Pencairan Deposito Mudharabah Syarat dan kondisi

yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad 2. Bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan bilyet deposito. 3. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Deposito yang diperrpanjang, diperlakukan sama seperti deposito baru. Bila perpanjangannya otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. 4. Deposito hanya dapat dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo di kantor bank dimana deposito ini dibuka pertama kali, dalam mata uang rupiah. 5. Bagi hasil atas jumlah uang termaksud tidak akan diperhitungkan sesudah tanggal jatuh tempo, kecuali bila diperpanjang kembali. 6. Bila deposito diperpanjang, bagi hasil atas deposito tersebut adalah sesuai dengan bagi hasil yang berlaku pada saat perpanjangannya. 7. Dalam hal deposito ini dibukukan atas nama dua orang, maka: a. Apabila salah satu pihak meninggal dunia, pemilik yang tinggal berhak menarik jumlah deposito tersebut dalam surat deposito pada tanggal jatuh tempo, hanya setelah mendapat persetujuan dari ahli waris yang sah dari pihak yang meninggal tersebut dengan menunjukkan ketetapan Ahli Waris Keterangan Ahli Waris dari Pengadilan NegeriNotaris yang bersangkutan. b. Apabila salah satu pihak melarang pembayaran jumlah tersebut kepada pihak lainnya, maka pihak bank tidak akan membayar kecuali bilamana pihak yang bersangkutan telah menyelesaikan perkaranya. 8. Bagi hasil deposito akan dibayar secara tunai atau dikreditkan ke rekening sesuai intruksi deposan tanpa pemberitahuan dari bank. 9. Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

C. LANDASAN SYARI’AH

Rasulullah mengajarkan kepada umat manusia tentang peraturan-peraturan yang paling baik dalam memimpin. Beliau memimpin suatu Negara yang terorganisir dalam suatu periode yang cukup panjang, Negara yang mempunyai berbagai urusan dipimpinnya berdasarkan kehendak Allah SWT. Kemitraan usaha dan pembagian hasil telah dipraktekkan selama dalam periode ini dimana para sahabat terlatih dan mematuhinya dalam menjalankan metode-metode ini. Berdasarkan adanya larangan bunga dalam Islam, penulis ekonomi modern sepakat bahwa reorganisasi dalam perbankan harus dilakukan dengan berlandaskan syirkah kemitraan usaha dan Mudharabah pembagian hasil. 9 Fuqaha telah sepakat bahwa mudharabah adalah hukumnya adalah jaiz boleh. Rosulullah SAW sebelum tugas kerasulannya telah melakukan mudharabah dengan Khadijah r.a. Beliau mendapatkan modal dari Khadijah r.a. lalu beliau pergi berniaga ke Negeri Syam. Dengan demikian praktek Mudharabah itu sudah berlaku dimasa sebelum Islam. Kemudian datanglah Syariat Islam membenarkannya, untuk selanjutnya dipraktekkan dizaman Rasulullah saw dan 9 Adiwarman Azwar Karim, Op.Cit, h.98 seterusnya. Pada dasarnya Mudharabah dapat dikategorikan ke dalam salah satu bentuk musyarakah, namun para cendekiawan fiqh islam meletakkan mudharabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri, berdasarkan: 1. Al Qur’an Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah”. Q.S. Al Muzammil:20 2. Al Hadits ﷲا لﻮﺳر لﺎ لﺎ ﻪ ا ﻦ ﻬﺻ ﻦ ﺢ ﺎًﺻ ﻦ ث ﺛ ﱠﺳو ﻪ ﱢﻰ ﺻ ﺖ ﺮ ﱠﺸ ﺎ ﱢﺮ ا ط ﺧأو ﺔﺿرﺎ او ا ﱠﻰ ا ا ﺔآﺮ ا ﱠﻦﻬ ﻓ 10 Artinya: “Dari Shalih bin Shuaib, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tiga hal yang didalamnya keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah Mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk di jual.” Selain berdasarkan Al’Quran dan Al Hadits yang telah disebutkan di atas, Fatwa Dewan Syariah Nasional, juga menjadi pedoman mengenai keabsahan produk perbankan syariah di Indonesia. Tentang produk Deposito Mudharabah adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional No.03DSN-MUIIV2000 tanggal 26 10 Al Hafidz Abi Abdillah M. Ibn Yazid Al Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Darul Fikri , Jilid Ke-2, h.768