Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Tenaga Kerja Bongkar Muat Lansia terhadap Produktivitas Kerja di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011

(1)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TENAGA KERJA BONGKAR MUAT LANSIA TERHADAP PRODUKTIVITAS

KERJA DI SEKTOR II PT. PELINDO I BELAWAN MEDAN TAHUN 2011

TESIS

Oleh

DAMERIA TARIGAN 097032184/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF INTERNAL AND EXTERNAL FACTORS OF THE ELDERLY AS LOADING AND UNLOADING WORKERS ON WORK

PRODUCTIVITY IN SECTOR II PT. PELINDO I BELAWAN MEDAN 2011

THESIS

By

DAMERIA TARIGAN 097032184/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TENAGA KERJA BONGKAR MUAT LANSIA TERHADAP PRODUKTIVITAS

KERJA DI SEKTOR II PT. PELINDO I BELAWAN MEDAN TAHUN 2011

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAMERIA TARIGAN 097032184/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TENAGA KERJA BONGKAR MUAT LANSIA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI SEKTOR II PT. PELINDO I

BELAWAN MEDAN TAHUN 2011 Nama Mahasiswa : Dameria Tarigan

Nomor Induk Mahasiswa : 097032184

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E) (Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S

)


(5)

Telah diuji

Pada tanggal : 9 November 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes 3. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TENAGA KERJA BONGKAR MUAT LANSIA TERHADAP PRODUKTIVITAS

KERJA DI SEKTOR II PT. PELINDO I BELAWAN MEDAN TAHUN 2011

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, November 2011

(Dameria Tarigan) 097032184


(7)

ABSTRAK

Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan April 2011 di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan bahwa ada 162 orang tenaga kerja bongkar muat yang lanjut usia (lansia). Secara teoritis penambahan usia seseorang akan membuat fisiknya mengalami kemunduran. Namun kenyataannya, tenaga kerja bongkar muat lansia di Pelabuhan Belawan bahkan mampu menyelesaikan pekerjaan 2,1 ton per jam.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor internal (masa kerja, motivasi, status gizi, status kesehatan) dan eksternal (sarana dan lingkungan kerja) terhadap produktivitas kerja di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bongkar muat lanjut usia yang terpilih sebagai responden melalui penarikan sampel yang berjumlah 62 orang. Data diperoleh dengan wawancara

menggunakan kuesioner. Dianalisis dengan regresi logistik berganda dengan α =

0,05.

Hasil penelitian menunjukkan variabel status gizi dan variabel sarana berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Variabel status gizi paling dominan berhubungan dengan produktivitas kerja dengan nilai koefisien B = 2,437.

Disarankan agar tenaga kerja bongkar muat lanjut usia tetap mempertahankan status gizi yang sudah baik, dan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai status gizi lansia. Sementara pihak manajemen PT. Pelindo Belawan Medan menyediakan sarana yang lebih baik dan Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) kepada Tenaga Kerja Bongkar Muat.


(8)

ABSTRACT

Based on the preliminary survey conducted in April 2011 at the Sector II of PT. Pelindo Belawan, there are 162 elderly who work as loading and loading workers. Theoretically, aging process will result in losing physical energy. But, in fact, the elderly who work as loading and loading workers at Belawan Harbour are still able to accomplish their job of 2.1 tons per hour.

The purpose of this analytical descriptive study was to analyze the influence of internal factors (length of service, motivation, nutritional status, and health status) and external factors (work facilities and infrastructures) on work productivity in Sector II, PT. Pelindo Belawan Medan in 2011. The population of this study were all of the elderly employed as loading and unloading workers and 62 of them were selected to be the respondents for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests with a = 0.05.

The result of this study showed that the variables of nutritional status and work facilities had influence on work productivity. Nutritional status was the variable which most dominantly related to work productivity with β = 2.437.

The elderly who work as loading and unloading workers are suggested to maintain their currently good nutritional status, and the management of PT. Pelindo Belawan Medan should keep providing better facilities and JAMSOSTEK (employees' social security) to its loading and unloading workers, and further study on the nutritional status of elderly is needed to conduct.


(9)

RIWAYAT HIDUP

Dameria Tarigan, lahir di Medan pada tanggal 19 Agustus 1969, anak pertama dari Ganti Tarigan dan Siti br Ginting.

Pada tahun 1982 Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen GBKP, menamatkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan tahun 1985, menamatkan Sekolah Menengah Atas Methodist 1 Medan tahun 1988. Pada tahun 1988 Penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas Kedokteran Gigi dan menamatkannya tahun 1994.

Penulis bekerja sebagai dokter gigi PTT di Puskesmas Kuta Buluh Kabupaten Dairi Tahun 1995 - 1997 dan Puskesmas Kebun Lada Kotamadya Binjai Tahun 2000- 2003. Pada tahun 2003 hingga saat ini Dameria Tarigan, bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Rumah Tahanan Negara Kelas I Medan sebagai Staf Administrasi dan Perawatan.

Penulis menikah dengan Gloria Ebenhaezer Ginting, dan dikaruniai 3 orang putra yang bernama Andrew Hagai Ginting, Frederick Ginting, dan Benedick Ginting.

Pada tahun 2009 Penulis melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul "Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Tenaga Kerja Bongkar Muat Lansia terhadap Produktivitas Kerja di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E selaku komisi pembimbing I yang telah memberi masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.


(11)

6. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S selaku komisi pembimbing II yang telah memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

7. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

9. Thurman Hutapea, BCip, S.H, M.Hum selaku Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas I Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini.

10. Ir. Sugiyono selaku Kepala Otoritas Pelabuhan Belawan Medan yang telah bersedia memberikan izin tempat penelitian dilakukan dan memberikan banyak informasi serta data yang diperlukan untuk penulisan tesis ini.

11. Tenaga Kerja Bongkar Muat Sektor I dan Sektor II Pelabuhan Belawan Medan atas kesediaannya untuk meluangkan waktu dan memberikan informasi baik dalam wawancara maupun pada saat pengukuran langsung dalam rangka pengambilan data penelitian ini.

12. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat khusus Minat Studi Kesehatan Kerja, yaitu Ade Irma Suryani, Deni Yaneva, Edi Suranta Surbakti, Jenni Lilis Suriyani, Sherly Saragih, Surita Ginting, Togar Manalu, Zahera Dewi, Maulana Akbar yang telah membantu penulis dalam proses penulisan tesis ini hingga selesai.


(12)

13. Buat orang tua dan ibu mertua yang penulis sayangi, yang selalu perhatian dan mendoakan penulis dalam penyelesaian studi.

14. Teristimewa buat suamiku tersayang Ir. Gloria Ebenhaezer Ginting, M.Si yang selalu sabar memberikan dukungan dan motivasi serta material dalam menyelesaikan studi ini.

15. Anak-anakku terkasih Andrew Hagai Ginting, Frederick Ginting, Benedick Ginting yang memberi motivasi dan mendoakan ibundanya dalam menyelesaikan studi ini.

16. Teman-teman Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Alumni Perkantas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan dukungan motivasi, doa dan material dalam menyelesaikan studi ini.

Hanya Tuhan Yang Maha Pengasih yang dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, November 2011 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Hipotesis ... 7

1.5.Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Produktivitas ... 8

2.2. Lansia ... 18

2.3. Proses Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ... 21

2.4. Landasan Teori ... 23

2.5. Kerangka Konsep ... 25

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 29

3.6. Metode Pengukuran ... 30

3.7. Metode Analisis Data ... 34

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 35

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35


(14)

4.3. Analisis Univariat ... 39

4.4. Analisis Bivariat ... 46

4.5. Analisis Multivariat ... 50

BAB 5. PEMBAHASAN ... 52

5.1. Produktivitas Lansia 52 5.2. Pengaruh Masa Kerja TKBM Lansia dengan Produktivitas Kerja ... 52

5.3. Pengaruh Motivasi TKBM Lansia dengan Produktivitas Kerja ... 53

5.4. Pengaruh Status Gizi TKBM Lansia dengan Produktivitas Kerja ... 55

5.5. Pengaruh Status Kesehatan TKBM Lansia dengan Produktivitas Kerja ... 56

5.6. Pengaruh Lingkungan Kerja TKBM Lansia dengan Produktivitas Kerja ... 57

5.7. Pengaruh Sarana Kerja TKBM Lansia dengan Produktivitas Kerja ... 58

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1. Kesimpulan ... 59

6.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1.1. Penduduk Indonesia Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Tahun 2010 ... 4 3.1. Metode Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 33 3.2. Metode Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 33 4.1. Distribusi Identitas Responden TKBM Lansia di Sektor II PT. Pelindo I

Belawan Medan Tahun 2011 ... 38 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja pada TKBM

Lansia di Sektor II PT. Pelindo I Belawan MedanTahun 2011 ... 39 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Internal di Sektor II

PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011 ... 40 4.4. Distribusi jawaban Responden tentang Motivasi Kerja di Sektor II

PT. Pelindo I Belawan MedanTahun 2011 ... 41 4.5. Distribusi jawaban Responden tentang Status Kesehatan di Sekto II

PT. Pelindo I Belawan MedanTahun 2011 ... 42 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal di Sektor II

PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011 ... 44 4.7. Distribusi jawaban Responden tentang Lingkungan Kerja di Sektor

II PT. Pelindo I Belawan MedanTahun 2011 ... 44 4.8. Distribusi jawaban Responden tentang Sarana Kerja di Sektor II

PT. Pelindo I Belawan MedanTahun 2011 ... 45 4.9. Hubungan Faktor Internal dengan Produktivitas Kerja lansia di

Sektor II PT. Pelindo I Belawan MedanTahun 2011 ... 46 4.10. Hubungan Faktor Eksternal dengan Produktivitas Lansia di Sektor II


(16)

4.11. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Produktivitas Kerja


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1 Kerangka Konsep Penelitian ... 25


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman 1 Kuesioner Penelitian ... 63 2 Hasil pengolahan Data Penelitian ... 66


(19)

ABSTRAK

Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan April 2011 di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan bahwa ada 162 orang tenaga kerja bongkar muat yang lanjut usia (lansia). Secara teoritis penambahan usia seseorang akan membuat fisiknya mengalami kemunduran. Namun kenyataannya, tenaga kerja bongkar muat lansia di Pelabuhan Belawan bahkan mampu menyelesaikan pekerjaan 2,1 ton per jam.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor internal (masa kerja, motivasi, status gizi, status kesehatan) dan eksternal (sarana dan lingkungan kerja) terhadap produktivitas kerja di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bongkar muat lanjut usia yang terpilih sebagai responden melalui penarikan sampel yang berjumlah 62 orang. Data diperoleh dengan wawancara

menggunakan kuesioner. Dianalisis dengan regresi logistik berganda dengan α =

0,05.

Hasil penelitian menunjukkan variabel status gizi dan variabel sarana berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Variabel status gizi paling dominan berhubungan dengan produktivitas kerja dengan nilai koefisien B = 2,437.

Disarankan agar tenaga kerja bongkar muat lanjut usia tetap mempertahankan status gizi yang sudah baik, dan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai status gizi lansia. Sementara pihak manajemen PT. Pelindo Belawan Medan menyediakan sarana yang lebih baik dan Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) kepada Tenaga Kerja Bongkar Muat.


(20)

ABSTRACT

Based on the preliminary survey conducted in April 2011 at the Sector II of PT. Pelindo Belawan, there are 162 elderly who work as loading and loading workers. Theoretically, aging process will result in losing physical energy. But, in fact, the elderly who work as loading and loading workers at Belawan Harbour are still able to accomplish their job of 2.1 tons per hour.

The purpose of this analytical descriptive study was to analyze the influence of internal factors (length of service, motivation, nutritional status, and health status) and external factors (work facilities and infrastructures) on work productivity in Sector II, PT. Pelindo Belawan Medan in 2011. The population of this study were all of the elderly employed as loading and unloading workers and 62 of them were selected to be the respondents for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests with a = 0.05.

The result of this study showed that the variables of nutritional status and work facilities had influence on work productivity. Nutritional status was the variable which most dominantly related to work productivity with β = 2.437.

The elderly who work as loading and unloading workers are suggested to maintain their currently good nutritional status, and the management of PT. Pelindo Belawan Medan should keep providing better facilities and JAMSOSTEK (employees' social security) to its loading and unloading workers, and further study on the nutritional status of elderly is needed to conduct.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan hubungan yang erat terhadap bidang finansial, produksi dan perdagangan telah membawa dampak pengelolaan ekonomi Indonesia. Dampak ini lebih terasa lagi setelah arus globalisasi ekonomi semakin dikembangkan dengan prinsip liberalisasi perdagangan (trade liberalization) yang telah diupayakan secara bersama-sama oleh negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi regional. Dalam kerangka hubungan ekonomi dan perdagangan internasional tersebut maka Indonesia harus dapat menyesuaikan perkembangan ekonominya dengan tatanan ekonomi dunia dan kemantapan sistem perdagangan internasional yang semakin berkembang. Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan memengaruhi ekspor dan pembangunan Indonesia. Kemantapan sistem perdagangan internasional tidak terlepas dari fungsi pelabuhan. Pelabuhan dalam hal ini merupakan sarana yang riil dalam memperlancar arus perdagangan internasional apakah itu kegiatan ekspor maupun impor.

Salah satu pelabuhan bongkar muat yang penting di Indonesia adalah pelabuhan Belawan yang terletak di kota Medan, Sumatera Utara. Pelabuhan Belawan adalah sebuah pelabuhan dengan tingkat kelas utama yang bernaung di bawah PT Pelabuhan Indonesia I (Dephub RI, 2002).

Seiring dengan era globalisasi, Indonesia ditantang untuk memasuki perdagangan bebas sehingga memicu bertumbuhnya sejumlah industri. Pertumbuhan


(22)

industri di Indonesia termasuk Pulau Sumatera khususnya kota Medan dan sekitarnya meningkatkan pentingnya peranan pelabuhan Belawan sebagai pintu keluar masuknya berbagai jenis barang industri dan barang lainnya. Perkembangan ini juga meningkatkan jumlah Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).

Salah satu pilar utama bagi lancarnya pergerakan pelayanan pelabuhan khususnya di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia termasuk Belawan adalah peran TKBM.

Menurut undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materi maupun spritual berdasarkan UUD 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan (Depnaker RI, 2003).

Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan Penulis di pelabuhan laut Belawan sektor II didapat jumlah TKBM sebanyak 1.247 orang, dimana sebanyak 162 orang diantaranya berusia 60 tahun keatas (lanjut usia/lansia). Pekerjaan bongkar muat di pelabuhan Belawan hanya dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar dikantor pelabuhan Belawan. TKBM pelabuhan Belawan terhimpun dalam wadah berbentuk koperasi. Dalam setiap kegiatan bongkar muat barang, koperasi TKBM bekerja sama dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang terdaftar dalam pelabuhan Belawan. Kebanyakan aktivitas bongkar muat


(23)

menggunakan tenaga kerja manusia dan pekerjaan dilakukan dengan memindahkan barang berupa semen, pupuk, tepung dan lain-lain dari kapal ke dermaga kemudian dipindahkan ke gudang dengan truk setelah barang sampai di gudang pekerjaan dilanjutkan dengan mengangkat barang dari dalam gudang penyimpanan untuk dipindahkan keatas kendaraan. Pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan sistem borongan, bekerja sesuai kesepatakan dengan pihak pengguna jasa. Kesiapan sumber daya manusia operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan dalam 24 jam (Dephub RI, 2002).

Pelabuhan laut Belawan masih menggunakan TKBM lansia dengan beberapa alasan, diantaranya:

a. Perusahaan menilai bahwa produktivitas mereka masih menyamai TKBM usia produktif.

b. Pertimbangan kemanusiaan, karena penghidupan para lansia tersebut sangat bergantung pada jenis pekerjaan tersebut dimana karena faktor keterbatasan mereka tidak memiliki alternatif yang lain.

Badan Pusat Statistik (BPS, 2004) menyimpulkan bahwa abad 21 bagi bangsa Indonesia merupakan abad lansia, karena pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain. Di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,3 juta orang akan berusia di atas 60 tahun dengan umur median penduduk Indonesia adalah 23 tahun. Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara 2005-2010 jumlah penduduk usia lanjut sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari sekitar


(24)

jumlah penduduk. WHO pun telah memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 41,4%, yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia (Notoadmodjo, 2007).

Untuk bekerja produktif, harus ada keseimbangan antara beban kerja dan kemampuan atau kapasitas tenaga kerja. Produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Dengan kata lain produktivitas adalah suatu ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan (Atmossoeprapto, 2000).

Menurut BPS, (2010) dari data Survei Angkatan Kerja Nasional dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Penduduk Indonesia Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2010

Umur

Angkatan Kerja Bukan

Angkatan Kerja (orang)

Total (orang) Bekerja

(orang)

Pengangguran Terbuka

(orang)

1. < 60 Tahun

(15 tahun –59 tahun) 98.511.363 8.540.557 45.846.278 152.898.198

2. > 60 Tahun 8.894.209 51.933 9.173.076 18.119.218

Jumlah 107.405.572 8.592.490 55.019.354 171.017.416

Khusus untuk Sumatera Utara, penduduk yang masih bekerja usia 15 tahun sanpai 59 tahun sebanyak 5.996.912 orang, dan diatas 60 tahun sebanyak 405.979 orang.


(25)

Produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai ratio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia (man-hours) yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, tenaga kerja yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung atau tidak langsung, akan tetapi biasanya meliputi keduanya.

Menurut Ravianto (1991), produktivitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lainnya seperti: pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi manajemen dan kesempatan berprestasi.

Menurut Maryam (2008), pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormon, enzim dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian lansia akan lebih mudah terkena penyakit lebih lanjut, menyebabkan kehilangan hari kerja dan memengaruhi produktivitas kerja. Akibat lain adalah mengalami kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerak menjadi lamban dan kurang lincah. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal/ide baru. Akan tetapi pada pekerja lansia TKBM, masih tetap kuat dan mampu berproduktivitas.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-02/MEN/1995 pasal 2 ayat 1 bahwa usia pensiun normal ditetapkan 55 (lima puluh lima) tahun dan ayat 2


(26)

usia pensiun maksimal adalah 60 (enam puluh) tahun. Tetapi pada TKBM Pelabuhan Belawan pekerja yang sudah berusia diatas 60 tahun (lansia) masih dipekerjakan. Mereka dinilai masih memiliki produktivitas seperti TKBM usia produktif.

Ukuran produktivitas pekerja pada perusahaan tersebut tidak ditentukan oleh usia pekerja melainkan kemampuan seorang pekerja menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

TKBM lansia masih berproduktivitas diasumsikan berhubungan dengan faktor internal (masa kerja, motivasi status gizi, status kesehatan) dan eksternal (lingkungan kerja, sarana).

Dari uraian latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Tenaga Kerja Bongkar Muat Lansia terhadap Produktivitas Kerja di sektor II PT Pelindo I Belawan Medan”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah mengapa pekerja TKBM usia lanjut masih mampu berproduktivitas.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor internal (masa kerja, motivasi, status gizi, status kesehatan) dan eksternal (lingkungan kerja, sarana) TKBM lansia terhadap produktivitas kerja disektor II PT Pelindo I Belawan.


(27)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh faktor internal (masa kerja, motivasi, status gizi, status kesehatan) dan eksternal (lingkungan kerja, sarana) TKBM lansia terhadap produktivitas kerja disektor II PT Pelindo I Belawan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi manajemen PT. Pelindo I Belawan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan produktivitas Tenaga Kerja Bongkar Muat.

1.5.2. Bagi TKBM lansia sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan, pemahaman serta wawasan tentang produktivitas kerja di sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan.

1.5.3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh faktor internal dan eksternal Tenaga Kerja Bongkar Muat lansia terhadap produktivitas kerja.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

2.1.1 Pengertian Produktivitas

Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas tenaga kerja selalu dikaitkan dengan efektifitas efisiensi yang berkaitan dengan tenaga kerja diartikan sebagai ukuran keberhasilan tenaga kerja yang menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam dalam memajukan perusahaan karena dengan produktivitas yang tinggi maka perusahaan akan memperoleh hasil yang besar (Sutrisno, 2010).

Dalam suatu perusahaan produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif nilai atau ukuran yang dari ditampilkan oleh daya aktivitas, sebagai ukuran yaitu seberapa baik kita menggunakan sumber daya dalam mencapai hasil yang diinginkan (Ravianto, 1991).

Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategis dalam organisasi, harus diakui dan diterima manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuknya. Karena itu memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah


(29)

satu tuntutan dalam keseluruhan upaya peningkatan produktivitas kerja (Siagian, 2003).

Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam orang.

Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi, yaitu : (a) aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, (b) aspek efisiensi tenaga kerja dan (c) aspek kondisi lingkungan pekerjaan, ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif sederhana. Produktivitas harus menjadi bagian yang tak boleh dilupakan dalam penyusunan strategi, bisnis, yang mencakup bidang produksi, pemasaran, keuangan dan bidang lainnya (Sutrisno, 2010).

2.1.2 Pengukuran Produktivitas

Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para tenaga kerja yang ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.

Produktivitas Kuantitatif digunakan untuk menentukan tingkat seberapa besar elemen produksi (Input) telah digunakan. Persamaan sederhana ini disebut formula dasar bagi pengukuran produktivitas (Ravianto, 1991).

Produktivitas =

Masukan Keluaran


(30)

Jumlah Keluaran dapat berupa jumlah produksi yang dihasilkan oleh seseorang secara utuh, satuannya adalah unit barang. Sedangkan masukannya berupa jumlah jam per orang merupakan waktu produktif dari seorang tenaga kerja untuk menghasilkan keluaran tersebut. Waktu produktivitas adalah waktu kerja yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja sehari (Arsad, 1998).

Dengan mengetahui keluaran dan waktu produktif, maka produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :

Produktivitas = ) ( ) Pr ( Kerja Jam T oduksi Unit V

= …. Barang / orang/ hari

Untuk jenis produk yang berbeda-beda dimana tenaga diharuskan mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk (unit barang) yang dihasilkan selama jam kerja dengan jumlah target produk (unit barang) yang seharusnya diperoleh selama 1 jam kerja, seperti rumus berikut:

Produktivitas Tenaga Kerja =

) ( arg ) ( barang unit et t Jumlah barang unit hasil Jumlah x 100%

Secara umum peningkatan dapat dilihat dalam tiga bentuk :

1. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama 2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang kurang

3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif kecil.


(31)

Untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator, sebagai berikut :

1. Kemampuan

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas kemampuan seorang tenaga kerja sangat bergantung pada ketrampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.

2. Meningkatkan hasil yang dicapai.

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.

3. Semangat kerja

Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.

4. Pengembangan Diri

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi.


(32)

5. Mutu

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dan yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang tenaga kerja.

6. Efisiensi

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi tenaga kerja.

2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi Produktivitas

Setiap perusahaan selalu berkeinginan agar tenaga kerja yang dimiliki mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain, seperti tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi, dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan kerja, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen dan prestasi (Ravianto, 1991) Menurut Simanjuntak (1998) ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja pekerja yaitu :

1. Pelatihan

Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi pekerja dengan ketrampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja.

Peningkatan produktivitas bukan pada permutakhiran peralatan akan tetapi pada pengembangan pekerja yang paling utama. Dari hasil penelitian beliau


(33)

menyebutkan 75% peningkatan produktivitas justru dihasilkan oleh perbaikan pelatihan dan pengetahuan kerja, kesehatan dan alokasi tugas.

Menurut Baechle (2007), latihan beban dapat menjaga kekuatan dan ketahanan otot saraf dan densitas tulang (menghindarkan rapuh tulang). Penelitian terakhir menyatakan latihan beban memberi sumbangan besar terhadap kehidupan yang berkualitas, apapun usia maupun kelamin orang itu dan dapat meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi.

2. Mental dan kemampuan fisik pekerja.

Keadaan mental dan fisik pekerja merupakan hal yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja pekerja.

3. Hubungan antara atasan dan bawahan.

Hubungan atasan dan bawahan akan memengaruhikegiatan yang dilakukan sehari-hari. Sikap yang saling jalin menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas pekerja dalam bekerja.

Produktivitas tenaga kerja yang tinggi dapat dicapai apabila terdapat keseimbangan antara beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja. Beban kerja yang dimaksud adalah beban fisik, mental maupun sosial. Kapasitas kerja sangat tergantung kepada usia, ketrampilan, keserasian dan keadaan gizi. Lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja adalah lingkungan kerja yang mempunyai faktor kimia, faktor fisika, faktor biologis, dan faktor psikologis (Suma’mur, 2009).


(34)

Berdasarkan teori produktivitas bahwa produktivitas tenaga kerja lansia dipengaruhi oleh :

a. Masa Kerja

Masa kerja seseorang dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh seseorang selama bekerja maka pengetahuan seseorang juga bertambah pula, dengan pengetahuannya tersebut seseorang dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang dilakukannya (Depkes RI, 1996).

b. Motivasi Kerja

Menurut Sutrisno (2010), Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi untuk bekerja sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para tenaga kerja maka tujuan yang telah diterapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang tinggi dari para pekerja maka hal ini merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Timbulnya motivasi dikarenakan seseorang merasakan suatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan tersebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah tercapai maka akan merasa puas. Tingkah laku yang memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali sehingga menjadi kuat.

Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang dipengaruhi oleh faktor intern dan extern.


(35)

1. Faktor Intern

a. Keinginan untuk dapat hidup.

Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi. Untuk mempertahankan hidup orang mau melakukan apa saja.

b. Keinginan untuk dapat memiliki.

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan pekerjaan.

c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan.

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati orang lain.

d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan.

Keinginan untuk memperoleh pengakuan meliputi hal-hal adanya penghargaan terhadap prestasi, adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak dan pimpinan yang adil dan bijaksana.

2. Faktor Extern.

a. Kondisi lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan akan memotivasi tersendiri bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik.


(36)

b. Kompensasi yang memadai.

Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para pekerja bekerja dengan baik.

c. Adanya jaminan pekerjaan.

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada dirinya kalau yang bersangkutan merasa akan bekerja sampai tua cukup dalam satu perusahaan saja.

d. Peraturan yang fleksibel.

Bagi perusahaan besar biasanya sudah ditetapkan sistem dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja. Peraturan yang bersifat melindungi dapat memberikan motivasi para pekerja untuk bekerja lebih baik.

c. Status Gizi

Menurut Almatsier (2002) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi baik dan tidak baik. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan kemampuan kerja dan kesehatan pada tingkat setinggi mungkin. Sedangkan status gizi tidak baik adalah bila status gizi kurang atau status gizi lebih.

d. Status Kesehatan

Status Kesehatan adalah status kesehatan lansia saat ini dan riwayat penyakit masa lalu. Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan


(37)

produksi tenaga kerja selaku sumber daya manusia, kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan primer (Suma’mur, 2009).

e. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung meliputi faktor fisik, sosial, psikologi dan lingkungan. Untuk bekerja produktif pekerjaan harus dilakukan dengan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka terjadi gangguan pada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja (Suma’mur, 2009).

Menurut Sutrisno (2009), lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan akan memotivasi bagi pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Namun lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan produktivitas.

f. Sarana

Sarana adalah ketersediaan fasilitas kerja sesuai dengan kebutuhan. Sarana dapat membantu dalam produktivitas kerja (Ravianto, 1991).

Menurut Siagian (2003), salah satu faktor yang menunjang tercapainya produktivitas yang tinggi adalah tersedianya sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan.


(38)

2.2 Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Maryam, 2008).

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia. 1. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun 2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia Potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa.

5. Lansia tidak Potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.


(39)

2.2.2 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia tergantung pada karekter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000).

Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri, dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.


(40)

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius.

Dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian kuat), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan sosial.

2.2.3. Karakteristik Lansia

Menurut Maryam (2008) yang mengutip pendapat Budi Anna Keliat lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit dari kebutuhan psikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 2.2.4. Angkatan Kerja

Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang berusia kerjalah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja.


(41)

Menurut BPS (2010), usia kerja di Indonesia adalah 15 tahun keatas dan dibagi 2 kelompok yaitu :

1. Angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab, misalnya pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan.

2. Bukan angkatan kerja, adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya (Kegiatan yang tidak aktif secara ekonomis).

2.3 Proses Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan dibagi dalam tiga bagian terdiri dari steverdoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga kesebaliknya), corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan sebaliknya), receivieing/delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya). Kesiapan sumber daya operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan dalam 24 jam.

Dalam melakukan pekerjaan bongkar muat, para pekerja dikontrak untuk menyelesaikan pekerjaan dalam batasan waktu tertentu, sehingga pekerjaan harus dilakukan selama 24 jam sehari. Sebagian besar pekerjaan dilakukan di alam terbuka. Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang


(42)

mengandalkan fisik pekerja dan alat mekanik. Tenaga kerja mengangkat barang dari palka kapal ke jala-jala barang, kemudian jala-jala barang diangkut dengan kren ke truk. Setelah di truk tenaga kerja mengeluarkan barang dari jala-jala barang dan menyusunnya di truk. Pada setiap pelaksanaan bongkar muat barang dengan kapasitas kira-kira 3000 ton. Pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dikerjakan dengan satu tim yang terdiri dari 12 orang. Proses angkat dan angkut barang 1 jam sebanyak 25 ton untuk satu tim yang berarti bahwa setiap pekerja menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2,1 ton perjam. TKBM membutuhkan waktu kira-kira 4 hari untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal tersebut disesuaikan dengan kesepakatan antara pihak koperasi dengan perusahaan bongkar muat sebagai pengguna jasa. Intensitas kapal yang berlabuh untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang dalam satu hari kira-kira 4 kapal. Maka dapat dipastikan pekerjaan bongkar muat dilakukan setiap hari.

Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar Muat. Ketentuan tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan bongkar muat, antara lain :

1. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1954. 2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1969.

3. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.


(43)

4. INPRES No. 4 tahun 1985 tentang kebijakan pelaksanaan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 88/AL 305/Phb.85 dan KM No.13, 1989 5. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 (Gunawan, 2010).

2.4 Landasan Teori

Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas sangat peka terhadap daya saing, tingkat inflasi, dan standard kehidupan masyarakat, ada kecenderungan produktivitas akan menjadi pusat perhatian oleh banyak kalangan.

Menurut Sutrisno (2010), mengutip pendapat Singodimejo bahawa ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi yaitu : (a) aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, (b) aspek efisiensi tenaga kerja dan (c) aspek kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif sederhana.

Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, maka produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Faktor manusia telah menjadi fokus penghargaan dunia sejak abad ke-18 yang populer dengan penerapan ilmu perilaku manusia. Oleh karena itu


(44)

produktivitas tidak dilihat sebagai konsep produksi dan ekonomi saja, yang melupakan kepentingan tenaga kerja dan lingkungan (Ravianto, 1991).

Menurut Apander dalam Ilyas (1999) produktivitas dipengaruhi oleh : 1. Faktor Lingkungan : ekonomi, sosial budaya, legalitas dan politik

2. Faktor Tenaga Kerja : Motivasi, tujuan, kemampuan moral, persetujuan organisasi

3. Faktor Organisasi : Stuktur organisasi, teknologi dan iklim kerja

4. Aktivitas Manajerial : Komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, motivasi yang diberikan, penyusun tujuan, penentuan dan penggunaan sumber daya.

Menurut Sutrisno (2010) yang memengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi dua golongan yaitu :

1. Faktor yang ada pada diri sendiri : yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, kelelahan dan motivasi.

2. Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga.

Menurut Simanjuntak (2009) yang mengutip pendapat Sagir faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :

a. Latar belakang pendidikan dan latihan


(45)

c. Value system, nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat atau juga dalam lingkungan hidup tenaga kerja (modern atau tradisional, statis atau dinamis, kuat tidaknya ikatan kekeluargaan, mobilitas tenaga kerja, motivasi dan lain-lain. d. Lingkungan pekerjaan atau iklim kerja

e. Kesehatan, nilai gizi, makanan, sanitasi, tersedianya air bersih.

2.5 Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka peneliti menggambarkan kerangka konsep seperti berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Internal :

• Masa kerja

• Motivasi

• Status Gizi

• Status Kesehatan

Produktivitas Lansia

Faktor Eksternal :

• Lingkungan Kerja


(46)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan menggunakan Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan sesaat dalam menguji variabel independen terhadap variabel dependen pada waktu yang bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan. Lokasi aktivitas pekerja adalah palka kapal, geladak kapal, dan dermaga.

3.2.2 Waktu

Penelitian direncanakan berlangsung dari bulan April sampai September 2011, dengan kegiatan melakukan penelusuran pustaka, survei data awal, mempersiapkan proposal penelitian, pelaksanaan seminar proposal, pelaksanaan penelitian, pengolahan data, penyusunan hasil penelitian serta seminar hasil.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Tenaga Kerja Lansia di sektor 2 Ujung Baru Pelabuhan Belawan berjumlah 162 orang.


(47)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah TKBM yang terpilih sebagai responden melalui pengambilan data sampel secara simple random sampling. Penggunaan besar sampel menggunakan rumus (Murti, 2006).

n = pq Z N d pq z N 2 1 . ) 1 ( 2 1 . . 2 2 2 α α − + − − = 5 , 0 . 5 , 0 . ) 8166 , 3 ( ) 161 ( ) 1 , 0 ( 5 , 0 . 5 , 0 ). 8166 , 3 ( 162 2 + = 61,58 = 62 orang Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel yang akan diteliti

2 1 .

2 −α

z = tingkat kemaknaan (z = 1,96 α = 0,05)

p = proporsi (0,05) q = 1-p (1-0,5 = 0,5) d = presesi absolut

Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 62 orang.


(48)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi langsung.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Unit Usaha Jasa Bongkar Muat (UUJBM) pelabuhan Belawan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan. Agar layak digunakan sebagai alat pengumpulan data primer, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang memiliki variabel terikat dan variabel bebas pada suatu penelitian. Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasi > 0,3 dan dikatakan reliabel apabila nilai Cronboach alpha > 0,6 (Riwidikdo, 2008).

Kelayakan menggunakan isntrumen yang akan dipakai dalam penelitian, maka uji coba kuesioner dilakukan kepada 30 responden di sektor I PT. Pelindo I Belawan Medan.

Setelah dilakukan uji coba kuesioner kepada 30 orang responden di sektor I PT. Pelindo I Belawan Medan, diketahui butir-butir pertanyaan pada variabel masa kerja, motivasi, status gizi, status kesehatan, lingkungan kerja dan sarana valid dan reliabel untuk digunakan pada penelitian ini (data terlampir).


(49)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Independen (Variabel Bebas) 1. Masa Kerja

Masa kerja adalah masa kerja reponden yang dimulai sejak diangkat menjadi tenaga kerja sampai dengan saat penelitian. Lamanya seseorang bekerja dapat diklasifikasikan dalam :

a. <30 tahun, yaitu tenaga kerja yang bekerja 0 – 30 tahun. b. > 30 tahun, yaitu tenaga kerja yang bekerja > 30 tahun. 2. Status Gizi

Status Gizi adalah gambaran kesehatan seseorang pada waktu tertentu yang dimulai dengan menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu :

IMT =

) (

) (

2

M TB

kg BB

Kriteria status gizi menurut (Depkes, 2002) a. Kurus, jika IMT < 18,5

b. Normal / Sehat, jika IMT 18,5 – 25 c. Kegemukan, jika IMT > 25

3. Status Kesehatan

Status Kesehatan adalah status kesehatan saat ini dan riwayat kesehatan masa lalu. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima.


(50)

Tenaga kerja yang sakit dan tidak bekerja menyebabkan yang bersangkutan tidak produktif selama ia sakit dan tidak bekerja.

4. Lingkungan Kerja

Kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung meliputi faktor fisik, sosisal, psikologi dan lingkungan.

5. Sarana

Sarana adalah ketersediaan fasilitas kerja sesuai dengan kebutuhan 3.5.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel Dependen adalah produktivitas lansia.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

Aspek Pengukuran variabel bebas adalah masa kerja, motivasi, status gizi, status kesehatan, lingkungan kerja dan sarana dari TKBM lansia.

3.6.1.1. Masa Kerja

Untuk mengetahui lamanya responden bekerja dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pertanyaan diajukan satu butir berdasarkan skala ordinal. Variabel masa kerja dikategorikan menjadi 2 ( dua), yaitu :

1. < 30 tahun, jika responden sudah bekerja < 30 tahun 2. > 30 tahun, jika responden sudah bekerja > 30 tahun.


(51)

3.6.1.2. Motivasi

Pengukuran motivasi responden dengan menanyakan pada responden motivasinya bekerja. Pertanyaan diajukan 10 butir dengan pilihan ya dan tidak. Nilai tertinggi yang dapat diperoleh adalah 10 (10 x 2) dan nilai terendah 1 (10 x 1).

Data movitasi merupakan berskala ordinal yang dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Tinggi, jika skor yang diperoleh 16 – 20 2. Rendah, jika skor yang diperoleh 10 – 15 3.6.1.3. Status Gizi

Untuk mengetahui status gizi responden diukur dengan menggunakan IMT yaitu BB/TB2

1. Baik, jika skor IMT 18,5 – 25

. Merupakan data skala ordinal yang dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

2. Tidak Baik, jika skor IMT < 18,5 dan > 25 3.6.1.4 Status Kesehatan

Untuk mengetahui status kesehatan responden saat ini dan riwayat penyakit masa lalu diukur melalui empat pertanyaan berbentuk kuesioner dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Data ini merupakan data ordinal yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Baik, jika skor yang diperoleh responden 7 - 8 2. Tidak Baik, jika skor yang diperoleh responden 4- 6


(52)

3.6.1.5 Lingkungan Kerja

Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja diukur melalui enam pertanyaan berbentuk kuesioner dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 6 (6 x 2) dan nilai terendah 1 (6 x 1).

Data merupakan data ordinal yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Baik, jika skor yang diperoleh responden 10 - 12

2. Tidak Baik, jika skor yang diperoleh responden 6 – 9 3.6.1.6 Sarana

Sarana adalah sarana peralatan yang digunakan diukur melalui empat pertanyaan berbentuk kuesioner dengan pilihan jawaban ya dan tidak.

Nilai yang tertinggi yang diperoleh responden adalah 4 (4 x 2) dan nilai terendah 1 (4x1). Data ini merupakan data ordinal yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Baik, jika skor yang diperoleh responden 5 – 8 2. Tidak Baik, jika skor yang diperoleh responden 0 – 4


(53)

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Bebas (Independen) No Variabel Jumlah

Pertanyaan

Kategori Nilai

Variabel

Alat Ukur

Skala Ukur

1 Masa kerja 1 1. < 30 tahun

2. > 30 tahun

0 – 30 > 30

Wawancara / Kuesioner

Ordinal

2 Motivasi 10 1. Tinggi

2. Rendah

16 – 20 10 – 15

Wawancara / Kuesioner

Ordinal

3 Status Gizi 1 1. Baik

2. Tidak Baik

IMT 18,5 – 25

IMT ≤ 18,5

dan > 25

Pengukuran Langsung IMT

Ordinal

4 Status

Kesehatan

4 1.Baik

2.Tidak baik

7 – 8 4 – 6

Wawancara / Kuesioner

Ordinal

5 Lingkungan

Kerja

6 1.Baik

2.Tidak baik

10 – 12 6 – 9

Wawancara / Kuesioner

Ordinal

6 Sarana 4 1.Baik

2.Tidak baik

5 – 8 0 – 4

Wawancara / Kuesioner

Ordinal

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Aspek pengukuran variabel terikat adalah produktivitas kerja yang mengangkat barang 2,1 ton perjam (ditetapkan oleh Perusahaan). Pertanyaan diajukan 1 (satu) butir yang merupakan skala ordinal. Variabel produktivitas dikategorikan 2 (dua) yaitu:

1. Tinggi, jika mampu mengangkat > 2,1 ton/jam. 2. Rendah, jika mampu mengangkat < 2,1 ton/jam.

Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) Variabel Jumlah

Pertanyaan

Kategori Nilai Variabel Alat Ukur

Skala Ukur

Produktivitas 1 1. Tinggi

2. Rendah

> 2,1 ton/jam < 2,1 ton/jam

Wawancara /kuesioner


(54)

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisa Univariat

Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen yaitu masa kerja, motivasi kerja, status gizi, status kesehatan, lingkungan kerja, sarana dan produktivitas kerja.

3.7.2. Analisis Bivariat

Merupakan analisis untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan Chi Square pada derajat kepercayaan 95%. Bila p ≤ 0.05, berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) dan nilai p > 0.05, berarti tidak bermakna.

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang paling besar hubungannya dengan variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda, sebagai syarat analisis multivariat adalah variabel yang pada uji bivariat mempunyai nilai signifikan p < 0,25 (Riduan, 2009).


(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pelabuhan laut belawan secara geografis terletak pada 030 43′ 00′ Lintang Utara dan 980

Bagian perairan terdiri dari kolam pelabuhan yang pada saat pasang naik kedalamannya mencapai 12 meter pada saat pasang surut kedalamannya mencapai 10 meter. Pelabuhan ini dapat disandari kapal-kapal dengan ukuran panjang 127 meter dan bobot mati sekitar 20.000 ton.

42' 00' Bujur Timur dengan luas 8,8884,4 Ha perairan dan 550 Ha daratan. Bagian daratan pelabuhan terdiri dari bangunan perkantoran, gudang, open storage, bangunan milik EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), jalan raya, tempat parkir kendaraan umum, bangunan milik perusahaan pelayaran dan daerah perumahan penduduk.

Fasilitas-fasilitas di pelabuhan Laut Belawan. Adapu fasilitas-fasilitas yang ada di Pelabuhan antara lain :

1. Fasilitas Dermaga

Fasilitas dermaga berguna untuk menunjang bersandarnya kapal dalam kegiatan bongkar muat.

2. Barang ataupun penumpang, antara lain :

a. Pelabuhan Lama (Sektor 1) dengan panjang 601, 20 meter lebar 9 meter, kedalaman mencapai 8 meter dengan konstruksi dari beton.


(56)

b. Pelabuhan Ujung Baru (Sektor II) dengan panjang 2,182 meter lebar 15 meter, kedalaman 8 meter dengan konstruksi beton.

c. Pelabuhan baru gabion dengan panjang 850 meter, lebar 20 meter, kedalaman 12 meter dengan konstruksi beton.

Gambaran umum tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan.

Perusahaan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Industri Bongkar Muat Industri (APBMI) Sumatera Utara. Koperasi Upaya Karya Belawan yang dipercayakan Menteri Koperasi sebagai Unit Kerja Buruh (TKBM). Setiap buruh TKBM Belawan menjalankan tugasnya sebagai bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan . Upah yang diterima buruh TKBM Belawan rata-rata dibawah Upah Minimum Provinsi (UMPI) maupun Upah Minimum Kota (UMKI) sekitar Rp. 1.197.000,- / bulan.

Proses bongkar muat dalam 1 kapal dilakukan oleh 2 regu, 1 regu diatas kapal (deck), 1 regu lagi di dermaga dan masing-masing regu terdiri dari 12 orang. Dalam sehari kapal yang bersandar di dermaga 4-5 kapal. Proses bongkar muat berlangsung ketika membawa barang dari palka (ruang-ruang dalam kapal) dan membawa barang dari kapal ke dermaga (steverdoring). Tenaga kerja membawa barang dari palka kapal maupun sebaliknya secara manual ke geladah kapal.

Menyusun barang kedalam jala-jala barang, kemudian dengan menggunakan Container crane diangkut dan disusun oleh tenaga kerja ke dalam truk. Jenis barang yang diangkat pupuk dalam karung, inti sawit dalam karung, dan lain-lain. Proses


(57)

menyangkut pupuk curah, pupuk yang belum dikemas kedalam kantong menggunakan grek (sendok) dan kapal ke dalam truk dan sebaliknya.

Jam Kerja TKBM:

1. Dan hari senin s/d kamis dan sabtu s/d minggu pekerjaan bongkar muat barang dimulai dari pukul 09.00 - 12.00 WIB (3 jam),

2. Istirahat pukul 12.00-13.00 WIB (1 jam) kemudian dilanjutkan lagi pukul 13.00-18.00 WIB (5jam)

3. Pada hari Jumat pekerjaan bongkar muat barang dimulai dari pukul 09.00 - 12.00 WIB (3 jam), istirahat 12.00 - 14.00 WIB (2 jam) kemudian dilanjutkan lagi pukul 14.00 - 18.00 WIB (4 jam).

4. Pekerjaan juga dilanjutkan kembali pada malam hari mulai pukul 19.00 - 21.00 WIB (2 jam) apabila target penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati antara pengguna jasa (Perusahaan Bongkar Muat) dengan pihak koperasi belum dapat terpenuhi sesuai kesepakatan awal.

4.2. Identitas Responden

Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah Tenaga Kerja Bongkar Muat Lansia yang terpilih sebagai responden melalui random sampling. Identitas responden meliputi umur dan tingkat pendidikan. Sedangkan jenis kelamin tidak disebutkan karena seluruh tenaga kerja adalah laki-laki. Pengelompokan responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa umur responden berkisar antara 60 hingga 65 tahun. Kelompok umur responden dengan jumlah tertinggi (setelah


(58)

dikelompokkan menjadi 3 kategori), yaitu umur 60-65 tahun sebanyak 40 (64,5%), peringkat ke dua kelompok umur 66-70 tahu sebanyak 16 orang (25,8%) kemudian kelompok umur yang terkecil 71-80 tahun sebanyak 6 orang (7,7%). Pengelompokan Responden berdasarkan tingkat pendidikan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar SD sebanyak 37 orang (49,7%), tidak tamat SD sebanyak 15 orang (24,2%), tamatan SLTP sebanyak 9 orang (14,5%) dan tamatan SLTA sebanyak 1 orang (1,6%), sedangkan tamatan D3 / S1 tidak ada.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dan tingkat pendidikan secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Identitas Responden TKBM Lansia di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan

No Identitas Jumlah

Orang %

1 Umur

a. 60 - 65 tahun b. 66 - 70 tahun c. 71 - 80 tahun

40 16 6 64,5 25,8 9,7

Jumlah 62 100,0

2 Pendidikan

a. Tidak tamat SD b. SD c. SLTP d. SLTA e. D3/S1 15 37 9 1 - 24,2 59,7 14,5 1,6 -

Jumlah 62 100,0

4.3. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu faktor internal meliputi masa kerja, motivasi, status gizi dan status


(59)

kesehatan serta variabel dependen yaitu faktor eksternal meliputi sarana dan lingkungan kerja.

4.3.1 . Produktivitas Lansia

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa 62 responden lansia yang diteliti, mayoritas lansia mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi yaitu sebanyak 45 orang (72,4%) dan sebanyak 17 orang tingkat produktivitas masih rendah (27,4%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja pada TKBM Lansia di Sektor II PT Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011

Produktivitas Lansia n %

Rendah 17 27,4

Tinggi 45 72,6

Jumlah 62 100,0

4.3.2. Faktor Internal

Faktor internal lansia meliputi masa kerja, motivasi, status gizi, dan status kesehatan. Dari hasil penelitian diperoleh hasil, masa kerja responden mayoritas adalah > 30 tahun sebanyak 54 orang ( 87,1%) dan < 30 tahun sebanyak 18 orang (12,9%). Motivasi kerja responden mayoritas sudah tinggi sebanyak 56 orang (90,3%) dan minoritas masih rendah yaitu 6 orang (9,7%) Status gizi responden mayoritas baik sebanyak 52 orang (83,9%) dan minoritas tidak baik sebanyak 10 orang (16,1%). Status kesehatan responden mayoritas baik sebanyak 54 orang


(60)

(87,1%) dan minoritas tidak baik sebanyak 8 orang (12,9%). Pengelompokan responden lansia berdasarkan faktor internal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Internal di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011.

Faktor Internal n %

Masa Kerja < 30 tahun > 30 tahun

8 54

12,9 87,1

Jumlah 62 100,0

Motivasi Kerja Tinggi Rendah 56 6 90,3 9,7

Jumlah 62 100,0

Status Gizi Baik Tidak baik 52 10 83,9 16,1

Jumlah 62 100,0

Status Kesehatan Baik Tidak baik 54 8 87,1 12,9

Jumlah 62 100,0

Berikut ini akan dijelaskan uraian tentang masing-masing sub variabel: 1. Motivasi kerja

Bekerja pada perusahaan membuat saya berguna di dalam kehidupan bermasyarakat dinyatakan ya oleh 60 orang (96%), selain itu hampir setiap pekerjaan dapat saya laksanakan dengan baik dinyatakan ya oleh 60 orang (96%). Secara rinci masing-masing pertanyaan motivasi kerja dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut :


(61)

Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden tentang Motivasi Kerja di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Tahun 2011

No Motivasi Kerja n %

1 Bekerja pada perusahaan membuat saya berguna di dalam kehidupan bermasyarakat. a. Ya b. Tidak 60 2 96,8 3,2

Jumlah 62 100,0

2 Pimpinan selalu memberi perhatian kepada tenaga kerja a. Ya b. Tidak 39 23 62,9 37,1

Jumlah 62 100,0

3 Sarana pendukung dan peralatan bekerja sangat memadai a. Ya b. Tidak 53 9 85,5 14,5

Jumlah 62 100,0

4 Situasi lingkungan kerja baik dan menyenangkan a. Ya b. Tidak 49 13 82,3 17,7

Jumlah 62 100,0

5 Hampir setiap pekerjaan dapat saya laksanakan dengan baik a. Ya b. Tidak 60 2 96,8 3,2

Jumlah 62 100,0

6 Hubungan kerja dengan sesama berjalan dengan baik a. Ya b. Tidak 61 1 98,4 1,6

Jumlah 62 100,0

7 Keamanan dalam menjalankan pekerjaan sangat terjamin a. Ya b. Tidak 40 22 64,5 35,5

Jumlah 62 100,0

8 Saya dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan pekerjaan a. Ya b. Tidak 52 10 83,9 16,1


(62)

Tabel 4.1. (Lanjutan)

9 Saya tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan pekerjaan a. Ya

b. Tidak

20 42

32,3 67,7

Jumlah 62 100,0

10 Keluarga saya sangat mendukung pekerjaan yang saya lakukan

a. Ya b. Tidak

33 29

53,2 46,8

Jumlah 62 100,0

2. Status Kesehatan

Apakah pernah mengalami sakit yang mengharuskan istirahat penuh atau opname dalam kurun waktu satu tahun terakhir dinyatakan dengan jawaban tidak sebanyak 58 orang (93,5%). Selain itu apakah pernah mengalami kecelakaan kerja dan harus dirawat di rumah sakit dalam satu tahun terakhir dinyatakan dengan jawaban tidak sebanyak 57 orang (91,9%). Secara rinci masing-masing pertanyaan status kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden tentang Status Kesehatan di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Tahun 2011

No Motivasi Kerja n %

1 Apakah pernah mengalami keluhan sakit dalam kurun waktu satu tahun terakhir?

a. Ya b. Tidak

22 40

35,5 64,5


(63)

Tabel 4.5. (Lanjutan)

2 Apakah pernah mengalami sakit yang mengharuskan istirahat penuh atau opname dalam kurun waktu satu tahun terakhir ? a. Ya b. Tidak 4 58 6,5 93,5

Jumlah 62 100,0

3 Apakah penyakit yang anda derita merupakan sakit menahun? a. Ya b. Tidak 7 55 11,3 88,7

Jumlah 62 100,0

4 Apakah pernah mengalami kecelakaan kerja dan harus dirawat di Rumah Sakit dalam satu tahun terakhir ?

a. Ya b. Tidak 5 57 8,1 91,9

Jumlah 62 100,0

4.3.3. Faktor Eksternal

Karakteristik faktor eksternal TKBM Lansia meliputi lingkungan kerja dan sarana. Dari hasil penelitian diperoleh hasil, mayoritas reponden menyatakan lingkungan kerjanya baik yaitu 54 orang (87,1%) dan minoritas responden menyatakan lingkungan kerja tidak baik sebanyak 8 orang (12,9% ). Menurut responden sarana di pelabuhan mayoritas baik sebanyak 54 orang (87,1%) dan minoritas sebanyak 8 orang (12,9%). Pengelompokan responden berdasarkan faktor eksternal dapat dilihat pada tabel dibawah ini


(64)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011.

Faktor Eksternal n %

Lingkungan Kerja Baik Tidak baik 54 8 87,1 12,9

Jumlah 62 100,0

Sarana Baik Tidak baik 54 8 87,1 12,9

Jumlah 62 100,0

Berikut ini akan dijelaskan uraian tentang masing-masing hubungan sub variabel faktor internal dan eksternal.

1. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang terasa nyaman sangat mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan dinyatakan ya oleh 47 orang (75,8%), selain itu rekan kerja yang ada dapat bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan pekerjaan dinyatakan ya oleh 60 orang (96,8%). Secara rinci masing-masing variabel lingkungan kerja dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden tentang lingkungan kerja di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Tahun 2011.

No Lingkungan Kerja n %

1 Lngkungan kerja terasa nyaman dan sangat mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan

a. Ya b. Tidak 47 15 75,8 24,2

Jumlah 62 100,0

2 Kebersihan merupakan faktor utama di lingkungan pekerjaan a. Ya b. Tidak 58 4 93.5 6.5


(65)

Tabel 4.7. (Lanjutan) 3 Keadaan penerangan di tempat kerja telah

sesuai a. Ya b. Tidak 31 31 50 50

Jumlah 62 100,0

4 Rekan kerja yang ada dapat bekerjasama denga baik dalam melaksanakan pekerjaan

a. Ya b. Tidak 60 2 96,8 3,2

Jumlah 62 100,0

5 Lingkungan sosial yang terpelihara diperlukan dalam membina hubungan kerja yang baik a. Ya b. Tidak 59 3 95.2 4.8

Jumlah 62 100,0

6 Iklim tempat bekerja terasa nyaman sehingga membantu dalam pelaksanaan pekerjaan

a. Ya b. Tidak 38 24 61.3 38.7

Jumlah 62 100,0

2. Sarana Kerja

Peralatan kerja yang ada sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam kondisi baik dinyatakan ya sebanyak 57 orang (91,9%) selain itu jumlah peralatan yang sesuai dengan kebutuhan dinyatakan tidak sebanyak 22 orang (35,5%) secara rinci, masing-masing variabel sarana kerja dapat dilihat pada tabel 4.8.


(66)

Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden tentang Sarana Kerja di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011.

No Sarana Kerja n %

1 Dalam penggunaan peralatan kerja keamanan telah diperhatikan a. Ya b. Tidak 56 6 90.3 9.7

Jumlah 62 100,0

2 Peraatan kerja yang ada sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam kondisi baik

a. Ya b. Tidak 57 5 91.9 8.1

Jumlah 62 100,0

3 Jumlah peralatan yang ada sesuai dengan kebutuhan a. Ya b. Tidak 40 22 64.5 35.5

Jumlah 62 100,0

4 Kegunaan peralatan telah dikuasai oleh semua penggunanya a. Ya b. Tidak 53 9 85.5 14.5

Jumlah 62 100,0

4.4 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal TKBM lansia dengan produktivitas kerja di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan.

4.4.1. Hubungan Faktor Internal dengan Produktivitas Lansia

Untuk melihat bagaimana hubungan antara faktor internal TKBM lansia dengan produktivitas kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(67)

Tabel 4.9 Hubungan Faktor Internal dengan Produktivitas Kerja Lansia di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011.

Faktor Internal

Produktivitas kerja TKBM lansia

P Rendah Tinggi Total

n % n % N %

Masa Kerja 0-30 tahun > 30 tahun

2 15 3,2 24,2 6 39 9,7 62,9 8 54 12,9 87,1 1,000

Jumlah 17 27,4 45 72,6 62 100,0

Motivasi kerja Rendah Tinggi 1 16 1,6 25,8 5 40 8,1 64,5 6 56 9,7 90,3 1,000

Jumlah 17 27,4 45 72,6 62 100

Status Gizi Tidak baik Baik 8 9 12,9 14,5 2 43 3,2 69,4 10 52 16,1 83,9 0,000

Jumlah 17 27,4 45 72,6 62 100

Status Kesehatan Tidak Baik Baik 5 12 8,1 19,4 3 42 4,8 67,8 8 54 12,9 87,1 0,030

Jumlah 17 27,4 45 72,6 62 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 8 responden yang mempunyai masa kerja < 30 tahun ada 2 orang (3,2%) yang produktivitasnya rendah dan 6 orang (9,6%) yang produktivitasnya tinggi. Selanjutnya dari 54 responden yang mempunyai masa kerja > 30 tahun ada 15 orang (24,2%) yang produktivitasnya rendah dan 39 orang (62,9%) yang produktivitasnya tinggi.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui p value = 1,000 > α = 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada hubungan


(68)

antara masa kerja dengan produktivitas kerja TKBM lansia di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan.

Dari tabel 4.9 diatas diketahui bahwa dari 6 responden yang motivasinya rendah ada 1 orang (1,6%) yang produktivitasnya rendah, dan 5 orang (8,1%) yang produktivitasnya tinggi. Dari 56 responden yang motivasinya tinggi ada 16 orang (25,8%) yang produktivitasnya rendah, dan 40 orang (64,4%) yang produktivitasnya tinggi.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui bahwa p value = 1, 000 > α = 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja TKBM lansia di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 responden yang status gizinya tidak baik, ada 8 orang (12,9%) yang produktivitasnya rendah dan 2 orang (3,2%) yang produktivitasnya tinggi. Dari 52 responden yang status gizinya baik, ada 9 orang (14,5%) yang produktivitasnya rendah dan 43 orang (67,8%) yang produktivitasnya tinggi.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui p value = 0,00 < α = 0,05 berarti H0 diterima, artinya ada hubungan antara

status gizi dengan produktivitas kerja TKBM lansia di sektor II PT. Pelindo Belawan Medan. Dari tabel 4.9 diketahui bahwa dari 8 responden yang status kesehatannya tidak baik ada 5 orang (8,1%) yang produktivitasnya rendah, dan 3 orang (4,8%) yang produktivitasnya tinggi. Dari 54 responden yang status kesehatannya baik ada 12


(69)

orang (19,4%) yang produktivitasnya rendah dan 42 orang (67,7%) yang produktivitasnya tinggi.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value diketahui p value 0,030 < α = 0,05, berarti H0

4.4.2. Hubungan Faktor Eksternal TKBM Lansia dengan Produktivitas Kerja ditolak artinya ada hubungan antara status kesehatan dengan produktivitas kerja TKBM lansia di Sektor II PT. Pelindo Belawan Medan.

Untuk melihat bagaimana hubungan faktor eksternal TKBM lansia dengan produktivitas kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10. Hubungan faktor Eksternal dengan Produktivitas Lansia di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011.

Faktor Eksternal

Produktivitas TKBM lansia

P Rendah Tinggi Total

n % n % n %

Lingkungan kerja Tidak baik Baik 2 15 3,2 24,2 6 39 9,7 62,9 8 54 12,9 87,1 1,000

Jumlah 17 27,4 45 72,6 62 100,0

Sarana kerja Tidak baik Baik 7 10 11,3 16,1 1 44 1,6 71,0 8 54 12,9 87,1 0,000

Jumlah 17 27,4 45 72,6 62 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 8 responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik terdiri dari 2 orang (3,2%) yang berproduktivitas rendah dan 6 orang (9,7%) yang produktivitasnya tinggi. Dari 54 responden yang


(1)

5.8. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari adanya keterbatasan, baik itu keterbatasan dana, waktu dan keterbatasan peneliti itu sendiri. Sesungguhnya banyak faktor yang dapat diteliti pada penelitian ini, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan penelitian ini mengalami keterbatasan yaitu faktor :

1. Tenaga kerja bongkar muat lansia tidak dapat ditemui setiap saat 2. Tenaga kerja bongkar muat lansia bekerja dengan sistem tim 3. Tenaga kerja bongkar muat lansia bekerja dengan sistem borongan


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal Tenaga Kerja Bongkar Muat lansia terhadap produktivitas kerja di sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor internal (masa kerja, motivasi, status kesehatan) tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja di sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan.

2. Faktor eksternal (lingkungan kerja) tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja di sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan.

3. Faktor internal (status gizi) berpengaruh terhadap produktivitas kerja di sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan.

4. Faktor eksternal (sarana kerja) berpengaruh terhadap produktivitas kerja di sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan.

6.2. Saran

1. Bagi TKBM lansia, hendaknya tetap mempertahankan status gizi yang sudah baik agar kondisi fisik tetap mampu berproduktivitas.

2. Bagi pihak manajemen PT. Pelindo Belawan agar memberikan Jaminan Sosial Tenaga Kerja kepada tenaga kerja berupa jaminan pemeliharaan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja serta menyediakan sarana kerja yang lebih baik.


(3)

3. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai status gizi tenaga kerja bongkar muat lansia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., (2004), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arsad, I, (1998), Program Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Melalui Kesejahteraan Terpadu, Hiperkes, Jakarta.

Ayudia, (2008), Internet : Mengukur Status Nutrisi Dewasa. Diakses 15 Maret 2011. www.rajawana.com/.../390-mengukur-status-nutrisi-dewasa.html.

Baechle, T.R., 2007, Bugar dengan Latihan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Barasi, M.E., 2007, Ilmu Gizi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Maryam, R.S, Eka Sari, M.F., Rosidawati,Jubaedi, A., Batubara, I, 2008, Mengenal Usia lanjut dan perawatannya, penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Murti B, 2006, Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Gajahmada M Press, Jogyakarta.

BPS, 2010, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta.

Dephub RI, 2002, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2011, Tentang Kepelabuhan, Jakarta.

Depkes RI, 1996, Undang-undang Kesehatan Tahun 1996, Jakarta.

Depnaker RI, 2003, Undang-undang N0.13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta.

Gunawan R., 2010, Analisis Determinan Volume Bongkar Muat Barang di Pelabu han Belawan. Diakses 15 Maret 2011. http://belawaninaport/.co.id. Hasibuan M, 1999, Organisasi dan Motivasi, Cetakan Kedua, Jakarta.

Ilyas, Y., 1999, Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian, Cetakan Pertama Badan Penerbit FKM UI, Depok.

Kementerian Kesehatan RI Ditjen PP & PL, 2009, Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan.


(5)

Mathis, Robert, L., Jackson, John, H., 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 10, Jakarta.

Muwarni, A., 2010, Gerontik, Penerbit Fitra Maya, Jogyakarta. Nugroho, W.2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke dua, Jakarta.

Ravianto, T.,1991, Produktivitas dan Mutu Kehidupan, LSIUP, Jakarta.

Riduan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-Variabel penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Riduan, 2009, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Cetakan kelima, Alphabeta, Bandung.

Riwidikdo, H, 2008, Statistik Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta.

Robins S.P. dan Timothy A.J., 2008, Perilaku Organisasi, Penerbit Salemba 4, Jakarta.

Siagian, S., 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Simanjuntak, J.P, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Edisi ke dua.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Simanjuntak, U.H, 2009, Determinan Produktivitas Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Djasmen Saragih Pematang Siantar Tahun 2008 (Tesis).

Sinungan, M, 2003, Produktivitas Apa dan Bagaimana, Cetakan ke lima. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Notoatmodjo. S, 1998, Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta

_____________, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, PT Rineka Cipta, Jakarta

__________, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Rineka Cipta, Jakarta

Suma’mur P.K, 2009, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Penerbit PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.


(6)

Soerdjadibroto, W, 1984, Masalah Gizi dan Kesehatan Tenaga Kerja Wanita di Pabrik Jakarta, Medika No. 1, Jakarta.

Sutrisno, E., 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Prenada Media Group, Jakarta.