BOD Chemical Oxygen Demand COD

masyarakat sehingga dapat mempengaruhi keberadaan nilai oksigen terlarut. Dengan rata-rata konsentrasi oksigen terlarut tertinggi sebesar 7,7 mgl, sesuai dengan standart baku mutu air untuk air minum yang disyaratkan 6 mgl baku mutu air PP No.82 tahun 2001, artinya air Tangkahan termasuk kriteria kelas I yaitu layak untuk diminum. Menurut Effendi 2003, kadar oksigen terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman bergantung pada pencampuran, dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah. Menurut Barus 2004, sumber oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara, melalui kontak antara permukaan dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Organisme air akan hidup dengan baik jika nilai oksigen terlarut lebih besar dari 5,0 mgl air. Menurut Nybakken 1992, masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuari, bersama-sama dengan kedangkalannya, pengadukannya, dan pencampuran oleh angin, biasanya berarti cukupnya persediaan oksigen didalam air. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan variasi parameter tersebut.

f. BOD

5 Biologycal Oxygen demand Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai BOD 5 pada masing-masing stasiun penelitian diperoleh rata-rata nilai BOD 5 berkisar antara 0,2-0,96 mgl, tertinggi terdapat pada stasiun 4 yakni 0,96 mgl, hal ini dapat dilihat dari nilai Universitas Sumatera Utara oksigen terlarut pada stasiun ini sangat rendah, sehingga terjadi defisit oksigen. Rata-rata nilai BOD 5 terendah terdapat pada stasiun 1 yakni 0,2 mgl. Dengan rata-rata BOD 5 tertinggi sebesar 0,96 mgl, sesuai dengan standart baku mutu air untuk air minum yang disyaratkan 2 mgl baku mutu air PP No.82 tahun 2001, artinya air Tangkahan termasuk kriteria kelas I yaitu layak untuk diminum. Menurut Effendi 2003, BOD 5 merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. BOD 5 hanya menggambarkan bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis. Bahan organik ini dapat berupa lemak, protein, glukosa dan sebagainya. Bahan organik dapat berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan yang mati atau hasil buangan limbah domestik dan industri.

g. Chemical Oxygen Demand COD

Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata COD berkisar antara 0,8-3,84 mgl, tertinggi pada stasiun 4. Stasiun 4 menunjukkan bahwa limbah yang berasal dari aktifitas masyarakat mengandung banyak senyawa organik dan anorganik yang harus diuraikan secara kimia karena tidak dapat diuraikan hanya secara biologis saja. Nilai terendah terdapat pada stasiun 1 dimana daerah ini merupakan daerah tanpa aktivitas kontrol. Menurut Kristanto 2002, untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan, misalnya Kalium Dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik Universitas Sumatera Utara yang terdapat dalam air. Banyaknya bahan organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara cepat berdasarkan pengujian BOD 5 , tetapi senyawa organik tersebut juga menurunkan kualitas air. Bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD.

h. Nitrat