Dasar Pembangunan Objek Wisata

Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah : a. Prasarana umum General Infrastructure yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi perekonomian dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah • Sistem penyediaan air bersih • Pembangkit tenaga listrik • Jaringan jalan raya dan jembatan • Airport, seaport, terminal dan stasiun • Alat angkutan seperti pesawat, bus, kapal dan lain-lain • Telekomunikasi b. Kebutuhan masyarakat banyak Yaitu sarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak dan yang termasuk kelompok ini adalah :Rumah sakit, Apotik, Bank, Pompa bensin, dan Administrasi Office seperti pemerintahan umum, polisi, dan lain-lain. Tanpa adanya prasarana tersebut di atas, sukarlah bagi sarana-sarana kepariwisataan untuk dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dan travellers lainnya.

2.7 Dasar dan Kriteria Pembangunan Objek Wisata

2.7.1 Dasar Pembangunan Objek Wisata

Dasar pembangunan objek wisata dapat dikategorikan sesuai tujuan pembangunan sumber daya sebagai objek wisata, sebagai berikut : 1. Komersil Dalam pembangunan objek wisata maka masalah keuntungan keuangan objek wisata merupakan faktor pokok yang lebih diperhatikan dan lebih diperhitungkan dari faktor lain. 2. Pengembangan sosial ekonomi regional Pertimbangan utama adalah apakah pembangunan objek wisata itu mampu memberikan dampak sosial ekonomi regional walaupun secara ekonomi mikro objek wisata itu tidak layak. 3. Kebutuhan rekreasi masyarakat Universitas Sumatera Utara Objek wisata pertama-tama dibangun dengan maksud memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pemerintah berkewajiban membangun tempat-tempat rekreasi. Masyarakat ataupun wisatawan biasanya tidak dipungut bayaran untuk berkunjung ke tempat tersebut. Contoh : Taman- Taman Kota, Taman Monas dan sebagainya. 4. Optimalisasi sumber daya yang memiliki fungsi lain Sering terjadi pembangunan atau pemanfaatan sumber daya sebagai objek wisata bukan tujuan utama, karena tujuan utamanya antara lain : untuk konservasi plasma penelitian, pendidikan, perlindungan tata air dan lain sebagainya. Pemanfaatan-pemanfaatan sebagai objek wisata merupakan optimalisasi pemberdayagunaan sumber daya, Contoh :Taman Nasional, Museum dan Cagar Alam. Adapun dasar pertimbangan pembangunan sesuatu objek wisata, maka hal yang mendasar adalah objek wisata harus mampu menarik dan memuaskan pengunjung, dan berdasarkan Undang-Undang No 4 tahun 1982 tentang ketentuan- ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1986 tentang analisis mengenai dampak lingkungan dan harus memperhatikan dampak lingkungan. Dasar pertimbangan pembangunan objek wisata berpedoman pada : a. Layak Finansial Biasanya membandingkan besaran keuntungan dengan proyek lain dengan menerapkan komersil perbandingan biaya dan penerimaan serta pengembalian modal. b. Layak Sosial Ekonomi Regional Pada mulanya dinilai dari layak finansial, namun andai kata dari sudut finansial proyek rugi, proyek tetap diteruskan apabila layak ekonomi regional. Dalam kaitan ini analisa “biaya dan manfaat” biasanya digunakan karena lebih memberikan gambaran dampak nyata pariwisata yang memberikan batas perbandingan ratio penting, seperti penerimaan devisa pada setiap unit investasi, modal biaya pada setiap penciptaan lapangan kerja dan penerimaan daerah atau negara pada setiap unit penanaman modal. Universitas Sumatera Utara c. Layak Teknis Layak teknis berkaitan dengan apakah objek wisata yang ingin dibangun itu dipertanggungjawabkan, misalnya dari segi “daya dukung”. Apabila daya dukung itu sangat rendah, misalnya karena objek yang bersangkutan berbahaya bagi pengunjung, maka pembangunan objek secara teknis tidak layak, dapat juga suatu objek wisata tidak layak teknis karena tidak terdapat supply air bersih dan sebagainya. d. Layak Linkungan Berdasarkan PP Nomor 29 tahun 1986 tentang analisis mengenai dampak linkungan yang menegaskan apabila : “Analisis dampak lingkungan menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi yang bertanggug jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan”.

2.7.2 Kriteria Pembangunan Objek Wisata