Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

yang lain, diharapkan akan turut membantu perkembangan kinerja guru di sekolah. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka guru akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan prestasi, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Guru yang memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan mengantarkan mereka pada hasil kerja yang baik pula. Keefektifan komunikasi formal dapatlah diartikan sebagai keberhasilan komunikasi antara kepala sekolah dengan para bawahannya guru. Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan di atas, penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada tersebut dengan judul Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan.”

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sebagai upaya membatasi penelitian agar lebih terarah, dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah ditentukan Hariwijaya dan Basri, 2005 : 59. Berdasakan pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Pengaruh Komunikasi Fomal Terhadap Guru SMA Negeri 5 Medan?”

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah disebut juga ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Sebagai upaya membatasi masalah penelitaan agar tidak terlalu luas dan membingungkan. Pembatasan masalah berusaha menentukan fokus utama penelitian yang dilakukan dan tujuan penelitian, dilanjutkan dengan penyusunan hipotesa jika dimungkinkan Hariwijaya dan Basri, 2005 : 31. Dan yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian ini terbatas pada para guru SMA Negeri 5 Medan. 2. Penelitian untuk mengetahui pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan. 3. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Medan, Jalan. 4. Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2011 sampai selesai. 5. Penelitian ini mengunakan metode korelasional, yang mencari atau menjelaskan hubungan antara pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui komunikasi formal yang dilakukan guru SMA Negeri 5 Medan. 2. Untuk mengetahi pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja yang dilakukan guru SMA Negeri 5Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah: 1. Secara teoritis dapat merapkan ilmu yang diterima peneliti selam menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, serta memperkaya konsep dan teori mengenai pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian komunikasi khususnya komunikasi formal di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi SMA Negeri 5 Medan.

1.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang mengambarkan dari sudut mana penelitian akan disorati Nawawi, 2001 : 40. Menurut Kerlinger, teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis, dengan cara merumuskan hubungan antar konsep Singarimbun, 1995 : 37. Kerangka teori juga membanatu penelitian dalam menentukan tujuan serta arah penelitian dan menjadi dasar pijakan agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan konsisten. Adapun teori teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi sangat sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari seluruh aktifitas manusia tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan agar tercipta saling pengertian antara sesama manusia sehinga dapat hidup saling berdampingan dalam hidup bermasyarakat . Menurut Ruben Arni, 1992 : 3, komunikasi adalah suatu proses melalui individu berhubungan dengan kelompok, organisasi, dan masyarakat, menciptakan, menyampaikan, dan mengunakan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Efendy 2005 : 50, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Carl I Holvland dalam buku Social Comunication, komunikasi adalah proses bilamana individu komunikator mengoper stimulans biasanya lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku lainnya komunikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, dan akan berhasil bila terjadi saling pengertian di antara kedua belah pihak yang berkomunikasi.

1.5.2 Komunikasi Formal

Komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu: 1. Downward comunication atau komunikasi kepada bawahan. Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pernyataan dan kebijakan umum. Menurut Lewis 1987 komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah imformasi, mencegah kesalah pahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. 2. Upward communication atau komunikasi kepada atasan Yang dimaksud dengan komunikasi keatasan adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini akan mempunyai efek akan penyempurnaan moral dan sikap bawahan. Menurut Smith Goldhaber,1986 komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pemimpin memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatau pesan yang disampaikan kepada dan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan bagi depertemennya atau organisasinya. 3. Horizontal communication atau komunikasi horizontal Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Tujuan komunikasi horizontal yaitu: a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana memberikan konstribusi dalam mencapai suatu tujuan tertentu. b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik dari pada ide satu orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal sangat diperlukan utuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program dalam hubungan dengan masyarakat, anggota- anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang mereka lakukan. c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral . d. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. e. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi, dan depertemen diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau depertemen tentang perubahan itu. Kemungkinan suatu unit dengan unit lainya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut. f. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional sesama rekan sekerja.

1.5.3 Pengertian Kinerja Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. Menurut Hadari Nawawi kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam menggapai tujuan. Sementara menurut Suryo Subroto kinerja dalam PBM adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi afektif, kognitif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran. Dengan demikian, dari beberapa pengertian di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa pengertian kinerja guru yang dimaksud adalah kemampuan kerja guru yang ditampilkan dalam kegiatan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Kemampuan kerja yang tinggi atau rendah dapat terlihat dari apa yang telah dicapai dan prestasi yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Kinerja seseorang merupakan kemampuan, usaha yang ditunjukkan sehingga dapat dinilai dari hasil kerjanya. Kinerja dalam hal ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekedaan sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam usaha penerapan ide dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam suatu organisasi lembaga pendidikan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru dalam bidangnya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. Dengan adanya keterampilan dan kemampuan ini akan dapat mempengaruhi pula kinerja dalam lembaga pendidikan. Tenaga pendidikan, dalam hal ini sate diantaranya adalah guru mempunyai kewajiban bukan hanya mengajar tetapi juga melatih, serta memberikan pelayanan yang bersifat teknik dalam bidang pendidikan. W. Robert Houston, memberikan pengertian kompetensi adalah sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Suatu profesi yang bersifat profesional maka akan dituntut profesionalisme yang paling menonjol dari keprofesionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, keterampilan dan kompetensi keguruannya. Tetapi sebelum kita beranjak jauh mengenai kompetensi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesinya, terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setup guru, mengingat suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan seseorang pastilah nanti akan dipintakan pertanggungjawabannya, baik itu kepada masyarakat. Tanggung jawab seorang guru tentunya sangat kompleks dan beraneka ragam, baik itu tanggung jawab membimbing, mendidik, melatih mereka yang dipertanggungjawabkan anak didik. Tanggung jawab guru harus juga diterima oleh seluruh elemen masyarakat yang menggunakan anak didiknya. Oleh karena itu guru yang profesional adalah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hasil kerjanya, tentunya akan melaksanakan tugas yang diembannya sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan guru yang baik bukan hanya yang datang ke kelas, kemudian memberi tugas yang banyak kepada anak didiknya lalu pulang. Tapi guru yang baik adalah guru yang dapat mentransfer seluruh ilmu yang ada pada dirinya, menjadikan dirinya teladan bagi anak didiknya. Mochtar Buchori, menurut suku Jawa, guru adalah singkatan dari ungkapan “digugu Ian ditir”, artinya guru adalah orang yang harus selalu dapat ditaati dan diikuti. Maksudnya digugu adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh guru harus dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh seorang murid, kemudian guru juga harus ditiru, kedua, guru teladan bagi murid-muridnya. Guru dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap berhasil tidaknya pendidikan. Jadi dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: a. Penguasaan materi b. Penguasaan strategi c. Penguasaan ilmu dan wawasan d. Serta memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan tugas guru pada umumnya dibedakan menjadi tiga bagian, tugas personal, tugas sosial, tugas profesional seperti yang dikemukakan oleh Piet Sahertian berikut ini: 1 Tugas Personal Tugas personal atau pribadi ini menyangkut pribadi guru, oleh karena itu guru sebelum memaharni tentang keanekaragaman kepribadian anak didiknya maka terlebih dahulu seorang guru harus tabu dan paham mengenai konsep dirinya sendiri. P. Wiggens dalam bukunya Student Teacher in Action seperti yang dikutip oleh Piet Sahertian, Wiggens menulis bahwa seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri. Bila ia berkaca ia melihat bukan satu pribadi tetapi tiga pribadi, yaitu: a Saya dengan konsep diri saya self concept b Saya dengan ide diri saya self idea c Saya dengan realita diri saya self reality Apabila seorang guru sudah paham mengenai konsep dirinya, maka hal yang terlebih dahulu dilakukan seorang guru setelah mengajar ialah sejenak melakukan refleksi mengenai pengajaran yang telah dilakukan, apakah segala materi yang telah diberikannya kepada anak didiknya dapat dipahami serta bagaimana hasil akhir yang diterima anak didiknya? 2 Tugas Sosial Tujuan serta misi seorang guru dalam melakukan pekerjaannya adalah misi kemanusiaan, itu artinya perlu adanya keikhlasan dari seorang guru dalam melakukan tugasnya karena guru mempunyai tugas sosial yang diembannya. Akan tetapi melihat fenomena yang sedang terjadi sekarang ini adalah kondisi jumlah nominal dana kesejahteraan seorang guru yang ternyata tidak mencukupi segala kebutuhan yang diperlukan oleh guru beserta keluarganya, sehingga efeknya nilai kemanusiaan yang dibarengi dengan nilai keikhlasan dari tugas guru sudah mulai pudar. 3 Tugas Profesional Kompetensi atau keterampilan guru juga harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional, hat ini dimaksudkan agar proses pembelajaran antara guru dengan seorang murid lebih efektif mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Oleh karena itu menurut Muhammad Nurdin, bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan profesional apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a Memiliki spesialisasi ilmu b Memiliki kode etik dalam menjalankan profesi c Memiliki organisasi profesi d Diakui oleh masyarakat e Sebagai panggilan hidup f Harus dilengkapi kecakapan dalam diagnostik, kecakapan dalam mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan klien atau masalah- masalah yang berkaitan dengan teori-teori dalam bidang profesinya. Prinsip profesionalitas menurut RUU Guru dan Dosen: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketaqwaan, dan akhlak mulia 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6. Memperolah penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan 9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Jadi tugas guru dalam profesinya harus bersifat profesional, guru harus memiliki keterampilan dan kemampuan yang lebih dibandingkan anak didiknya. Kegiatan mengajar, melatih dan membimbing paling tidak harus dimiliki oleh seorang guru maka anak didik tidak sungkan-sungkan menjadikan gurunya sebagai teman curhat, tempat bertanya dari segala persoalan dan lain sebagainya.

1.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengespresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta untuk yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk mengambarkan berbagi fenomena yang sama Kriyantono, 2007 : 149. Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dan menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawapan sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar kosep- konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas x Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau mumculnya faktor atau unsur yang lain Nawawi, 1915 : 40. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi formal. 2. Variabel Terikat y Variabel terikat adalah sejumalah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau muncul di pengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain Nawawi, 1995 : 40. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru.

1.7 Model Teoritis