pengembangannya kemudian akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua pokok ajaran Islam.
d. Metode Dakwah
Kata metode sering dipakai dalam bahasa Indonesia yang dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, “metode ialah cara yang teratur dan terpikir baik-
baik untuk mendapatkan maksud cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”
23
Akan tetapi yang dimaksud dengan metode di sini adalah metode dakwah, yakni sebuah cara menyampaikan ide kepada orang lain dengan tujuan perubahan
sikap atau tingkah laku sehingga yang diajak mau mengikuti dan melaksanakan apa yang disampaikan oleh seorang
da’i. Berdasarkan bentuk-bentuk penyampaiannya metode dakwah dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: 1.
Bil Lisan Dakwah bil lisan adalah suatu bentuk dakwah yang dilaksanakan melalui
lisannya. Metode ini sangat umum digunakan oleh para da’i di dalam ceramah,
pidato, nasihat, dan lain-lain. Menurut Ki Moesa A. Machfoed, disebutkan dakwah ini bentuknya dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dengan
berbagai bentuknya. Dalam ceramahnya tersebut, dapat juga diselingi dengan humor, baik melalui kata-kata atau gerakan badan dan mimik wajah.
24
Dakwah bil lisan merupakan sebuah ajakan dakwah dengan menggunakan lisan atau perkataan, antara lain melalui:
23
Depdikbud R.I, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989, h. 915
24
Ki Moesa A. Machfoed, Filsafat Dakwah dan penerapannya, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004, h. 190
a. Mudzakarah
Mengingatkan orang lain jika berbuat salah, abik dalam ibadah maupun perbuatan.
b. Qaulun Ma’rufan
Dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan misi agama Allah dan agama Islam.
c. Nasehatuddin
Memberi nasehat kepada orang lain yang tengah dilanda masalah kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya yang baik.
d. Majlis Ta’lim
Penjelasan terhadap bab-bab ajaran agama dengan menggunakan kitab dan diakhiri dengan dialog.
e. Pengajian Umum
Menyajikan materi dakwah di depan umm. Isi dari materi dakwah tidak terlalu banyak, tetapi dapat menarik perhatian mad’u pendengar.
f. Mujadalah
Berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alas an dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik suatu kesimpulan.
25
2. Bil Hal
Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Kata hal dalam bahasa berarti berubah, hal, ikhwal,
bisa juga berarti perpindahan, gerakan bergerak, berarti menunjukkan keadaan
25
Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah Islam, Jakarta: Pustaka Setia, 1997, h. 58
hal keadaan. Aqib Suminto memberikan pengertian dakwah bil hal adalah amaliah yang berupa mengembangkan masyarakat dalam rangka mewujudkan
tatanan sosial, ekonomi, budaya yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
26
Sedangkan menurut Hasan Assegaf dakwah bil hal merupakan seluruh kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan umat
dalam rangka memecahkan persoalan yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu.
27
Masih menurut Hussein Assegaf, dalam kegiatan dakwah bil hal tidak terlepas dari lima prinsip yang utama, yaitu:
a. Dakwah bil hal harus mampu menghubungkan ajaran Islam dengan
kondisi sosial budaya atau masyarakat tertentu. b.
Dakwah bil hal harus bersifat pemecahan masalah yang dihadapi umat dalam suatu wilayah tertentu.
c. Dakwah bil hal harus mampu mendorong dan menggerakkan kemampuan
masyarakat dalam memecahkan masalah pada masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya.
d. Dakwah bil hal harus mampu membangkitkan swadaya masyarakat, agar
mereka dapat membangun dirinya, sekaligus dapat memberikan manfaat masyarakat sekitarnya.
26
Aqib Suminto, Pendekatan Dakwah Bagi Masyarakat Modern Indonesia, Jakarta: Pelita, 1989, h. 10
27
Hussein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah bil Hal, Jakarta: Mimbar Ulama, 1991, h. 56
e. Dakwah bil hal mampu mendorong semangat kerja keras dan kebersamaan
dalam rangka meningkatkan hubungan kerja sama yang harmonis dan produktif terutama untuk saling memenuhi kebutuhannya.
28
Metode dakwah ini dapat dilakukan oleh setiap individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah. Dakwah bil hal dapat dilakukan
misalnya dengan tindakan nyata dari karya nyata tersebut dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat, seperti pembangunan rumah sakit, atau fasilitas-fasilitas
yang digunakan oleh kemaslahatan umat. 3.
Bil Qalam Dakwah bil qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Dakwah
ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan merangkai kata-kata sehingga penerima dakwah akan tertarik untuk membacanya tanpa mengurangi
maksud yang terkandung di dalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan di media massa seperti surat kabar, majalah, buku, buletin, maupun lewat internet.
29
Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku Islam Aktual, memberikan definisi dakwah bil qalam adalah berdakwah melalui media cetak, mengingat
kemajuan teknologi sehingga memungkinkan seorang berkomunikasi secara intens serta pesan dakwah dapat menyebar seluas-luasnya.
30
Dakwah yang dilakukan dengan perantaraan tulisan, seperti menulis buku, tulisan di majalah, surat kabar, bulletin dan lain-lain.
Da’i di sini memerlukan keterampilan jurnalistik menulis dalam media massa, atau keterampilan menulis
28
Ibid, h. 57
29
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia, Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 39
30
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim, Bandung: Mizan, 1998, h. 172
buku. Metode ini merupakan suatu metode yang efektif, efisien, dan mengena. Metode yang tetap meninggalkan gading ketika penulis telah tiada, dan dapat
dinikmati semua orang di berbagai penjuru dunia. Dakwah bil qalam ini tak hanya melahirkan tulisan, tetapi juga gambar
atau lukisan yang mengandung misi dakwah. Untuk itu, metode bil qalam terbagi tiga teknik, yaitu:
a. Teknik Penulisan
Setidaknya ada tiga model gaya penulisan keagamaan, yaitu penulisan model pemecahan masalah, penulisan model hiburan, dan penulisan
model kesusastraan. Dalam model pemecahan masalah seperti dalam artikel, buku, majalah, jurnal, dan sebagainya. Begitu pula model
penulisan hiburan bisa diwujudkan novel, cerita pendek, anekdot, dan sebagainya. Sedangkan model penulisan sastra terdapat pada puisi,
sajak, syair, pantun, dan sebagainya.
31
b. Teknik Penulisan Surat Korespondensi
Dengan surat, pesan dapat terdokumentasi yang bisa dibaca sewaktu- waktu. Surat menjadi pilihan bagi orang yang enggan atau sulit
bertatap muka. Surat bersifat pribadi, sehingga orang lain tidak bisa membacanya, kecuali bila diperkenankan.
32
Bentuk dakwah ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui penyampaian surat ke
berbagai pihak. Dalam sejarah dakwah, Nabi telah menyampaikan surat sebanyak 105 surat untuk berdakwah yang dibagi ke dalam tiga
31
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 375
32
Ibid, h. 376
kategori, yaitu surat yang berisi seruan untuk masuk Islam kepada non muslim, berisi ajaran Islam seperti tentang zakat dan sadaqah, dan
surat yang berisi hal yang wajib dilakukan non muslim terhadap pemerintah Islam.
33
c. Teknik Penulisan Gambar
Ada gambar yang hidup dan ada pula gambar yang mati. Gambar hidup adalah gambar yang bergerak. Gerakan gambar ini disesuaikan
dengan pesan dakwahnya. Dengan gerakan ini, pembuat gambar dominan dalam mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya.
Sedangkan gambar mati lebih dominan dikontruksi dan dipersepsi sendiri oleh orang yang melihatnya. Dalam Islam, teknik gambar yang
dikenal luas adalah kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan.
34
Mengenai metode dakwah bil qalam ini Rasulullah SAW pernah bersabda: “sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada.
35
e. Media Dakwah