Pengaruh Faktor Individu Dan Sikap Tubuh Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009

(1)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT

PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2009

TESIS

OLEH

HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL FACTOR AND BODY ATTITUDE ON THE WORK PRODUCTIVITY OF THE LOADING AND UNLOADING

WORKERS OF PT. KIRANA SAPTA IN ANGKOLA TIMUR TAPANULI SELATAN DISTRICT

IN 2009

TESIS

OLEH

HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT

PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR

KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Hotmatua Rambe

Nomor Induk Mahasiswa : 067010007

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui 

Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E) Ketua 

(dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K) Anggota 

Ketua Program Studi

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

PERNYATAAN 

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT

PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2010


(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

2. Ir. Nazlina, M.T


(7)

ABSTRAK

 

PT Kirana Sapta terletak di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan yang beroperasi di atas 10 tahun yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah berproduksi cruwb rubber dan rubber smoked seett. Berdasarkan survei awal dari 10 orang pekerja diketahui 60 % mengalami gangguan muskuloskeletal. Jenis penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap pekerja bongkar muat dengan jumlah sampel 31 orang. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan sikap kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat pada PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Disarankan kepada : 1) Pemilik perusahaan untuk memperhatikan perihal kesehatan dan keselamatan kerja pekerja, terutama dalam mensosialisasikan teknik dalam bekerja yang sesuai prosedur dan kapasitas dan menyediakan alat bantu dalam pelaksanaan bongkar muat untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja bagi pekerja, 2) Pekerja bongkar muat untuk menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan bongkar muat agar terhindar dari keselamatan kesehatan kerja.


(8)

ABSTRACT

PT. Kirana Sapta operating for more than 10 years in processing and producing crumb rubber and rubber smoked sheet is one of the companies located in Angkola Timur Subdistric, Tapanuli selatan District. Based on the preliminary survey on 10 workers, it was found that 60% of the workers were developing musculoskeletal disorders.

The purpose of this analytical survey study with cross-sectional approach was to analyze the influence of the individual factor and work attide on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, Tapanuli selatan District. This study was carried out through observation and interviewing 31 samples consisting of the loading and unloading workers of PT. kirana Sapta. The data obtain were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the work attitude had significant influence on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, tapanuli Selatan District.

The owner of; 1) the company is suggested to pay an attention to the occupational health and safety of the workers especially in socializing the tecniques used in their work based on the exiting procedures and capacity, and provide the equitments that help the workers during the implementation of loading and unloading activities that an occuptional accident to the workers can be avoided;2) the loading and unloading workers are suggested to wear self-protecting device when doing the loading and unloading activities to avoid from the occuptional accident.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Faktor Individu dan Sikap Tubuh dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Keselamatan Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp. A (K), selaku rektor universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dan ketua program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Prof. Dr. Ir. Abd. Rahim Matondang, MSIE dan dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukkan demi kesempurnaan tesis ini. 5. Ir. Kalsum, M.Kes dan Ir. Nazlina, MT selaku tim penguji yang telah banyak

memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staff pengajar pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bupati Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan, juga saya ucapkan terima kasih.

8. Pimpinan PT. Kirana Sapta Angkola Timur, yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan, tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada keluarga besar ibunda

Alm. Dumroh Harahap dan ayahanda H. Gozali Rambe, keluarga besar ibu mertua Hj. Masroh Harahap dan ayah mertua Alm. H. Usman Hasibuan yang telah

memberikan dukungan moril serta doa selama penulis menjalani pendidikan.

Teristimewa buat isteri saya yang tercinta dan tersayang Masnauba Hasibuan, S.Pd, serta ananda Haris Muda Rambe, Hendry Saputra Rambe, Reza Indera Rambe


(11)

dan Syapra Satilla Rambe, yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta motivasi dan memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

Kepada seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2010 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

Hotmatua Rambe, lahir pada tanggal 19 Oktober 1968 di Sigumuruk Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara, beragama Islam, bertempat tinggal di Kelurahan Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Provinsi Sumatera Utara. Menikah dengan Masnauba Hasibuan, SPd pada tanggal 25 Agustus 1992 dan dikarunia tiga orang putra dan 1 orang putri, yang bernama Haris Muda Rambe, Hendry Saputra Rambe, Reza Indera Rambe dan Syapra Satilla Rambe.

Pendidikan, SDN Sitinjak (1982), SMPN Sitinjak (1985), Sekolah Perawat Kesehatan (1988), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Graha Nusantara Padang Sidempuan (2000).

Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan (1996-sekarang).


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Hipotesis... 7

1.5.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 8

2.1. Produktifitas Kerja ... 8

2.1.1. Pengertian... 8

2.1.2. Ruang Lingkup Produktivitas ... 13

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas... 14

2.2. Sikap Kerja... 16

2.2.1. Sikap Duduk... 24

2.2.2. Sikap Berdiri ... 24

2.3. Mekanisme Kerja Tubuh... 27

2.4. Landasan Teori... 30

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN……….. 32

3.1. Jenis Penelitian... 32

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

3.5.1. Variabel Independen ... 33


(14)

3.6. Metode Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisis Data... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 36

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.2. Analisis Univariat ... 36

4.2.1. Faktor Individu... 36

4.2.2. Sikap Kerja... 38

4.2.3. Produktivitas Kerja ... 39

4.2.4. Keluhan Sakit ... 41

4.3. Analisis Bivariat... 47

4.3.1. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja.... 47

4.3.2. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja... 49

4.4. Analisis Multivariat... 50

BAB V PEMBAHASAN………. 52

5.1. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja... 52

5.1.1. Pengaruh Umur dengan Produktivitas Kerja ... 52

5.1.2. Pengaruh Pendidikan dengan Produktivitas Kerja... 52

5.1.3. Pengaruh Masa Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 53

5.1.4. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja... 53

5.2. Keterbatasan Penelitian... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 58

6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran... 58


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Gambaran Cidera yang Umumnya Terjadi Karena Posisi Kerja

Tidak Ergonomis... 18 3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 34 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Bongkar Muat

PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli

Selatan ... 37 4.2. Gambaran Sikap Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta

Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 39 4.3. Gambaran Kategori Sikap Pekerja Berdasarkan Kategori Sesuai

dan Tidak Sesuai Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta

Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 39 4.4. Gambaran Waktu Produktivitas Kerja Berdasarkan Waktu

Timbulnya Keluhan Sakit Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana

Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 40 4.5. Distribusi Berdasarkan Kategori Produktivitas Pekerja Bongkar

Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten

Tapanuli Selatan... 41 4.6. Gambaran Keluhan Sakit Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta

Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 46 4.7. Distribusi Berdasarkan Kategori Keluhan Produktivitas Pekerja

Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan ... 47 4.8. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja Pekerja

Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan ... 49 4.9. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja Pekerja Bongkar

Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten

Tapanuli Selatan... 50 4.10. Hasil Uji Regresi Logistik... 50


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Beban Maksimum yang Disarankan pada Berbagai Jarak yang

Disarankan ... 29 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 31


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Analisis... 63

2. Master Data………... 83

3. Gambar Alur Pekerjaan Bongkar Muat Getah PT. Kirana Sapta


(18)

ABSTRAK

 

PT Kirana Sapta terletak di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan yang beroperasi di atas 10 tahun yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah berproduksi cruwb rubber dan rubber smoked seett. Berdasarkan survei awal dari 10 orang pekerja diketahui 60 % mengalami gangguan muskuloskeletal. Jenis penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap pekerja bongkar muat dengan jumlah sampel 31 orang. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan sikap kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat pada PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Disarankan kepada : 1) Pemilik perusahaan untuk memperhatikan perihal kesehatan dan keselamatan kerja pekerja, terutama dalam mensosialisasikan teknik dalam bekerja yang sesuai prosedur dan kapasitas dan menyediakan alat bantu dalam pelaksanaan bongkar muat untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja bagi pekerja, 2) Pekerja bongkar muat untuk menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan bongkar muat agar terhindar dari keselamatan kesehatan kerja.


(19)

ABSTRACT

PT. Kirana Sapta operating for more than 10 years in processing and producing crumb rubber and rubber smoked sheet is one of the companies located in Angkola Timur Subdistric, Tapanuli selatan District. Based on the preliminary survey on 10 workers, it was found that 60% of the workers were developing musculoskeletal disorders.

The purpose of this analytical survey study with cross-sectional approach was to analyze the influence of the individual factor and work attide on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, Tapanuli selatan District. This study was carried out through observation and interviewing 31 samples consisting of the loading and unloading workers of PT. kirana Sapta. The data obtain were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the work attitude had significant influence on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, tapanuli Selatan District.

The owner of; 1) the company is suggested to pay an attention to the occupational health and safety of the workers especially in socializing the tecniques used in their work based on the exiting procedures and capacity, and provide the equitments that help the workers during the implementation of loading and unloading activities that an occuptional accident to the workers can be avoided;2) the loading and unloading workers are suggested to wear self-protecting device when doing the loading and unloading activities to avoid from the occuptional accident.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja merupakan salah satu upaya pembangunan kesehatan dalam dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, untuk mewujudkan derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Upaya kesehatan kerja dilakukan secara menyeluruh melalui usaha-usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2002). Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Depkes RI, 2002).

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjaan meliputi fisik dan psikis dalam hal cara/metode kerja, proses kerja, dan kondisis kerja yang bertujuan ( Depkes RI, 2002) untuk :


(21)

a) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.

b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

c) Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatannya.

d) Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

Ergonomi merupakan salah satu wahana dalam meningkatkan produktifitas berupa aturan dalam bekerja yang bermaksud membuat sistem kerja selamat, sehat, aman dan nyaman. Ergonomi menjamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan yang hasil akhirnya manusia mampu berproduksi lebih optimal selama umur produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan kesehatannya (Adiputera, 2004).

Ergonomi sikap kerja dalam bekerja sangat perlu diperhatikan, jika sikap kerja bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera otot-otot. Dalam sikap yang tidak alami tersebut akan banyak terjadi pergerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi yang menimbulkan strain dan cedera otot (Adiputera, 2004). Menurut administrator (2008), sikap kerja saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh terhadap


(22)

keberhasilan suatu pekerjaan, untuk menghindari hal itu dibutuhkan sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Sikap kerja adalah posisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja.

Salah satu pekerjaan yang berpotensi terhadap dampak sikap kerja adalah pekerja pabrik getah. Pekerja pabrik getah pada umumnya memerlukan kemampuan kerja fisik yang tinggi sehingga membutuhkan cukup banyak energi maka gerakan yang akan dilakukan perlu diatur agar dapat dimanfaatkan menurut kekuatan yang maksimal. Dengan demikian otot akan berprestasi dengan efesiensi yang tinggi dan keterampilan yang optimal (Sastrowinoto, 1985).

PT.Kirana Sapta yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah getah menjadi karet di Kecamatan Angkola Timur yang telah beroperasi lebih dari 10 tahun. PT Kirana Sapta ini mempekerjakan 498 pekerja yang masing-masing

ditempatkan di tempatkan di kebun-kebun getah, unit-unit pengolahan maupun unit-unit lain yang ada dalam PT Kirana Sapta. Berdasarkan alur pekerja di PT

Kirana Sapta adalah dimulai dari proses bongkar muat getah karet yang sudah menjadi kubus-kubus dengan menggunakan Gancu yang melibatkan 30 orang pekerja dan khusus kerja bongkar muat dilakukan 24 jam setiap hari kerja secara 3 (tiga) shift, penggergajian dan penimbangan getah dilakuan setiap hari kerja mulai pukul 08.00 s/d 17.00 wib. Alur pekerja bongkar muat sebagai berikut :

1. Untuk mobil Fuso dengan jumlah barang 10 Ton dikerjakan 5 orang petugas bongkar muat.


(23)

2. Untuk mobil Coldisel jumlah barang 5 ton dikerjakan 3 orang pekerja bongkar muat.

3. Untuk mobil Hijet 1000 petak dengan jumlah barang 2 Ton dikerjakan 1 orang pekerja bongkar muat.

Setiap kubus crumb rubber beratnya rata-rata 50 Kg. Menggunakan alat gancu sebagai alat pemindah disertai sikap kerja berdiri dan bungkuk dengan menghabiskan waktu rata-rata 8 jam bekerja, sehingga berpotensi menyebabkan penyakit akibat kerja misalnya : Muskuloskletal Disorder. Keesokan harinya seluruh crumb rubber

tersebut dilakukan pemotongan dengan menggunakan gergaji secara bersama-sama sekaligus transaksi penimbangan crumb rubber yang sudah dipotong dalam mesin pengolahan menjadi Rubber Smoked.

Menurut Hasibuan (2008) mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Menurut Sinungan (2005) mengatakan manusia adalah faktor salah satu produktivitas yang meliputi kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudaya dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, keahlian, masa bekerja dan umur.

Penelitian Eva Koesumawati (2004) mengemukakan ada pengaruh yang signifikan pendidikan dan masa kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada perusahan tekstil PT Kusuma teks Yogyakarta. Hasil penelitian Yusuf (2003), bahwa


(24)

sikap duduk statis dalam proses pembuatan dodol menimbulkan dampak kelelahan dengan rata-rata denyut nadi sebesar 130,36, dan umumnya terjadi keluhan pada lengan bagian atas kanan dan kiri, pinggang, punggung dan bokong.

Hasil penelitian Gempur (2003) diperlihatkan pula bahwa terdapat pengaruh antara perubahan posisi berdiri, Perobahan Sudut Tubuh (PST),Tingkat Kelelahan Otot Biomekanik (TKOB), dan produktivitas kerja. Rata-rata hasil produktivitas kerja kelompok kerja bubut posisi berdiri tegak (TG) (23,000 ± 3,5692), posisi berdiri Setengah duduk tanpa sandaran (SDTS) (28,060 ± 2,4833), dan posisi berdiri Setengah duduk pakai sandaran (SDPS) (27,061 ± 1,6789). Hasil produktivitas kerja kelompok TG jauh dibawah hasil produktivitas kerja kelompok SDTS maupun SDPS. Hal ini sebagai bukti bahwa sikap kerja dengan posisi berdiri TG mengalami kelelahan otot biomekanik lebih tinggi, sehingga mempunyai produktivitas kerja rendah.

Berdasarkan survei awal terhadap 10 pekerja bongkar muat pada PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan, 60% dari pekerja tersebut mengalami gangguan pada muskuluskletal yang permanen. Hal ini diketahui berdasarkan wawancara pada pekerja tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka para peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh antara faktor individu (umur, pendidikan dan masa kerja) dan sikap kerja dengan produktivitas pekerja bongkar muat pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.


(25)

1.2. Permasalahan

Pekerjaan bongkar muat getah pada PT Kirana Sapta dilakukan secara manual oleh pekerja bongkar muat dengan sikap kerja yang berpotensi terhadap risiko penyakit akibat kerja. Sikap kerja pekerja bongkar muat adalah berdiri dan membungkuk yang dilakukan secara berulang-ulang untuk memindahkan beban rata-rata 50 kg dengan menggunakan Gancu.

Konsekuensi kesalahan dan rutinitas sikap kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan gangguan muskoletal pekerja bongkar muat, dan secara langsung berdampak terhadap produktivitas kerja. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh umur dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Bagaimana pengaruh pendidikan dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Bagaimana pengaruh masa kerja dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Bagaimana pengaruh sikap kerja dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara faktor individu (umur, pendidikan, dan masa kerja) dan sikap kerja dengan


(26)

produktivitas kerja kerja pekerja pada PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Ada pengaruh faktor individu (umur, pendidikan, dan masa kerja) dengan produktivitas kerja pekerja pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

2) Ada pengaruh antara sikap kerja dengan produktivitas kerja pekerja pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada pihak perusahaan mengenai gambaran produktivitas kerja pekerja pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Memberi masukan bagi manajemen PT Kirana Sapta dalam membuat

perencanaan peningkatan pelayanan kesehatan pada pekerja dan peningkatan sistem keselamatan dan kesehatan kerja.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produktifitas Kerja 2.1.1. Pengertian

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai pengaruh antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Dimana produktifitas mengutarakann cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang (Sinungan, 2005).

Hasil konferensi Oslo dalam Sinungan (2005), secara umum produktivitas yaitu suatu konsep yang bersifat universal bertujuan menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit. Produktivitas merupakan pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen,


(28)

informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup.

Whitmore dalam Sedarmayanti (2001) mengemukakan “productivity is a measure of the use resources of an organization and is usually expressed as a ratio

of the output obtained by the uses resources to the amount of reseources employed”. Whitemore memandang bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dari sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain produktivitas dapat diartikan bahwa pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Produktivitas merupakan komponen menentukan syarat utama dalam keberhasilan suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan tingkat kualitas perusahaan dalam menghadapi era persaingan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dimensi pertama dikaitkan dengan pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya dan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Suatu perusahaan industri merupakan unit proses yang mengolah sumber daya (input) menjadi (output) dengan suatu transformasi tertentu. Dalam proses inilah terjadi penambahan nilai atas sumber daya sehingga secara ekonomis output yang dihasilkan mempunyai nilai lebih jika dibandingkan sebelum diproses. Perhatian dan harapan terhadap produktivitas demikian besar dan fundamental. Manfaat produktivitas menjadi demikian luas dan strategis, yaitu :


(29)

• Produktivitas dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja dan daya saing perusahaan.

• Pengaruh produktivitas terhadap kerja makro ekonomi. Suatu organisasi dapat melakukan lompatan besar dalam memperbaiki produktivitas.

• Suatu organisasi dapat memanfaatkan karyawan dan supervisor dengan sikap baru dalam proses kerja tradisional secara efisien untuk meningkatkan standar kehidupan yang lebih tinggi.

• Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dengan komitmen yang ada tanpa mengganti fasilitas produksi seperti mesin/peralatan, tenaga kerja dan lain-lain.

• Produktivitas dapat mengendalikan inflasi.

• Manajemen dapat memperbaiki cara pengelolaan kompleksitas dengan inovasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan berdasarkan pengalaman dan pencapaian produktivitas.

• Manajemen dapat memotivasi para pekerja ke arah pencapaian produktivitas yang tinggi.

• Produktivitas dapat diukur pada berbagai tingkat organisasi (nasional, industri maupun tingkat perusahaan).

Pada level nasional, produktivitas berkaitan dengan National Income (NI),

Gross Domestic Product (GDP), National Economy Welfare Index (NEWI) dan


(30)

Peningkatan produksitivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan sumber yang penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki pengaruh satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola pengaruh yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks. Secara makro, sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan ke dalam unsur berikut : Pertama, peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang terus berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi. Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketiga, peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang bukan disebabkan oleh peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya, melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan model yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari sumber daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran konstribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan. Di samping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tertentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya


(31)

utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia. Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila :

1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.

2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah

masukan/sumber daya lebih kecil.

3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991).

Konsep tersebut tentunya dapat dipakai di dalam menghitung produktivitas di semua sektor kegiatan. Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja secara total.

2.1.2. Ruang Lingkup Produktivitas


(32)

1) Ruang lingkup rasional, memandang negara secara keseluruhan. Dalam hal ini memperhitungkan faktor-faktor, secara sederhana seperti pengaruh dari buruh, manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa.

2) Ruang lingkup industri, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi dan berpengaruh dikelompokkan dalam ke ompok industri yang sama, misalnya, industri penerbangan, industri minyak, industri baja, dan lain-lain.

3) Ruang lingkup perusahaan/organisasi. Dalam sebuah perusahaan/organisasi pengaruh antara faktor-faktor lebih memungkinkan untuk diukur. Produk per jam dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau dibandingkan dengan perusahaan lain. Dalam sebuah organisasi, produktivitas tak hanya diukur dari beberapa dan seberapa baik buruh melakukan pekerjaannya.

4) Ruang lingkup pekerjaan perorangan. Produktivitas perorangan dipengaruhi oleh lingkungan kerja serta peralatan yang digunakan proses dan perlengkapan. Di sini timbul faktor baru yang tak dapat diukur yaitu motivasi. Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok kerja dimana si pekerja menjadi anggota dipengaruhi oleh kelompok dan sebab-sebab mengapa si pekerja dapat bekerja lebih produktif.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat menjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya,


(33)

di antaranya yaitu faktor beban kerja, kapasitas kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja (Suma’mur, 1999).

(1) Beban Kerja

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal ini, harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam pengaruh dengan beban kerja, mungkin di antara pekerjaan ada yang cocok untuk beban fisik, mental atau sosial, namun sebagai persamaan yang umum, hanya mampu memikul sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan yang tepat pada pekerjaan yang tepat (Suma’mur, 1999:102).

Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang melebihi 30 – 40 % dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam waktu 8 jam sehari

dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Pembebanan yang lebih berat diperkenankan dalam waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat yang sesuai dengan bertambah beratnya beban (Suma’mur, 1999:54).

(2) Kapasitas Kerja

Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, usia, masa kerja, status gizi dan kesehatan.


(34)

Ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan wanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa pekerja wanita lebih diperlukan ada suatu industri yang memerlukan keterampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja laki-laki (Soeripto, 1992:36).

(4) Umur

Peneliti Flippo (1984) menunjukkan bahwa pada pekerja yang mempunyai tingkat kesukaran absensi tinggi adalah bukan karena penyakit tetapi karena adanya kesukaran adaptasi terhadap lingkungan kerja. Pada usia tua penyakit syaraf seperti tumor pada tangan dapat menurunkan produktivitas kerja pada perusahaan yang memerlukan ketrampilan tangan. Hal ini juga dapat diukur dengan tingkat absensi yang tinggi pada golongan umur ini.

(5) Masa Kerja

Suma’mur (1999), menunjukkan bahwa masa kerja mempunyai kaitan dengan kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai kepuasan kerja yang terus meningkat sampai masa kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan sampai masa kerja 8 tahun, tetapi kemudian setelah tahun ke delapan maka kepuasan kerja secara perlahan-lahan akan meningkat lagi.

(6) Pendidikan

Bremmer (1982) menemukan bahwa individu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih agresif. Lebih berorientasi prestasi kerja. Hal


(35)

ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat mempengaruhi ambisi, harapan-harapan yang lebih tinggi serta adanya pengetahuan tentang pekerjaan tersebut, sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi kerja.

Suma’mur (1996) mengemukakan bahwa faktor pendidikan berpengaruh positif dengan prestasi kerja. Artinya makin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi hasil atau prestasi kerja yang dicapai. Faktor pendidikan mempengaruhi aspirasi pekerja terhadap prestasi yang harus dicapai. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap prestasi kerja sehingga tingkat pendidikan dijadikan variabel sertaan.

2.2. Sikap Kerja

Sikap kerja erat kaitannya dengan ergonomis kerja. Ergonomis yang merupakan pendekatan multi dan interdisiplin yang berupaya menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan tenaga kerja sehingga tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, dan efisien (Granjean, 2003).

Dalam hal ini ergonomik juga berupaya menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Tujuan ergonomik dan K3 hampir sama yaitu untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu ergonomik dan K3 perlu diterapkan di semua tempat kerja untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja. Namun kenyataannya penerapan


(36)

ergonomik dan K3 di perusahaan terutama di perusahaan kecil dan menengah masih jauh dari yang diharapkan. Program-program ergonomik dan K3 sering menempati prioritas yang rendah dan terakhir bagi manajemen perusahaan (Manuaba, 1998).

Menyadari pentingnya ergonomik dan K3 bagi semua orang di manapun berada maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan dalam manajemen perusahaan. Dengan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja yang baik dan jelas mangkir kerja karena sakit akan menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun, kerugian akibat kecelakaan akan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan meningkat, namun sebaliknya jika pekerja tidak mematuhi ketentuan dalam ergonomis kerja maka akan menimbulkan cidera dan kecelakaan kerja (Adiputra, dkk, 2001).

Beberapa cidera umum yang terjadi jika kerja salah atau tidak ergonomis, seperti pada Tabel 2.1.


(37)

Tabel 2.1. Gambaran Cidera Yang Umumnya Terjadi Karena Posisi Kerja Tidak Ergonomis

Cedera Gejala Penyebab

Bursitis : meradangnya kantung antara tulang dengan kulit, atau tulang dengan tendon. Dapat terjadi di lutut, siku, atau bahu.

Rasa sakit dan bengkak pada tempat cedera

Berlutut, tekanan pada siku, gerakan bahu yang berulang-ulang

Sindroma pergelangan tangan : tekanan pada syaraf yang melalui pergelangan tangan

Gatal, sakit, dan kaku pada jari-jemari, terutama di malam hari

Membengkokkan pergelangan berulang-ulang. Menggunakan alat yang bergetar. Kadang diikuti dengan tenosynovitis. Ganglion : kista pada sendi atau pangkal

tendon. Biasanya dibelakang tangan atau pergelangan

Begkak bundar, keras, dan kecil yang biasanya tidak menimbulkan sakit.

Gerakan tangan yang berulang-ulang

Tendonitis : radang pada daerah antara otot dan tendon

Rasa sakit, bengkak, dan merah di tangan, pergelangan, dan/atau lengan. Kesulitan menggerakan tangan

Gerakan yang berulang-ulang.

Tenosynovitis : radang pada tendon dan/atau pangkal tendon

Sakit, bengkak, sulit menggerakan tangan.

Gerakan yang berulang- ulang dan berat. Dapat disebabkan oleh peningkatan kerja yang tiba-tiba, atau pengenalan pada proses baru.

Tegang pada leher atau bahu : radang

pada tendon dan atau pangkal tendon Rasa sakit di leher dan bahu Menahan postur yang kaku Gerakan jari yang tersentak :

radang pada tendon dan/atau pangkal tendon di jari

Kesulitan menggerakkan jari dengan pelan, dengan atau tanpa rasa sakit

Gerakan berulang-ulang. Terlalu lama mencengkam, terlalu keras atau terlalu sering

Sumber: Occuptional Health Program, 2000

Menurut Suma’mur secara umum sikap kerja yang ergonomis dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sikap kerja dalam pekerjaan dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).


(38)

b. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar-dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri. Antropometri akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Untuk mendapatkan perancangan yang optimum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis dan dinamis (antropometri statis dan dinamis). Dimensi tubuh manusia dalam posisi statis adalah aplikasi data antropometri dalam keadaan diam. Sedangkan

dimensi tubuh manusia dalam posisi dinamis adalah pengukuran keadaan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak. Menurut Wignjosoebroto (2003)

yang dikutip oleh Sinambela (2006) Pada umumnya manusia berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu : umur, jenis kelamin, suku dan posisi tubuh (postur).

c. Posisi duduk yang akan diukur adalah : 1. Tinggi Duduk (TD)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Ukuran tinggi duduk digunakan untuk menentukan batas ukuran tinggi daerah kerja agar pengguna bebas bergerak (biasanya diterapkan dalam perancangan tempat duduk pada kendaraan)


(39)

2. Tinggi Bahu (TB)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bahu bagian dalam. Tinggi bahu digunakan untuk menentukan lebar minimum sandaran kursi yang digunakan.

3. Tinggi Siku (TS)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Tinggi siku digunakan untuk menentukan tinggi sandaran tangan dan tinggi meja kerja.

4. Lebar Pinggul (LP)

Diukur dari jarak horizontal dari bagian luar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan. Pinggul digunakan untuk menentukan lebar tempat duduk.

5. Tinggi Pinggang (TP)

Diukur dari pinggang atas sampai alas duduk. 6. Tinggi Lutut (TL)

Diukur dari lutut sampai alas kaki dalam posisi sikap duduk tegak. 7. Panjang Tungkai Bawah (PTB)

Diukur dari lutut belakang sampai alas kaki dalam sikap duduk pada keadaan vertikal. Tinggi lutut dan panjang tungkai bawah digunakan untuk menentukan tinggi meja kerja.


(40)

8. Tinggi Mata (TM)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Tinggi mata duduk digunakan untuk menentukan tinggi peralatan di meja kerja.

d. Ukuran-ukuran kerja

- Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-1 cm dibawah siku.

- Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja, dan jika dataran tinggi disebut siku O, maka hendaknya dataran kerja untuk pekerjaan:

o Memerlukan ketelitian = 0+5-10) cm

o Ringan = 0 – 5-10)cm

o Berat, yang memerlukan otot punggung =0-(10-20) cm

- Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang dinasehatkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan pemilihan sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk.

- Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal ini mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

- Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23°-37° ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32°-44° ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.


(41)

- Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

- Apabila seorang pekerja dengan atau tanpa beban harus berjalan pada jalan menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum adalah adalah

o Jalan menanjak l..k 10°; Tangga rumah l..k 30°, dan Tangga l..k 70°

- Kemampuan seorang bekerja adalah 8-10 jam sehari, lebih dari itu efesiensi dan kualitas kerja sangat menurun.

Kondisi kerja duduk dan berdiri secara terus menerus memaksa pekerja selalu

berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah yang berlangsung lama dan

menetap/statis. Menurut Grandjean (1988) dan Pheasant (1991) sikap kerja yang

statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem

muskuloskeletal. Akibat lama bekerja yang menyebabkan beban statik yang terus

menerus tanpa memperhatikan faktor-faktor ergonomi akan lebih mudah

menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Hasyim, 2000). Faktor-faktor

ergonomi berarti menyangkut sikap tubuh saat bekerja, tinggi tempat duduk dengan

lantai, letak ketinggian meja dan faktor lingkungan seperti sirkulasi udara,

pencahayaan, dan tingkat kebisingan ruangan tempat bekerja (Kroemer, K.H.E &

Grandjean, E.1997). Dalam posisi kerja seperti ini jelas merupakan posisi yang tidak


(42)

Sikap kerja yang demikian ini dapat sebagai akibat situasi lingkungan kerja

yang tidak memadai, aktifitas yang repetitif atau berulang, desain alat dan peralatan

yang tidak sesuai dengan pengguna, sikap kerja yang tidak alamiah yang

menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama

yang terlibat dalam pekerjaan (Sutajaya, 1997).

Dalam posisi duduk otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban

anggota gerak atas yang sedang melakukan pengeboran. Beban kerja paling banyak

dialami oleh daerah pinggang. Akibatnya otot-otot pinggang sebagai penahan baban

utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan mudah terjadinya

nyeri pada otot sekitar pinggang/punggung bawah. Apalagi posisi kaki yang

memendek, sehingga tidak ada keseimbangan penyebaran gaya pada otot selain

punggung bawah (Lientje, 2000).

2.2.1 Sikap Duduk

Sikap duduk pada otot rangka (muscolusskelatal) dan tulang belakang

(vertebal) terutama pada pinggang (sacrum lumbar dan thoracic) harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah

(fatique). Menurut Richard Albett (2001) saat ini terdapat 80% orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagan tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab, dan karena back pain ini mengakibatkan 40% orang tidak masuk kerja. Selain


(43)

itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dalam sikap susuk dapat bergerak dengan relaksasi.

Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut Eko Nurmianto (1998) tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan dengan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dan dapat relaksasi (tidak Statis).

2.2.2 Sikap Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi

penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila

berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih (clerks),

dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur (barbers) pasti memerlukan sepatu ketika

bekerja, apabila sepatu tidak pas (tidak sesuai) maka sangat mungin akan sobek

(bengkak) pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu

perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik

adalah sepatu yang dapat menahan kaki (tubuh), bukan kaki direpotkan untuk

menahan sepatu. Desain sepatu untuk kerja berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar


(44)

pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka waktu

yang lama, maka otot rangka (muscles) akan mudah mengalami kelelahan (fatigued).

Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjean (1988) dikuti Sanders et al (1993) merekomedasi bahwa “untuk jenis pekerjaan teliti (precision) letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di atas tinggi siku, untuk jenis pekerjaan ringan (light) letak tinggi meja diatur sejajr dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat (heavy) letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku”. Begitu pula Suma’mur (1994) menyebutkan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi berdiri “tinggi kerja” sebaiknya 5-10 cm di bawah siku arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah” Kerja Berdiri Setengah Duduk

Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa dengan posisi berdiri tegak (TG) diubah menjadi posisi berdiri setengah duduk yang sandaran (SDTS) dan setengah duduk pakai sandaran (SDPS) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik (TKOB)

antar kelompok. Rata-rata nilai nominal TKOB kerja bubut posisi berdiri TG 2,2 > SDTS 1,8 > SDPS 1,4. Jadi, kerja bubut posisi berdiri TG lebih melelahkan

dibanding SDTS maupun SDPS. Kelelahan otot biomekanik tersebut berbanding langsung dengan peningkatan asam laktat dan penurunan glukosa, sebagaimana disebutkan oleh Guyton et.al. (1997) bahwa “ kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot”, dan disebutkan


(45)

pula oleh Kroemer et.al.(1986), Anna (1994), Niels (2000) bahwa “dalam keadaan anaerob, asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal ini glikogen dalam otot berkurang”. Berdasarkan hasil penelitian Gempur (2003) terbukti bahwa kofisien respons metabolisme energi anaerobik (MEA) posisi berdiri TG (laktat 4,853 mmol/kg, glukosa 0,221 mg%); SDTS turun menjadi (laktat 3,100 mmol/kg,glukosa 0,017 mg%); dan SDPS menjadi (laktat 3,314 mmol/kg,glukosa 0,07089 mg%).jadi respon MEA pada kerja bubut posisi berdiri TG lebih tinggi dibanding posisi berdiri SDTS maupun SDPS.

Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa posisi kerja berdiri TG, SDTS, SDPS berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh (PST). Besar PST antar kelompok kerja bubut, untuk kelompok posisi berdiri TG (PST rata-rata 22,8 ±9,2712 derajat), posisi berdiri SDTS (PST rata-rata 14,7 ± 6,4987 derajat) dan, posisi berdiri SDPS (PST rata-rata 14,8 ± 7,9554 derajat). Hal ini dapat dijelaskan bahwa, suatu kondisi tempat kerja untuk jenis kerja posisi berdiri maka akan mengakibatkan perubahan pula pada performance tubuh. Oleh karena itu, apabila bekerja dalam jangka waktu yang relatif lama dengan performance posisi berdiri yang berbeda maka berdampak pada besar performance PST.

Perubahan performance PST berdampak pada TKOB. Hal itu dapat dijelaskan bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin condong ke depan, akibatnya PST semakin besar pula. Apabila PST semakin besar maka momen gaya yang diterima otot biomekanik juga semakin besar. Momen gaya yang diterima otot biomekanik semakin besar maka tubuh memerlukan tambahan


(46)

energi dari pemechanadenosin triphosphat (ATAP) dengan cara metabolisme energi respirasi anaerobik. Meningkatnya asam laktat tersebut akan mempercepat kelelahan otot biomekanik.

2.3. Mekanisme Kerja Tubuh

Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat, menurunkan, menurunkan, mendorong, menarik, melempar, menyokong, memindahkan beban atau memutar beban dengan tangan atau bagian tubuh lain. Laserasi, hematoma, fraktur, kelelahan otot dan cedera muskuloskeletal terutama pada tulang belakang seperti nyeri punggung sering diderita pada jenis pekerjaan ini ( Harrianto, 2009).

Batang tubuh (kolumna vertebralis) menyebabkan tubuh manusia dapat berdiri tegak, dibentuk oleh 32 – 33 ruas tulang belakang yang terdiri dari 5 ruas tulang leher, 12 ruas tulang punggung, 5 ruas tulang pinggang yang saling terpisah satu sama lain oleh cakram antar ruas, yang dibentuk oleh jaringan ikat yang berstruktur, serta 5 ruas tulang tungging dan 3 – 4 ruas tulang ekor yang telah bersatu menjadi sebuah tulang tungging pada saat lahir dan sebuah tulang ekor . Kolumna vertebralis berbnetuk seperti huruf S, didaerah punggung berbentuk cekung, sedangkan didaerah daerah cembung bentuknya. Bentuk seperti ini memungkinkan timbulnya elastisitas batang tubuh untuk menyerap gaya tekanan ke bawah pada saat meloncat dan mengangkat beban (Harrianto, 2009).


(47)

Mekanisme bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam kegiatan mengangkat atau membawa beban merupakan dasar dari teknik-teknik dan praktik-praktik pengembangan untuk memastikan otot-otot tidak bekerja melampaui batas. Ruas-ruas tulang belakang dengan cakram, susunan saraf tulang belakang dan otot-otot punggung yang dikaitkan ke tonjolan mirip tanduk dari setiap ruas tulang belakang. Tulang belakang berputar terhadap cakram diantara ruas-ruas tulang belakang dengan kekuatan yang diaplikasikan oleh otot. Keseluruhan beban yang diangkat diambil alih oleh tulang belakang. Menurut Ridley (2008), nilai beban pada tulang belakang dapat diketahui melalui :

Momen lentur terhadap tulang belakang akibat beban = W x y, dimana W = beban dan y = jarak. Momen ini ditahan oleh momen tarik otot dikali jaraknya

dari ruas tulang belakang = P x r. Oleh karena itu untuk keseimbangan maka W x y = P x r, dengan demikian beban pada otot tulang belakang P = W x y : r.

Jika nilai r kecil dibandingkan dengan y, maka beban yang ditanggung otot tulang belakang menjadi beberapa kali lebih besar dari pada beban yang sedang dibawa. Sebagai contoh, jika beban 10 kg dibawa pada panjang siku lengan, yaitu 400 mm dari tulang belakang dan jarak otot tulang belakang dari pusat cakram adalah 20 mm, maka beban pada otot belakang sebagai berikut :


(48)

Gambar 2.1. Beban Maksimum yang Disarankan pada Berbagai Jarak yang Disarankan

Mencegah regangan punggung (back strain), beban yang diangkat sebaiknya dibuat serendah mungkin dan dibawa sedekat mungkin ke tubuh. Otot- otot lain merekat ke tulang-tulang dekat dengan titik putarnya, misalnya lengan dengan pergelangan tangan, dan dengan cara yang serupa menanggung beban hingga bebrapa kali berat yang sedang diangkat (Ridley, 2008).

2.4. Landasan Teori

Produktivitas merupakan komponen yang turut menentukan dan menjadi syarat utama dalam keberhasilan suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan tingkat kualitas perusahaan dalam menghadapi era persaingan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut Whitemore dalam Sedarmayati


(49)

(2001), produktivitas merupakan suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dari sumber daya yang digunakan.

Menurut Suma’mur (1999), beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, yaitu faktor internal berpa faktor individu pekerja seperti umur, pendidikan, jenis kelamin, status gizi dan masa kerja serta sikap kerja, sedangkan faktor eksternal seperti keadaan lingkungan fisik, kimia dan biologis yang terintegrasi dalam proses pekerjaannya.

Menurut Suma’mur (1996) sikap tubuh pekerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja, dan secara keseluruhan merupakan bagian dari prinsip ergonomi dalam bekerja. Sikap kerja pekerja dalam melakukan pekerjaannya berpengaruh terhadap dampak sikap kerja yang salah seperti kelelahan kerja dan cidera otot. Sikap kerja tersebut dapat berupa posisi duduk, posisi berdiri, mengangkat, dan menggunakan peralatan yang tidak seimbang dengan kemampuan tubuh.


(50)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Individu

(1) Umur (2) Pendidikan (3) Masa Kerja

Sikap Kerja


(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan

cross sectional study untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan pertimbangan hasil survei awal masih

ditemukan pekerja bongkar muat sikap kerja pekerja tidak sesuai dan pekerja

mengeluhkan berbagai keluhan sakit pada anggota tubuh mereka setelah bongkar

muat getah.

Penelitian ini membutuhkan waktu selama 11 (sebelas) bulan terhitung

Desember 2008 sampai November 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian bongkar muat PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 31 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian.


(52)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden tentang meliputi faktor individu seperti umur, pendidikan, dan masa kerja serta pengamatan sikap kerja pekerja saat melaksana pekerjaan bongkar muat getah. Sedangkan untuk data sekunder diambil berdasarkan catatan atau dokumen di PT Kirana Sapta yang mencakup jumlah tenaga kerja, hasil evaluasi SMK3.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

1) Umur adalah ulang tahun terakhir tenaga kerja pada saat penelitian dilakukan 2) Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di lalui oleh tenaga

kerja terdiri dari SD, SLTP dan SLTA

3) Masa kerja adalah waktu pertama kali tenaga kerja diterima bekerja sampai dengan waktu penelitian ini dilakukan

4) Sikap kerja adalah adalah posisi kerja pekerja ketika melakukan pekerjaanya dan dilakukan pengamatan

3.5.2. Variabel Dependen

Produktivitas kerja adalah hasil kerja pekerja bongkar muat ketika melakukan pembongkaran dibandingkan dengan waktu proses pembongkaran getah yang diukur dengan menggunakan waktu siklus (stopwatch) dan dikompermasikan dengan


(53)

keluhan-keluhan yang dialami dengan mengunakan metode pengukuran MSDs (muscoloskletal Disorders).

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen Variabel Jawaban Kategori Alat Ukur dan

Skala Ukur Variabel Independen

1. Umur

Data dikelompokkan Kuesioner (Rasio) 2. Pendidikan SD

SLTP SLTA

Tamat SLTP Tamat SLTA

Kuesioner (Ordinal)

3. Masa Kerja Data dikelompokkan Kuesioner (Ordinal) 4. Sikap tubuh Ya (2)

Tidak (1)

Sesuai (≥rerata mean) Tidak Sesuai (<rerata mean)

Observasi (nominal) Variabel Dependen

Produktivitas Kerja Pengukuran waktu kerja dan keluhan penyakit

Baik Kurang

Kuesioner (Ordinal)

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh variabel

independen dengan dependen menggunakan uji chi square pada taraf


(54)

3. Analisis Multivariat, yaitu analisis lanjutan dari bivariat untuk mengidentifikasi faktor paling dominan berpengaruk terhadap produktivitas kerja dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan rumus sebagai berikut :

ý =

) 4 4 3 3 2 2 1 1 (

1

1

x x x x

e−α+β +β +β +β +

Keterangan :

α = konstanta

β1x1 = variabel independen umur

β2x2 = variabel independen pendidikan

β3x3 = variabel independen masa kerja

β4x4 = variabel independen sikap kerja

ý = variabel dependen produktifitas kerja e = exponensial


(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT Kirana Sapta yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah getah menjadi karet di Kecamatan Angkola Timur yang telah beroperasi lebih dari 10

tahun. PT Kirana Sapta ini mempekerjakan 498 pekerja yang masing-masing di tempatkan pada kebun-kebun getah, unit-unit pengolahan maupun unit-unit lain

yang ada dalam PT Kirana Sapta.

Berdasarkan alur pekerjaan yang melibatkan pekerja secara langsung dalam proses pengolahan getah, diawali dari pengambilan getah langsung dari pohonnya, kemudian membentuk getah seperti kubus dan memasukkan dalam wadah pencetakan dalam tanah, penurunan getah dari truk, pemotongan getah menggunakan gergaji, kemudian dimasukkan dalam mesin pengolah getah. Keseluruhan proses tersebut berpotensi terhadap dampak sikap kerja berupa kelelahan kerja dan cidera otot yang berkaitan dengan sikap tubuh pekerja ketika melakukan pekerjaan pada setiap proses.

4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Faktor Individu

Pada penelitian ini faktor individu meliputi umur pekerja, pendidikan pekerja dan masa kerja pekerja. Gambaran distribusi frekuensi faktor individu dapat dilihat pada tabel 4.1.


(56)

Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan kelompok umur pekerja

lebih banyak yang berusia 31-40 tahun yaitu 19 (61,3%) responden disbanding yang

berusia 21-30 tahun yaitu 12 (38,7%) responden. Pada kelompok pendidikan lebih

banyak berpendidikan tamat SLTP yaitu 21 (67,7%) dibandingkan kelompok

pendidikan tamat SLTA yaitu 10 (32,3%). Untuk kelompok masa kerja, masa kerja

6-10 tahun lebih banyak yaitu 17 (54,0%) responden dibanding masa kerja 1-5 tahun

yaitu 14 (45,2%) responden.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Bongkar Muat PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

No Faktor Individu Pekerja Jumlah (n) Persentase (%)

1 Umur

a 21 - 30 Tahun 12 38,7

b 31 - 40 Tahun 19 61,3

Total 31 100

2 Pendidikan

a Tamat SLTP 21 67,7

b Tamat SLTA 10 32,3

Total 31 100

3 Masa Kerja

a 1 - 5 Tahun 14 45,2

b 6 - 10 Tahun 17 54,8


(57)

4.2.2 Sikap Kerja

Pada penelitian ini sikap kerja pekerja diukur berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap keadaan tubuh pekerja ketika bekerja yang didasarkan atas 7 item pengamatan. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan sikap tubuh pekerja saat bekerja menggunakan APD lebih dominan tidak menggunakan APD yaitu 24 (77,4%) responden dibandingkan dengan yang mengunakan APD yaitu 7 (22,6%) responden. Pekerja yang mengangkat getah tidak lebih dari 50 kg lebih dominan tidak yaitu 24 (77,4%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 7 (22,6%) responden. Pada saat bekerja pekerja mengangkat dalam posisi bungkuk lebih dominan ya yaitu 29 (93,5%) responden dibandingkan dengan tidak yaitu 2 (6,5%) responden.

Saat bekerja sikap kerja menggunakan APD dalam mengangkat lebih dominan tidak yaitu 17 (54,8%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 14 (45,2%) responden. Sikap pekerja menggunakan pinggul untuk angkat dan membawa getah

lebih dominan ya yaitu 27 ( 87,1%) responden dibandingkan dengan tidak yaitu 4 (12,9%) responden. Sikap pekerja mengangkat tidak lebih dari 1 jam lebih dominan

tidak yaitu 18 (58,1%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 13 (41,9%) responden. Sikap kerja mengangkat diselingi dengan istirahat lebih dominan ya yaitu 18 (58,1%) responden dibandingkan dengan tidak yaitu 143 (41,9%) responden.


(58)

Tabel 4.2. Gambaran Sikap Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

Jawaban

Ya Tidak

No Penilaian Sikap Kerja

n % N %

1 Menggunakan APD 7 22,6 24 77,4

2 Mengangkat getah tidak lebih dari 50 Kg 7 22,6 24 77,4

3 Mengangkat dalam posisi bungkuk 29 93,5 2 6,5

4 Menggunakan APD dalam mengangkat 14 45,2 17 54,8

5 Menggunakan Pinggul untuk angkat dan bawa

getah 27 87,1 4 12,9

6 Mengangkat tidak lebih dari 1 jam 13 41,9 18 58,1

7 Mengangkat diselingi dengan istirahat 18 58,1 13 41,9

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kategori sikap kerja pekerja saat bekerja lebih dominan tidak sesuai yaitu sebanyak 16 (51,6%) responden dibanding dengan sesuai yaitu sebanyak 15 (48,4%) responden.

Tabel 4.3. Gambaran Kategori Sikap Kerja Pekerja Berdasarkan Kategori Sesuai dan Tidak Sesuai Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

No Sikap Kerja Jumlah (n) Persentase (%)

1 Sesuai 15 15,6

2 Tidak Sesuai 16 51,6

Total 31 100

4.2.3 Produktivitas Kerja

Pada penelitian ini produktivitas kerja para pekerja diukur berdasarkan respon time terhadap timbulnya keluhan sakit berdasarkan durasi waktu pembongkaran dengan menggunakan alat Bantu stopwatch.


(59)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan produkifitas kerja pekerja yang diukur melalui timbulnya keluhan sakit dengan menggunakan durasi waktu pembongkaran lebih dominan merasakan timbulnya keluhan sakit pada menit ke 90 yaitu sebanyak 12 ( 38,7%) responden dibandingkan dengan timbulknya keluhan sakit menit ke 60 yaitu sebanyak 11 (35,5%) dan keluhan sakit pada menit ke 30 sebanyak 8 (25,8%) responden.

Tabel 4.4. Gambaran Waktu Produktivitas Kerja Berdasarkan Waktu Timbulnya Keluhan Sakit pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

No Variabel N %

1 Menit ke 30 8 25,8

2 Menit ke 60 11 35,5

3 Menit ke 90 12 38,7

4 Menit ke 120 0 0

5 Menit ke 150 0 0

6 Menit ke 180 0 0

7 Menit ke 210 0 0


(60)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan kategori produktifitas kerja pekerja lebih dominan memiliki produktifitas kurang yaitu sebanyak 17 (54,8%) responden dibandingkan dengan produktifitas baik yaitu sebanyak 14 (45,2%) responden.

Tabel 4.5. Distribusi Berdasarkan Kategori Produktivitas Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

No Produktivitas Kerja Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang 17 54,8

2 Baik 14 45,2

Total 31 100

4.2.4 Keluhan Sakit

Pada penelitian ini keluhan sakit pekerja diukur berdasarkan penilaian tingkat keluhan MSDs (Musculoskletal Disorder) dengan menggunakan Standard Nardic

Questioner (STD) yang didasarkan pada 28 (dua puluh delapan) indikator. Hasil

penilaian keluhan pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Pada tabel 4.7 Hasil penelitian menunjukkan keluhan sakit dileher bagian atas terbanyak yaitu merasakan sangat sakit sebanyak 17 (54,8%) responden dibandingkan merasakan sakit yaitu 8 (25,8%) dan yang agak merasakan sakit yaitu sebanyak 6 (19,4%) responden. Sementara agak sakit tidak ditemukan. Keluhan sakit kaku dibagian leher bawah lebih banyak dirasakan agak sakit sebanyak 16 (51,6%)


(61)

responden dibandingkan rasa sakit sebanyak 9 (29,0%) responden, rasa sangat sakit sebanyak 5 (16,1%) dan yang tidak sakit sebanyak 1 (3,2%) responden.

Keluhan responden sakit dibahu kiri terbesar adalah sakit sebanyak 17 (54,8%) responden dibandingkan merasa agak sakit sebanyak 7 (22,6%) responden, merasakan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden dan tidak sakit sebanyak 3 (9,7%) responden. Keluhan sakit dibahu kanan lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 25 (80,6%) responden dibanding tidak sakit sebanyak 5 (16,1%) responden, sakit sebanyak 1 (3,2%) responden dan sangat sakit tidak ada.

Keluhan sakit dilengan atas kiri merasakan sangat sakit sebanyak 19 (61,3%) responden dibanding dengan agak sakit sebanyak 6 (19,4%) responden, merasakan tidak sakit sebanyak 5 (16,1%) responden dan sakit sebanyak 1 (3,2%) responden. Sedangkan keluhan sakit dilengan atas kanan merasakan agak sakit sebanyak 14 (45,2%) responden dibanding dengan sakit sebanyak 10 (32,3%) responden, merasakan tidak sakit sebanyak 5(16,1%) responden dan sangat sakit sebanyak 2 (6,5%) responden.

Keluhan sakit dipunggung lebih banyak merasakan sangat sakit 17 (54,8%) responden dibanding dengan agak sakit sebanyak 6 (19,4%) responden, merasakan tidak sakit sebanyak 5 (16,1%) responden dan terendah sakit sebanyak 3 (9,7%) responden. Keluhan sakit pada pinggang lebih banyak merasakan sangat sakit sebanyak 16 (51,6%) responden dibanding dengan tidak sakit sebanyak 6 (19,4%), merasakan agak sakit sebanyak 5 (16,1%) dan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden. Keluhan sakit pada bokong paling banyak adalah agak sakit sebanyak 11 (35,5%)


(62)

responden dibanding yang sakit sebanyak 8 (25,8%) responden, tidak sakit sebanyak 7 (22,6%) responden dan merasakan sangat sakit sebanyak 5 (16,1%) responden. Sedangkan keluhan sakit pada pantat lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 16 (51,6%) responden dibanding dengan tidak sakit sebanyak 6 (19,4%) responden, merasakan sakit sebanyak 5 (16,1%) dan sangat sakit sebanyak 4 (12,9%) responden.

Keluhan sakit pada siku kiri lebih banyak merasakan sangat sakit sebanyak 15 (48,4%) responden dibanding dengan agak sakit dan tidak sakit masing-masing sebanyak 6 (19,4%) responden dan merasakan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden.

Keluhan sakit pada siku kanan lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 11 (35,5%) responden dibanding dengan tidak sakit sebanyak 10 (32,3%) responden,

merasakan sangat sakit sebanyak 6 (19,4%) responden dan merasakan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden.

Keluhan sakit pada lengan bawah kiri lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 19 (61,3%) responden dibanding dengan tidak sakit sebanyak 7 (22,6%) responden, merasakan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden dan sangat sakit sebanyak 1 (3,2%) responden. Sedangkan keluhan sakit pada lengan bawah kanan lebih banyak merasakan sangat sakit sebanyak 12 (38,7%) responden dibanding dengan merasakan tidak sakit sebanyak 10 (32,3%) responden, merasakan sakit sebanyak 6 (19,4%) responden dan agak sakit sebanyak 3 (9,7%) responden. Keluhan responden sakit pada pergelangan tangan kiri lebih banyak agak sakit sebanyak 11 (35,5%) responden dibanding dengan merasakan tidak sakit sebanyak 10 (32,3%) responden, merasakan sangat sakit sebanyak 6 (19,4%) responden dan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden.


(63)

Sedangkan keluhan sakit pada pergelangan tangan kanan lebih banyak merasakan tidak sakit sebanyak 12 (38,7%) responden dibanding dengan merasakan agak sakit sebanyak 8 (25,8%) responden, merasakan sakit sebanyak 6 (19,4%) responden dan sangat sakit sebanyak 5 (16,1%) responden.

Keluhan responden sakit pada tangan kanan lebih banyak merasakan sangat sakit sebanyak 12 (38,7%) responden dibanding dengan merasakan tidak sakit sebanyak 10 (32,3%) responden, merasakan sakit sebanyak 5 (16,1%) dan agak sakit sebanyak 4 (12,9%) responden. Sedangkan keluhan sakit pada tangan kiri lebih banyak merasakan tidak sakit sebanyak 11 (35,5%) responden dibanding dengan agak sakit sebanyak 9 (29,0%) responden, merasakan sakit sebanyak 7 (22,6%) responden dan sangat sakit sebanyak 4 (12,9%) responden.

Keluhan sakit pada paha kanan lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 13 (41,9%) responden dibanding dengan merasakan tidak sakit sebanyak 11 (35,5%) responden, merasakan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden dan sangat sakit sebanyak 3 (9,7%) responden. Sedangkan keluhan sakit pada paha kiri lebih banyak yaitu tidak sakit sebanyak 11 (35,5 %) responden, merasakan sangat sakit dan agak sakit sama banyak yaitu masing-masing 8 (25,8%) responden dan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden.

Keluhan sakit pada lutut kiri lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 14 (45,2%) responden dibanding dengan merasakan tidak sakit sebanyak 7 (22,6%) responden dan pada sakit dan sangat sakit masing-masing sebanyak 5 (16,1%) pekerja. Sedangkan keluhan sakit pada lutut kanan lebih banyak merasakan agak sakit


(64)

sebanyak 14 (45,2%) responden dibanding dengan merasakan tidak sakit 8 (25,8%) responden, merasakan sangat sakit sebanyak 5 (16,1%) responden dan merasakan sakit sebanyak 4 (12.9%) responden.

Keluhan sakit pada betis kiri lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 13 (41,9%) responden dibanding dengan merasakan tidak sakit sebanyak 9 (29,0%) responden, merasakan sebanyak 5 (16,1%) responden dan sangat sakit sebanyak 4 (12,9%) responden. Sedangkan keluhan sakit pada betis kanan banyak merasakan agak sakit sebanyak 13 (41,9%) responden dibanding dengan tidak sakit sebanyak 9 (29,0%) responden, merasakan sangat sakit sebanyak 5 (16,1%) responden dan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden.

Keluhan sakit pada pergelangan kaki kiri lebih banyak merasakan sangat sakit sebanyak 11 (35,5%) responden disbanding dengan merasakan agak sakit sebanyak 8 (25,8%) responden dan pada tidak sakit dan sakit masing-masing sebanyak 6 (19,4%) responden. Sedangkan keluhan sakit pada pergelangan kaki kanan lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 16 (51,6%) responden, merasakan tidak sakit sebanyak 10 (32,3%) responden, merasakan sakit sebanyak 4 (12,9%) responden dan sangat sakit sebanyak 1 (3,2%) responden.

Keluhan sakit pada kaki kanan lebih banyak merasakan agak sakit sebanyak 12 (38,7%) responden, merasakan sangat sakit dan tidak sakit masing-masing sebanyak 7 (22,6%) responden serta merasakan sakit sebanyak 5 (16,1%) responden. Sedangkan keluhan responden pada kaki kiri lebih banyak merasakan agak sakit


(65)

sebanyak 18 (58,1%) responden dibanding merasakan tidak sakit sebanyak 7 (22,6%) responden dan merasakan sakit sebanyak 6 (19,4%) responden.

Tabel 4.6. Gambaran Keluhan sakit Pekerja Bongkar Muat PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

Tingkat Keluhan Tidak

Sakit

Agak

Sakit Sakit

Sangat Sakit o Penilaian Keluhan Pekerja

n % n % n % n %

1 Kaku di leher bagian atas 0 0,0 6 19,4 8 25,8 17 54,8

2 Kaku dibagian leher bagian

bawah 1 3,2 16 51,6 9 29,0 5 16,1

3 Sakit di bahu kiri 3 9,7 7 22,6 4 12,9 17 54,8

4 Sakit di bahu kanan 5 16,1 25 80,6 1 3,2 0 0,0

5 Sakit di lengan atas kiri 5 16,1 6 19,4 1 3,2 19 61,3

6 Sakit di punggung 5 16,1 6 19,4 3 9,7 17 54,8

7 Sakit lengan atas kanan 5 16,1 14 45,2 10 32,3 2 6,5

8 Sakit pada pinggang 6 19,4 5 16,1 4 12,9 16 51,6

9 Sakit pada bokong 7 22,6 11 35,5 8 25,8 5 16,1

10 Sakit pada pantat 6 19,4 16 51,6 5 16,1 4 12,9

11 Sakit pada siku kiri 6 19,4 6 19,4 4 12,9 15 48,4

12 Sakit pada siku kanan 10 32,3 11 35,5 4 12,9 6 19,4

13 Sakit pada lengan bawah kiri 7 22,6 19 61,3 4 12,9 1 3,2

14 Sakit pada lengan bawah kanan 10 32,3 3 9,7 6 19,4 12 38,7

15 Sakit pada pergelangan tangan

kiri 10 32,3 11 35,5 4 12,9 6 19,4

16 Sakit pada pergelangan tangan

kanan 12 38,7 8 25,8 6 19,4 5 16,1

17 Sakit pada tangan kiri 11 35,5 9 29,0 7 22,6 4 12,9

18 Sakit pada tangan kanan 10 32,3 4 12,9 5 16,1 12 38,7

19 Sakit pada paha kiri 11 35,5 8 25,8 4 12,9 8 25,8

20 Sakit pada paha kanan 11 35,5 13 41,9 4 12,9 3 9,7

21 Sakit pada lutut kiri 7 22,6 14 45,2 5 16,1 5 16,1

22 Sakit pada lutut kanan 8 25,8 14 45,2 4 12,9 5 16,1

23 Sakit betis kiri 9 29,0 13 41,9 5 16,1 4 12,9

24 Sakit betis kanan 9 29,0 13 41,9 4 12,9 5 16,1

25 Sakit pada pergelangan kaki kiri 6 19,4 8 25,8 6 19,4 11 35,5


(1)

Risk Estimate

2.444 .572 10.448

1.619 .737 3.558

.662 .329 1.333

31 Odds Ratio for masa

bekerja pekerja (jika 1-5 tahun / jika 6-10 tahun) For cohort kategori produktivitas = baik besar dari 2

For cohort kategori produktivitas = kurang sama dengan 2 N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

kategori sikap kerja pekerja * kategori produktivitas

Crosstab

10 5 15

6.8 8.2 15.0

4 12 16

7.2 8.8 16.0

14 17 31

14.0 17.0 31.0

Count

Expected Count Count

Expected Count Count

Expected Count sesuai besar dari 10

tidak sesuai kecil sama dengan 10 kategori sikap

kerja pekerja

Total

baik besar dari 2

kurang sama dengan 2 kategori produktivitas

Total

Chi-Square Tests

5.427b 1 .020

3.875 1 .049

5.594 1 .018

.032 .024

5.252 1 .022

31 Pearson Chi-Square

Continuity Correction a

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6. 77.


(2)

Risk Estimate

6.000 1.261 28.547

2.667 1.062 6.698

.444 .206 .959

31 Odds Ratio for kategori

sikap kerja pekerja (sesuai besar dari 10 / tidak sesuai kecil sama dengan 10) For cohort kategori produktivitas = baik besar dari 2

For cohort kategori produktivitas = kurang sama dengan 2 N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

Regression

Variables Entered/Removedb

pendidikan pekerja, kategori sikap kerja pekerja, masa bekerja pekerja, kelompok umura

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: kategori produktivitas b.


(3)

Model Summaryb

.525a .276 .164 .462 2.162

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), pendidikan pekerja, kategori sikap kerja pekerja, masa bekerja pekerja, kelompok umur

a.

Dependent Variable: kategori produktivitas b.

ANOVAb

2.117 4 .529 2.474 .069a

5.561 26 .214

7.677 30 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), pendidikan pekerja, kategori sikap kerja pekerja, masa bekerja pekerja, kelompok umur

a.

Dependent Variable: kategori produktivitas b.

Coefficientsa

.845 .586 1.443 .161

.204 .184 .204 1.109 .277 .823 1.215

-.022 .202 -.022 -.109 .914 .712 1.405

.463 .174 .465 2.670 .013 .917 1.090

-.212 .207 -.199 -1.023 .316 .737 1.357 (Constant)

masa bekerja pekerja kelompok umur kategori sikap kerja pekerja

pendidikan pekerja Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: kategori produktivitas a.

Collinearity Diagnosticsa

4.678 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

.169 5.256 .00 .10 .07 .02 .26

.090 7.228 .00 .21 .03 .57 .12

.048 9.888 .01 .46 .59 .37 .05

.015 17.389 .99 .22 .31 .04 .57

Dimension 1 2 3 4 5 Model 1 Eigenvalue Condition Index (Constant) masa bekerja pekerja kelompok umur kategori sikap kerja pekerja pendidikan pekerja Variance Proportions

Dependent Variable: kategori produktivitas a.


(4)

Residuals Statisticsa

1.07 1.95 1.55 .266 31

-.713 .743 .000 .431 31

-1.811 1.499 .000 1.000 31

-1.541 1.606 .000 .931 31

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: kategori produktivitas a.

Regression Standardized Predicted Value

2 1

0 -1

-2

R

e

gress

ion S

tandardi

z

ed R

esi

d

u

a

l

2

1

0

-1

-2

Scatterplot

Dependent Variable: kategori produktivitas

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Exp

ected Cu

m Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(5)

Nama Umur Pendidikan masakerja sikapkerja1 sikapkerja2 sikapkerja3 sikapkerja4 sikapkerja5 sikapkerja6 sikapkerja7 kategoristik

x1 33 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1

x2 22 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

x3 21 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1

x4 23 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2

x5 23 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1

x6 23 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1

x7 24 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1

x8 33 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2

x9 35 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1

x10 38 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2

x11 31 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1

x12 39 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2

x13 25 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1

x14 25 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1

x15 26 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2

x16 30 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1

x17 30 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1

x18 23 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2

x19 40 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1

x20 33 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2

x21 34 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2

x22 33 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2

x23 34 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1

x24 32 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2

x24 31 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2

x26 31 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1

x27 31 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1

x28 34 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1

x29 34 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1


(6)