BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Proses Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dari berbagai bahan bacaan buku dan bahan – bahan lainnya yang diperoleh peneliti dari berbagai situs di
internet. Kemudian peneliti mempelajari berbagai bahan bacaan tersebut, sehingga diperoleh data – data yang relevan dan dapat mendukung penelitian ini.
Untuk memperoleh data jumlah guru yang masih aktif mengajar di SMA Negeri 5 Medan, peneliti mengajukan surat izin penelitian dari bagian pendidikan FISIP USU untuk
dapat memperoleh data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, jumlah guru yang masih aktif mengajar yaitu sebanya 92 orang. Selanjutnya, peneliti menyebar kuesioner
kepada para guru.
IV.2 Teknik Pengolahan Data
Setelah peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dari 92 responden, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data, adapun tahap – tahap pengolahan data adalah sebagai
berikut : 1.
Penomoran kuesioner Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal 01-92
2. Editing
Merupakan proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesalahan pengisian data kedalam kotak
yang disediakan.
3. Coding
Pemindahan jawaban responden kedalam kotak – kotak kode yang tekah disediakan pada kuesioner dalam bentuk angka score
4. Inventarisasi Variabel
Data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar Foltron Cobolt FC sehingga memuat seluruh data dalam satu kemasan.
5. Tabulasi Data
Pada tahap ini, data dari lembar Foltron Cobolt FC dimasukkan kedalam table tunggal dan table silang. Penyebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori
frekuensi , persentase, dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 17,0.
IV.3 Analisis Tabel Tunggal IV.III. 1 Karalteristik Responden
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Pria 22
23.9 Wanita
70 76.1
Frequency Percent
Valid Pria 22
23.9 Wanita
70 76.1
Total 92
100.0
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dari jumlah keseluruh responden sebanyak 92 orang, diketahui bahwa sebanyak 22 orang berjenis kelamin pria 23,9 dan 70
orang berjenis kelamin wanita 76,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak guru berjenis kelamin wanita yang mengajar di SMA Negeri 5 Medan.
Tabel 4.2 Umur
Frequency Percent
Valid 25-35 tahun 11
12.0 36-46 tahun
33 35.9
diatas 47 tahun 48
52.2 Total
92 100.0
Pada tabel 4.2 diatas, menunjukkan umur rata-rata dari para guru yang mengajar di SMA Negeri 5 Medan. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui
bahwa, dari 92 responden terdapat 11 orang berumur 25-35 tahun 12, 33 orang berumur 36-46 tahun 35,9, dan 48 orang berumur diatas 47 tahun 52,2.Dengan
demikian dapat disimpulak bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SMA Negeri 5 Medan rata-rata berusia diatas 47 tahun.
Tabel 4.3 PangkatGolongan
Frequency Percent Valid I
- -
II -
- III
28 30.4
IV 61
66.3 tidak ada golongan
3 3.3
Total 92
100.0
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa, dari 92 orang guru yang aktif mengajar tidak ada yang berada pada pangkatgolongan I dan II; melainkan, 28 orang
berpangkatgolongan III 30,4, 61 orang berpangkatgolongan IV 66,3 dan 3 orang tidak memiliki pangkatgolongan 3,3. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa mayoritas guru di SMA Negeri 5 Medan berpangkatbergolongan IV, hal itu juga dihubungakan dengan usia para guru yang rata-rata berusia diatas 47 tahun.
IV.III.2 Komunikasi Formal Veriabel Bebas Tabel 4.4
Komunikasi kepala sekolah dengan guru
Frequency Percent
Valid sangat baik 29
31.5 Baik
54 58.7
tidak baik 9
9.8 Total
92 100.0
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 92 orang responden berpendapat komunikasi yang terjalin antara kepala sekolah dengan guru baik, hal itu
ditunjukkan dengan sebanyak 54 orang responden berpendapat baik 58,7, sementara 29 orang responden berpendapat sangat baik 31,5 dan 9 orang
responden berpendapat tidak baik 9,8. Dari hasil diatas dapat ditunjukkan bahwa, komunikasi yang selama ini sudah
terjalin antara kepala sekolah dan para guru sudah berjalan dengan baik. Walaupun juga terlihat pendapat yang menyatakan tidak baik, namun ada pula responden yang
berpendapat sangat baik. Menurut beberapa responden, hal itu bisa saja dipengaruhi oleh faktor situasi dan kondisi baik fisik maupun psikis dari para responden.
Tabel 4.5 Efekpengaruh dari komunikasi formal kepala sekolah kepada guru
Frequency Percent Valid sangat terpengaruh
22 23.9
Terpengaruh 62
67.4 tidak terpengaruh
8 8.7
Total 92
100.0
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa komunikasi formal yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru mampu memberikan efek terhadap sekolah. Hal itu
dilihat dari 62 orang responden 67,4 berpendapat terpengaruh oleh komunikasi formal, 22 orang responden berpendapat sangat terpengaruh, dan 8 orang responden
8,7 berpendapat tidak terpengaruh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar kegiatan yang terjadi
pada sekolah dipengaruhi oleh komunikasi formal yang dilakukan oleh kepala sekolah
kepada guru. Menurut responden, contoh nyatanya adalah pemeberian tugas dari kepala sekolah kepada guru.
Tabel 4.6 Pengaruh komunikasi formal kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
Frequency Percent
Valid sangat berpengaruh 22
23.9 Berpengaruh
49 53.3
tidak berpengaruh 21
22.8 Total
92 100.0
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa komunikasi formal yang dilakukan kepala sekolah mampu mempengaruhi kinerja guru. Hal itu dilihat dari jumlah
responde yang menyatakan berpengaruh terdapat 49 orang responden 53,3, 22 orang responden 23,9 berpendapat sangat berpengaruh dan 21 orang responden
22,8 berpendapat tidak berpengaruh. Menurut para responden, dengan adanya komunikasi formal yang diterapkan
kepala sekolah kepada guru semakin memperjelas pemberian tugas. Dengan demikian kinerja para guru semakin jelas pula dan terarah sesuai dengan tujuan.
Tabel 4.7 Penggunaan komunikasi formal yang digunakan kepala sekolah kepada guru
Frequency Percent Valid sangat berpengaruh
28 30.4
Berpengaruh 54
58.7 tidak berpengaruh
10 10.9
Total 92
100.0
Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa 54 orang responde 58,7 merasa komunikasi formal berpengaruh pada kedekatan kepala sekolah dan guru-guru, 28
orang responden 30,4 berpendapat sangat berpengaruh dan 10 orang responden 10,9 berpendapat tidak berpengaruh.
Menurut para responden, semakin sering terjadi komunikasi formal antara kepala sekolah dengan guru maka akan semakin sering mereka bertatap muka. Hal itu
lah yang akan lebih mendekatkan kedua berlah pihak.
Tabel 4.8 Komunikasi Formal guru kepada kepala sekolah
Frequency Percent
Valid sangat baik 12
13.0 Baik
64 69.6
tidak baik 16
17.4 Total
92 100.0
Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa komunikasi formal yang dilakukan oleh guru kepada kepala sekolah terjalin dengan baik. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya 64 orang responden 69,6 berpendapat baik, 12 orang responden 13,0 berpendapat sangat baik dan 16 orang responden 17,4 berpendapat tidak baik.
Menurut para responden, dalam komunikasi formal yang dilakukan guru kepada kepala sekolah sudah berjalan baik. Hal itu dibuktikan dengan dengan adanya
pengertian kedua belah pihak, namun walaupun demikian ada beberapa responden yang menyatakan tidak baik. Hal itu disebabkan adanya kesalahpahaman dari
komunikasi yang terjadi.
Tabel 4.9 Komunikasi Formal kepada kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
Frequency Percent
Valid sangat berpengaruh 14
15.2 Berpengaruh
57 62.0
tidak berpengaruh 21
22.8 Total
92 100.0
Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa komunikasi formal yang dilakukan oleh guru kepada kepala sekolah berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Hal
itu ditunjukkan dengan 57 orang responden 62,0 berpendapat berpengaruh, 14 orang responden 15,2 sangat berpengaruh dan 21 orang responden 22,8 tidak
berpengaruh. Menurut para responden, dengan adanya komunikasi formal yang dilakukan
kepala sekolah kepada guru semakin memperjelas pemberian tugas. Dengan kejelasan pemberian tugas, maka guru semakin mampu mejalankan kerja sesuai dengan
tugasnya. Hal inilah yang dikatakan sebagai pendukung peningkatan kinerja guru.
Tabel 4.10 Komunikasi Formal kepada kepala sekolah dalam
memberi efekterhadap sekolah
Frequency Percent Valid sangat berpengaruh
19 20.7
Berpengaruh 57
62.0
tidak berpengaruh 16
17.4 Total
92 100.0
Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa komunikasi formal yang dilakukan oleh guru kepada kepala sekolah mampu memberi efekpengaruh terhadap
sekolah. Hal itu dilihat dari 57 orang responden 62,0 menyatakan berpengaruh, 19 orang responden 20,7 sangat berpengaruh, dan 16 orang responden 17,4 tidak
berpengaruh. Menurut para responden, apabila komunikasi formal yang terjadi berjalan
dengan baik maka hal itu bisa memberikan efek yang baik pula. Segala komunikasi formal yang terjadi mampu memberikan efekpengaruh terhadap sekolah.
Tabel 4.11 Komunikasi Formal kepala sekolah kepada guru-guru untuk
kedekatan dengan guru-guru
Frequency Percent Valid sangat berpengaruh
17 18.5
Berpengaruh 60
65.2 tidak berpengaruh
15 16.3
Total 92
100.0
Dari tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa komunikasi formal yang digunakan kepala sekolah kepada guru-guru berpengaruh dalam kedekatan antara
kepala sekolah dengan guru-guru. Hal itu ditunjukkan dengan adanya 60 orang responden 65,2 menyatakan berpengaruh, 17 orang responden 18,5
menyatakan sangat berpengaruh, dan 15 orang responden 16,3 tidak berpengaruh. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasi formal dapat
mendekatkan kepala sekolah dengan guru-guru. Menurut para responden komunikasi formal yang dilakukan mampu memudahkan kepala sekolah dan guru-guru untuk
bertukar pikiran sehingga menjadi lebih dekat dan akrab.
Tabel 4.12 Komunikasi formal antara sesama guru untuk membantu
memecahkan masalah dalam sekolah
Frequency Percent Valid sangat membantu
20 21.7
Membantu 64
69.6 tidak membantu
8 8.7
Total 92
100.0
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa komunikasi fromal yang terjadi antara sesama guru dapat membantu memecahkan masalah dalam sekolah. Hal itu
ditunjukkan dengan 64 orang responden 69,6 menyatakan membantu, 20 orang
responden 21,7 menyatakan sangat membantu, dan 8 orang responden 8,7 menyatakan tidak membantu.
Menurut para responden, dengan adanya komunikasi formal yang terjadi antara sesama guru, maka akan makin mendekatkan diri dan mampu memcahkan
masalah yang sedang dihadapi di sekolah.
Tabel 4.13 Komunikasi formal sesama guru untuk menjalin hubungan dengan baik
Frequency Percent Valid sangat dapat
19 20.7
Dapat 60
65.2 tidak dapat
13 14.1
Total 92
100.0 Dari tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa komunikasi formal yang
digunakan sesama guru dapat menjalin hubungan dengan baik. Hal itu ditunjukkan dengan 60 orang responden 65,2 menyatakan dapat menjalin hubungan dengan
baik, 19 orang responden 20,7 menyatakan sangat dapat, dan 13 orang responden 14,1 menyatakan tidak dapat.
Menurut para responden semakin sering mereka melakukan komunikasi formal dengan sesama guru, maka akan semakin mendekatkan mereka. Kedekatan
tersebut mampu menjalin hubungan lebih baik.
Tabel 4.14 Komunikasi formal sesama guru dalam meningkatkan kinerja guru
Frequency Percent Valid sangat berpengaruh
23 25.0
Berpengaruh 62
67.4 tidak berpengaruh
7 7.6
Frequency Percent Valid sangat berpengaruh
23 25.0
Berpengaruh 62
67.4 tidak berpengaruh
7 7.6
Total 92
100.0
Dari tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa komunikasi formal yang dilakukan oleh sesama guru lebih mampu meningkatkan kinerja guru. Hal itu
ditunjukkan dengan 62 orang responden 67,4 menyatakan berpengaruh, 23 orang responden 25,0 menyatakan sangat berpengaruh, dan 7 orang responden
menyatakan tidak berpengaruh 7,6. Menurut para responden komunikasi formal yang dilakukan oleh sesama guru
lebih mampu berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Hal itu dikarenakan membuat mereka lebih bisa bertukar pikiran dalam menyelesaikan tugas masing-
masing.
Tabel 4.15 Penggunaan komunikasi formal mempengaruhi kedekatan sesama guru
Frequency Percent Valid sangat berpengaruh
21 22.8
Berpengaruh 57
62.0 tidak berpengaruh
14 15.2
Total 92
100.0
Dari tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan komunikasi formal mampu mempengaruhi kedekatan sesama guru. Hal itu dilihat dari 57 orang
responden 62,0 menyatakan berpengaruh, 21 orang responden 22,8 menyatakan sangat berpengaruh, dan 14 orang responden 15,2 menyatakan tidak
berpengaruh. Menurut para responden, penggunaan komunikasi formal mampu mempengaruhi kedekatak sesama guru karena semakin membuat mereka saling
bertemu.
IV.III.3 Kinerja Guru variabel Terikat Tabel 4.16
Tingkat penguasaan materi pelajaran para guru dalam proses mengajar
Frequency Percent
Valid sangat menguasai 16
17.4 Menguasai
65 70.7
tidak menguasai 11
12.0 Total
92 100.0
Dari tabel 4.16 diatas dapat diketahui bahwa hampir semua guru menguasai materi pelajaran yang diberikan dalam proses mengajar. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya 65 orang responden 70,7 menyatakan menguasai materi, 16 orang responden 17,4 menyatakan sangat menguasai materi dan 11 orang responden
12,0 menyatakan tidak menguasai materi. Menurut para responden, sebagian besar dari mereka menguasai materi yang
akan disampaikan pada proses mengajar. Menguasai materi yang akan disampaikan
merupakan hal yang sangat penting, karena bertujuan untuk memudahkan proses mengajar bagi para guru.
Tabel 4.17 Pengaruh materi yang dikuasai guru dalam meningkatkan proses mengajar
Frequency Percent Valid sangat berpengaruh
23 25.0
Berpengaruh 58
63.0 tidak berpengaruh
11 12.0
Total 92
100.0
Dari tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa materi yang dikuasai guru mampu memberi pengaruh dalam meningkatkan proses mengajar. Hal itu ditunjukkan
dengan adanya 58 orang responden 63,0, 23 orang responden 25,0 sangat berpengaruh dan 11 orang responden 12,0 tidak berpengaruh.
Menurut para responden, peguasaan materi yang dimiliki guru mempunyai pengaruh pada proses mengajar. Dengan penguasaan materi oleh guru maka proses
mengajar bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada kesulitan.
Tabel 4.18 Penggunaan strategi pembelajaran untuk menyampaikan materi oleh guru dalam
proses belajar mengajar
Frequency Percent Valid sangat sering
19 20.7
Sering 62
67.4 tidak sering
11 12.0
Total 92
100.0
Dari tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa dalam menyampaikan materi pada proses belajar mengajar, guru sering menggunakan strategi pembelajaran. Hal itu
ditunjukkan dngan sebanyak 62 orang responden 67,4 menyatakan sering menggunakan, 19 orang responden 20,7 menyatakan sangat sering menggunakan,
dan 11 orang responden 12,0 menyatakan tidak sering. Menurut para responden, penggunaan strategi dalam mengajar sangat
dibutuhkan. Hal itu digunakan agar murid-murid tidak merasa busan dan semakin efektif dalam penyampaian materi pada proses belajar mengajar.
Tabel 4.19 Wawasan yang dimiliki guru-guru SMA Negeri 5 Medan
Frequency Percent
Valid sangat luas 14
15.2 Luas
71 77.2
tidak luas 7
7.6 Total
92 100.0
Dari tabel 4.19 diatas dapat diketahui tingakat wawasan dari guru-guru yang mengajar di SMA Negeri 5 Medan. Tabel 4.19 menunjukkan bahwa 71 orang
responden 77,2 memiliki wawasan luas, 14 orang responden 15,2 berwawasan sangat luas dan 7 orang responden 7,6 berwawasan tidak luas.
Menurut para responden, guru-guru harus memiliki wawasan. Dengan wawasan yang luas maka guru akan semakin kreatif dan mampu membagikan ilmu
yang tepat kepada para murid.
Tabel 4.20 Kepekaan informasi guru-guru yang berguna untuk menambah wawasan
Frequency Percent Valid sangat peka
13 14.1
Peka 70
76.1 tidak peka
9 9.8
Total 92
100.0
Dari tabel 4.20 diatas dapat diketahui kepekaan informasi yang dimiliki guru- guru yang berguna untuk menambah wawasan. Hal itu ditunjukkan dengan 70 orang
responden 76,1 menyatakan peka, 13 orang responden 14,1 menyatakan sangat peka dan 9 orang responden 9,8 menyatakan tidak peka terhadap informasi.
Menurut para responden, kepekaan terhadap informasi amat sangat dibutuhkan. Hal itu dikarenaka agar para guru tidak tertinggal informasi yang terbaru
dan bisa membagikannya kepada para murid-muridnya.
IV.4 Analisis Tabel Silang Tabel 4.21