5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran
Islam.
38
C. Seni Kaligrafi Islam
Seni adalah ide, gagasan, persasaan, suara hati, gejolak jiwa, yang diwujudkan atau di ekspresikan, melalui unsur unsur tertentu, yang bersifat indah
untuk memenuhi kebutuhan manusia, walaupun banyak juga karya seni yang digunakan untuk binatang. Seni indah menurut ukuran yang menikmati. Pendapat
seni menurut para ahli: 1.
Menurut Alexander Baum Garton Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat yang melihatnya merasa dalam
kebahagiaan. 2.
Menurut Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu
adalah meniru alam. 3.
Ki Hajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu
perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.
39
Sedangkan seni dalam Islam, menurut Seyyed Hossein Nasr, merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni
Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat
38
Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Dan Leadership Bandung : CV Diponegoro, 1981, h. 47-48
39
“Pengertian Seni”,
diakses pada
tanggal 11
Juli 2011
dari http:grou.psmarufbicarablogsitem313309
penerimaan wahyu Al- Qur’an yang dalam hal ini adalah masyarakat Arab. Jika
demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni yang terungkap melalui ekspresi budaya lokal yang senada dengan tujuan Islam. Sementara itu, bila kita merujuk pada akar
makna Islam yang berarti menyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang
termanifestasikan dalam segala macam bentuknya, baik seni ruang maupun seni suara yang dapat membimbing manusia ke jalan atau pada nilai-nilai ajaran
Islam.
40
Sedangkan seni kaligrafi berasal dari bahasa Inggris yang disederhanakan, yaitu Calligraphy, diambil dari kata Latin yaitu Kallos yang berarti indah dan
Graph yang berarti tulisan atau aksara.
41
Secara Terminologi menurut Syeikh Syamsuddin al-Akfani, sebagaimana dikutip oleh D. Sirajuddin AR, khat atau
kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun.
Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan di mana yang tidak perlu ditulis; mengubah ejaan yang perlu digubah
dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya.
42
Ahli lainnya, Ya’qut al-Musta’simi, kaligrafer kenamaan di masa kesultanan Turki Usmani Ottoman yang juga dikutip oleh D. Sirajuddin AR,
40
“Hakikat Seni Dalam Islam”, diakses pada tanggal 11 Juli 2011 dari http:www.unjabisnis.net201007hakikat-seni-dalam-islam.html
41
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, Jakarta: Multi Kreasi Singgasana, 1992 h. 1
42
Ibid, h. 3
melihat seni kaligrafi dari sudut keindahan rasa yang dikandungnya. Karena itu, ia membuat batasan sebagai berikut:
43
Artinya : “Kaligrafi adalah seni arsitektur rohani, yang lahir melalui perabot
kebendaan.” Selain itu ada pula yang menyatakan bahwa kaligrafi merupakan apa-apa
yang ditulis ahli dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu tersendiri tentang tata cara menulis, meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang bisa
dikomunikasikan, yang dibuat secara profesional dan harmonis yang dapat dilihat secara kasat mata dan diakui sebagaimana susunan yang dihasilkan lewat kerja
kesenian.
44
Banyak lagi ungkapan yang merujuk kepada pengertian kaligrafi. Ubaidillah Ibn al-Abbas menyebutnya sebagai lisan al yadd atau lidahnya tangan;
karena dengan tulisan itulah tangan berbicara. Dalam pelbagai seloka, seni kaligrafi dan khat dilukiskan sebagai kecantikan rasa, duta akal, penasihat pikiran,
senjata pengetahuan, penjinak saudara dalam pertikaian, pembicaraan jarak jauh, penyimpan rahasia, khazanah rupa-
rupa masalah kehidupan. Ringkasnya, “khat itu ibarat ruh di dalam tubuh,” seperti dikatakan sebagian Ulama.
45
Meskipun bermacam-macam pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, namun pada dasarnya tujuan ungkapan tersebut mengarah kepada arti tulisan yang
43
Ibid, h. 3
44
Ilham Khoiri: al- Qur’an dan Kaligrafi Arab, Jakarta: PT. Logos, 1999, h. 50
45
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, Jakarta: Multi Kreasi Singgasana, 1992 h. 3
indah. Dapat juga dikatakan suatu tulisan yang dirangkai dengan nilai estetika yang bersumber pada pikiran atau ide dan diwujudkan melalui benda materi alat
tulis yang diikat oleh aturan dan tata cara tertentu. Jadi seni kaligrafi itu sebuah kepandaian menulis tulisan indah dengan mengikuti metode-metode tertentu
untuk mempelajarinya. Kaligrafi Arab telah menjadi perintis jalan mengenal pengetahuan,
sebagaimana tulisan pada semua bahasa. Dan agama Islam mengajak untuk mempelajari bacaan dan tulisan, sebagaimana dikumandangkan dengan indahnya
ayat-ayat kitab Suci yang mulia, dengan menyebutkan kalam berulang-ulang.
46
Yang lebih mengagumkan adalah, bahwa ternyata membaca dan menulis adalah merupakan perintah pertama dan wahyu permulaan Allah SWT yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di awal misinya. Wahyu itu menyebutkan:
-
-
-
-
-
Artinya : 1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam,
46
Kamil Al-Baba, Dinamika Kaligrafi Islam, Jakarta: Darul Ulum Press, 1992, h. 55
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dapat dipastikan, bahwa kalam atau pena memiliki kaitan erat dengan seni
penulisan kaligrafi. Jika kalam disebut-sebut sebagai alat penunjang pengetahuan- seperti wahyu di atas, maka ia tidak lain daripada sarana Sang Khaliq dalam
rangka memberikan petunjuk kepada manusia. Ini membuat gambaran yang tegas, bahwa kaligrafi mendominasi tempat tertua dalam percaturan sejarah Islam itu
sendiri.
47
Imanlah yang telah mendorong kaum Muslimin memperelok kaligrafi untuk menulis al-
Qur’an. Dipadukannya keelokan goresan kata-kata dengan keindahan makna yang dikandung. Sampai di sini tulisan Arab mencurahkan
perhatian dan partisipasinya dengan dilindungi segala niat yang suci. Sehingga, apabila disebut al-
Qur’an, teringat pula kaligrafi yang digunakan untuk menulis kitab suci tersebut.
48
47
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, Jakarta: Multi Kreasi Singgasana, 1992 h. 4
48
Kamil Al-Baba, Dinamika Kaligrafi Islam, Jakarta: Darul Ulum Press, 1992, h. 57
41
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN LEMKA
A. Sejarah Berdirinya LEMKA
1. Lahirnya Sebuah Gagasan
Ide pertama untuk mendirikan LEMKA berasal dari Drs. Didin Sirojuddin AR, seorang dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri UIN
Jakarta. Dimulai dari keinginan yang sebetulnya mirip khayalan itu, untuk mendirikan semacam organisasi atau lembaga untuk mengembangkan seni
kaligrafi atau khat yang menjadi hobi nya. “Khayalan” itu muncul pada tahun
1975, ketika Sirojuddin akan menamatkan masa belajar enam tahun sebagai santri Pondok Modern Gontor.
1
Tahun 1976 Sirojuddin resmi menjadi mahasiswa Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keinginan itu bertambah kuat, setelah ternyata di
Jakarta lebih leluasa menyalurkan bakat menulis khatnya di pelbagai penerbitan dan badan-badan lain. Tetapi, sampai menamatkan kuliah pada 1982, khayalan
masih tetap sebagai khayalan. Meskipun telah diusahakan mencari teman-teman sesama khatat
para penulis khat untuk sepakat membuat wadah “tempat bernaung”, gagasan itu sama sekali tidak menarik perhatian mereka. Mencari
kawan-kawan yang kurang commit terhadap kaligrafi, lebih mustahil lagi. Namun, rasa penasaran masih terus bergolak. Sementara
itu, melukis dan melukis “hanya
1
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 10 Maret 2011