LANDASAN SYARI’AH LANDASAN TEORI

seterusnya. Pada dasarnya Mudharabah dapat dikategorikan ke dalam salah satu bentuk musyarakah, namun para cendekiawan fiqh islam meletakkan mudharabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri, berdasarkan: 1. Al Qur’an Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah”. Q.S. Al Muzammil:20 2. Al Hadits ﷲا لﻮﺳر لﺎ لﺎ ﻪ ا ﻦ ﻬﺻ ﻦ ﺢ ﺎًﺻ ﻦ ث ﺛ ﱠﺳو ﻪ ﱢﻰ ﺻ ﺖ ﺮ ﱠﺸ ﺎ ﱢﺮ ا ط ﺧأو ﺔﺿرﺎ او ا ﱠﻰ ا ا ﺔآﺮ ا ﱠﻦﻬ ﻓ 10 Artinya: “Dari Shalih bin Shuaib, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tiga hal yang didalamnya keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah Mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk di jual.” Selain berdasarkan Al’Quran dan Al Hadits yang telah disebutkan di atas, Fatwa Dewan Syariah Nasional, juga menjadi pedoman mengenai keabsahan produk perbankan syariah di Indonesia. Tentang produk Deposito Mudharabah adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional No.03DSN-MUIIV2000 tanggal 26 10 Al Hafidz Abi Abdillah M. Ibn Yazid Al Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Darul Fikri , Jilid Ke-2, h.768 Dzulhijjah 1420 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 1 April 2000 Miladiyah, memutuskan: 1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga. Sedangkan deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah. 2. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 3. Dalam kapasitasnya sebahai mudharib, bank dapat melakukan sebagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain. 4. Modal harus dinyatakan dengan jumlah, dalam bentuk tunai dan bukan piutang 5. Pembagian keuntungan harus dinyatalkan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 6. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 7. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 11 11 Dewan syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa dewan Syariah Nasional, Jakarta : PT. Intermasa, 2003, Cet. Ke-2, h.19

BAB III PROFIL BANK BNI SYARIAH

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah Islam yang produknya dikembangkan berlandaskan Al- Qur’an dan As-Sunnah. Dengan kata lain ia merupakan suatu alternatif bagi kaum muslimin khususnya di Indonesia terhadap keinginan sistem syariah dalam lembaga keuangan nasional dan juga terhadap persoalan pertentangan bunga dan riba. Keberadaan bank syariah di Indonesia masih terbilang baru perkembangannya, bank syariah dimulai pada tahun 1990-an dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia yang kemudian disusul dengan kehadiran bank syariah lainnya seperti Bank BNI Syariah yang juga merupakan salah satu pelopor perbankan syariah di Indonesia karena merupakan bank besar atau bank pemerintah pertama yang membuka unit syariah.

A. Sejarah Singkat BNI Syariah

Sistem syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu, mengacu pada UU No: 10 Tahun 1998 mulailah PT. Bank Negara Indonesia Persero merintis Divisi Usaha Syariah. Untuk mewujudkan visi dalam memberikan layanan unggul, BNI menjadi salah satu pelopor dalam pengembangan Bank Syariah Indonesia, BNI membuka 31 27 layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah dengan konsep dual system banking, yakni menyediakan layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Untuk layanan produk syariah dikelola secara khusus oleh Divisi Usaha Syariah atau lebih dikenal BNI Syariah. Diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun 1999, Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha untuk beroperasinya BNI Syariah. Setelah itu BNI Syariah menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang syariah sebagai berikut: 1. Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI membuka 5 kantor cabang syariah sekaligus di kota-kota potensial antara lain: Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. 2. Tahun 2001 BNI kembali membuka 5 kantor cabang syariah, yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia antara lain: Jakarta dua cabang, Bandung, Makassar dan Padang. 3. Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk layanan perbankan syariah maka tahun 2002 yang lalu BNI membuka dua kantor cabang syariah baru di Medan dan Palembang. 4. Diawal tahun 2003 dengan pertimbangan load business yang semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, BNI melakukan relokasi kantor cabang syariah dari Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat kota Jepara, BNI membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah Jepara.