisi berdiri setengah duduk yang sandaran SDTS dan setengah duduk pakai sandaran SDPS menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik TKOB antar kelompok. Rata-rata nilai nominal TKOB kerja bubut posisi berdiri TG 2,2 SDTS 1,8 SDPS 1,4. Jadi, kerja bubut posisi berdiri TG lebih melelahkan dibanding SDTS maupun SDPS. Kelelahan otot biomekanik tersebut berbanding langsung dengan peningkatan asam laktat dan penurunan glukosa, sebagaimana disebutkan oleh Guyton et.al. 1997 bahwa “ kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot”, dan disebutkan Universitas Sumatera Utara pula oleh Kroemer et.al.1986, Anna 1994, Niels 2000 bahwa “dalam keadaan anaerob, asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal ini glikogen dalam otot berkurang”. Berdasarkan hasil penelitian Gempur 2003 terbukti bahwa kofisien respons metabolisme energi anaerobik MEA posisi berdiri TG laktat 4,853 mmolkg, glukosa 0,221 mg; SDTS turun menjadi laktat 3,100 mmolkg,glukosa 0,017 mg; dan SDPS menjadi laktat 3,314 mmolkg,glukosa 0,07089 mg.jadi respon MEA pada kerja bubut posisi berdiri TG lebih tinggi dibanding posisi berdiri SDTS maupun SDPS. Berdasarkan penelitian Gempur 2003 bahwa posisi kerja berdiri TG, SDTS, SDPS berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh PST. Besar PST antar kelompok kerja bubut, untuk kelompok posisi berdiri TG PST rata-rata 22,8 ±9,2712 derajat, posisi berdiri SDTS PST rata-rata 14,7 ± 6,4987 derajat dan, posisi berdiri SDPS PST rata-rata 14,8 ± 7,9554 derajat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, suatu kondisi tempat kerja untuk jenis kerja posisi berdiri maka akan mengakibatkan perubahan pula pada performance tubuh. Oleh karena itu, apabila bekerja dalam jangka waktu yang relatif lama dengan performance posisi berdiri yang berbeda maka berdampak pada besar performance PST. Perubahan performance PST berdampak pada TKOB. Hal itu dapat dijelaskan bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin condong ke depan, akibatnya PST semakin besar pula. Apabila PST semakin besar maka momen gaya yang diterima otot biomekanik juga semakin besar. Momen gaya yang diterima otot biomekanik semakin besar maka tubuh memerlukan tambahan Universitas Sumatera Utara energi dari pemechanadenosin triphosphat ATAP dengan cara metabolisme energi respirasi anaerobik. Meningkatnya asam laktat tersebut akan mempercepat kelelahan otot biomekanik.

2.3. Mekanisme Kerja Tubuh