Analisis Varian atau Uji F Analisis Korelasi

disimpulkan bahwa sungai tangkahan mempunyai tingkat keanekaragaman plankton yang rendah. Rata-rata indeks keseragaman tertinggi pada masing-masing stasiun terdapat pada stasiun 1 sebesar 0,782. Indeks rata-rata keseragaman tertinggi unutuk masing-masing periode terdapat pada jam 18.00 WIB yaitu sebesar 0,705 pada stasiun dan periode tersebut penyebaran plankton merata dan tidak ada spesies yang mendominasi, sedangkan indeks keseragaman yang terendah pada masing-masing stasiun terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,306, dan pada masing- masing periode terdapat pada jam 12.00 WIB sebesar 0,277. Menurut Krebs 1985 apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu setiap genus tidak sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut. Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka populasi plankton menunjukkan keseragaman jumlah individunya merata.

4.6 Analisis Varian atau Uji F

Berikut adalah tabel Analisis Varian yang telah dilakukan terhadap populasi plankton yang terdapat di seluruh stasiun dan periode. Tabel 4.7. Analisis Varian Populasi Plankton Per Stasiun Sumber Variasi Derajat Bebas Nilai Total Perlakuan Nilai Rataan F Hitung F Tabel Antar Stasiun 3 47755,53 15918,51 Galat 89 1886366 20283,51 Total 92 0,95 2,72 4,04 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.7 diatas karena F = 0,95 maka F 2,72 pada level 0.05 sehingga daerah penolakan yang dipakai adalah terima Ho. Dimana Ho merupakan U1=U2=U3 atau perbedaan mean tidak signifikan sehingga tidak diperlukan uji signifikan selanjutnya. Tabel 4.8. Analisis Varian Populasi Plankton Per Periode Berdasarkan Tabel 4.8 diatas karena F = 0,855 maka F 2,44 pada level 0.05 sehingga daerah penolakan yang dipakai adalah terima Ho. Dimana Ho merupakan U1=U2=U3 atau perbedaan mean tidak signifikan sehingga tidak diperlukan uji signifikan selanjutnya. Dari tabel diatas hasil uji analisis varian baik antar stasiun dan antar periode tidak ada perbedaan yang signifikan, hal ini disebabkan karena nilai faktor fisik dan kimia air tidak berbeda tajam antar stasiun dan antar periode, sehingga perbedaan antar periode dan antar stasiun tidak berbeda signifikan. Nilai keanekaragaman baik antar stasiun dan antar periode termasuk kedalam kategori keanekaragaman rendah, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang sangat signifikan baik antar periode maupun antar stasiun. Sumber Variasi Derajat Bebas Nilai Total Perlakuan Nilai Rataan F Hitung F Tabel Antar Stasiun 4 64176,7 16044,17 Galat 108 2024378,3 18744,24 Total 112 1,042 2,44 3,47 Universitas Sumatera Utara

4.7 Analisis Korelasi

Nilai korelasi yang diperoleh antara parameter fisik kimia perairan dengan keanekaragaman plankton dengan metode komputerisasi SPSS ver. 16.00 dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Nilai Analisis Korelasi Keanekaragaman Plakton dengan Faktor Fisik - Kimia Perairan Parameter Korelasi Pearson Suhu -0,019 H Kec.Arus -0,723 BOD 5 -0,036 NO 3 -0,018 I. Cahaya +0,469 Ph +0,328 DO +0,204 COD +0,677 PO 4 +0,208 Keterangan: Nilai + = Korelasi Searah Positif Nilai - = Korelasi Berlawanan Negatif Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi pearson antara beberapa faktor fisik kimia perairan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan indeks diversitas H’. Nilai + menunjukkan hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai Indeks diversitas H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula, sedangkan nilai - menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai Indeks Keanekaragaman H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin besar. Dari hasil analisis korelasi pearson di atas, dapat dilihat bahwa faktor fisik kimia perairan yang berkorelasi tidak searah berbanding terbalik adalah suhu, Universitas Sumatera Utara nitrat, BOD 5 dan kecepatan arus. Hubungan yang sangat rendah dengan arah korelasi berlawanan adalah suhu, nitrat, BOD 5, dan hubungan yang kuat adalah kecepatan arus. Menurut Barus 2004, kenaikan temperatur hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air kesulitan untuk melakukan respirasi yang selanjutnya akan mempengaruhi keanekaragaman organisme. Menurut Wibisono 2005, plankton juga dipengaruhi oleh musim dan oseanografi setempat misalnya dapat dipengaruhi oleh pasang surut, gelombang dan arus. Ewusie 1990, menyatakan bahwa plankton tidak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Supriharyono 2000, menyatakan bahwa semakin tinggi nilai BOD suatu badan perairan maka semakin buruk kondisi perairan tersebut. Sebab jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik semakin banyak, sehingga menurunkan nilai oksigen yang terlarut, dengan demikian kondisi air menjadi miskin oksigen sehingga plankton dan organisme air lainnya tidak dapat berkembang dengan baik. Dojlido dan Best 1992, menyatakan bahwa kadar nitrogen yang tinggi dalam perairan dapat merangsang pertumbuhan algae secara tak terkendali Universitas Sumatera Utara blooming. Konsentrasi nitrit yang tinggi dapat menyebabkan perairan menjadi tercemar. Dari hasil analisis korelasi pearson di atas, dapat dilihat bahwa faktor fisik kimia perairan yang berkorelasi searah dengan keanekaragaman diantaranya adalah oksigen terlarut, intensitas cahaya, pH, COD, dan fosfat. Hubungan yang rendah adalah fosfat, oksigen terlarut, pH, dan hubungan yang sedand adalah intensitas cahaya, hubungan yang kuat adalah COD. Menurut Wardhana 1995, kehidupan mikroorganisme dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Air yang tidak mengandung oksigen tidak akan memberikan kehidupan bagi kehidupan mikroorganisme dan hewan air lainnya. Pada umumnya perairan di lingkungan yang tercemar kandungan oksigennya rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecahmendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan buangan yang mudah menguap ditandai dengan bau busuk. Makin banyak bahan buangan organik dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Pescott 1973, menyatakan bahwa derajat keasaman pH merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan produktivitas suatu perairan. Setiap organisme membutuhkan derajat keasaman pH yang optimum bagi kehidupannya. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi bergantung pada faktor fisika, kimia dan biologi. Menurut Nybakken 1988, fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai kesuatu sel alga lebih besar daripada suatu Universitas Sumatera Utara intensitas tertentu. Cahaya matahari dibutuhkan oleh tumbuhan air fitoplankton untuk proses assimilasi. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton suatu perairan. Boyd 1982, menyatakan bahwa keberadaan fosfor di perairan adalah sangat penting terutama berfungsi dalam pembentukan protein dan metabolisme bagi organisme. Fosfor juga berperan dalam transfer energi di dalam sel misalnya adenosine triphosfate ATP dan adenosine diphosphate ADP. Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk yang paling sederhana di perairan. Menurut Barus 2004, nilai COD menyatakan jumlah oksigen total yang dibutuhkan dalam proses oksidasi untuk menguraikan senyawa organik maupun senyawa anorganik baik secara kimia maupun secara biologis. Semakin tinggi nilai COD akan mengakibatkan konsumsi oksigen meningkat disamping itu proses pembentukan oksigen dari hasil fotosintesis relatif tetap. Menurut Sarwono 2006, tingkat hubungan nilai indeks korelasi dinyatakan sebagai berikut: Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN