d. pH Air
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai pH pada masing-masing stasiun penelitian, pH berkisar antara 7,24-7,52. Nilai rata-rata pH tertinggi
terdapat pada stasiun 3 yakni 7,52. Rata-rata nilai pH terendah terdapat pada stasiun 3 yakni 7,24. Menurut Barus 2004, organisme air dapat hidup dalam
suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basah lemah. Dengan kisaran pH seperti ini dapat
dikategorikan bahwa perairan Tangkahan masih layak untuk diminum sesuai dengan baku mutu air PP No.82 tahun 2001.
Menurut Kristanto 2002, nilai pH air yang normal adalah sekitar netral yaitu 6-8, sedangkan pH air yang tercemar misalnya air limbah buangan,
berbeda-beda tergantung pada jenis limbahnya. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. Semakin lama pH air
akan menurun menuju kondisi asam. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya bahan-bahan organik yang membebaskan CO
2
jika mengalami proses penguraian.
e. Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai oksigen terlarut pada masing- masing stasiun penelitian diperoleh rata-rata nilai oksigen terlarut berkisar antara
6,76-7,7 mgl. Tertinggi terdapat pada stasiun 1 yakni 7,7 mgl, penyebaran nilai oksigen terlarut mulai dari jam 06.00-18.00 merata. Stasiun 1 merupakan stasiun
yang tidak terdapat aktfitas. Rata-rata nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 4 yakni 6,76 mgl. Stasiun 4 merupakan stasiun yang terdapat aktifitas
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sehingga dapat mempengaruhi keberadaan nilai oksigen terlarut. Dengan rata-rata konsentrasi oksigen terlarut tertinggi sebesar 7,7 mgl, sesuai
dengan standart baku mutu air untuk air minum yang disyaratkan 6 mgl baku mutu air PP No.82 tahun 2001, artinya air Tangkahan termasuk kriteria kelas I
yaitu layak untuk diminum. Menurut Effendi 2003, kadar oksigen terlarut dalam perairan alami
bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman bergantung
pada pencampuran, dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah. Menurut Barus 2004, sumber oksigen terlarut dalam air adalah
penyerapan oksigen dari udara, melalui kontak antara permukaan dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Organisme air akan hidup dengan baik jika nilai
oksigen terlarut lebih besar dari 5,0 mgl air. Menurut Nybakken 1992, masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuari, bersama-sama
dengan kedangkalannya, pengadukannya, dan pencampuran oleh angin, biasanya berarti cukupnya persediaan oksigen didalam air. Karena kelarutan oksigen dalam
air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan variasi parameter tersebut.
f. BOD