LEMKA itu mempunyai dua tujuan. Pertama yang bersifat fungsional, yaitu tulisan dapat dibaca. Kemudian yang kedua yaitu tujuan estetis, bagaimana tulisan
itu tidak sekedar dibaca, tapi juga dirasakan indahnya. Sehingga mempelajari Al- Qur’an itu bagi LEMKA itu punya tahap-tahapnya.
a. Learn to now. Belajar untuk tahu dulu, tahu Al-Qur’an.
b. Learn to understand. Belajar memahami Al-Qur’an. Kalau ditampilkan
dengan indah, maka memahaminya menjadi mudah. c.
Learn to act. Belajar untuk mempraktekkannya. Apakah pengetahuan anak LEMKA tentang pemahaman huruf-huruf itu dapat betul-betul dibuktikan
dengan karya mereka. d.
Learn to analyze. Belajar untuk menganalisa. Membandingkan karya- karya peserta LEMKA dengan dengan karya-karya master.
e. Learn to evaluation. Belajar untuk mengevaluasi karya-karya LEMKA.
Artinya, menyimpulkan apakah karya itu sudah bagus atau belum. f.
Learn to love Al-Qur’an. Belajar mencintai Al-Qur’an. Jika semua yang lima sebelumnya itu sudah dipelajari maka yang ada hanya rasa cinta
terhadap Al- Qur’an. Itulah tujuan dasar LEMKA.
12
B. Analisis Peran LEMKA dalam Makna Tugas
Sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam dakwah bil qolam, tentunya LEMKA mempunyai tugas-tugas yang harus diamalkan. Salah satunya yaitu
dalam kegiatan LEMKA yang utama yakni kursus kaligrafi. Dalam kursus ini pengurus LEMKA harus mengajarkan kepada
mad’unya aliran-aliran huruf
12
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011
dengan metode demonstratif dan mengelolanya dalam lukisan dan aneka media. Selain itu juga mendalami pelbagai ayat khat secara detail dari huruf-huruf
tunggal, tata letak, komposisi, harmoni, proporsi, unsur garis, cara menggores, dan teknik gubahan.
13
Namun di balik semua itu yang terpenting adalah mengajarkan bahwa menulis kaligrafi bukan hanya semata-mata menulis goresan yang indah, tetapi
orang yang menulis kaligrafi tersebut harus bisa menanamkan pesan-pesan dakwah di dalam karyanya. Maka dari itu LEMKA juga mempunyai tugas
menambah wawasan mad’unya dengan pengajian seni dan mubahasah tafsir Al-
Qur’an. Lalu agar ilmu ini terus diamalkan, maka mad’u juga diajari teknik mengajar khat supaya kelak bisa ikut berperan aktif dalam kegiatan dakwah bil
qolam ini. Tak hanya sampai di situ, LEMKA juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan ikut menyalurkan karya-karyanya ke pasaran atau pameran-
pameran untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah dalam kaligrafi. Dalam program kerjanya, secara lebih rinci LEMKA mempunyai beberapa
kegiatan menjalankan proses dakwah bil qolam, antara lain: 1.
Kursus Kaligrafi Kursus kaligrafi adalah kegiatan utama dari LEMKA. Kursus ini
merupakan garda depan untuk membangkitkan selera menulis indah. Materi yang diajarkan antara lain kaidah huruf. Jenjang pendidikan terdiri dari : Basic I Khat
Naskhi, Basic II Khat Sulus Khat Riq’ah, Basic III Khat Diwani Khat
Farisi, dan Basic IV tatawarna. Kemudian diberikan uraian penjelasannya
13
LEMKA Online “Materi Kursus LEMKA,” diakses pada tanggal 17 Mei 2011 dari
http:lemkaonline.blogspot.com200804pesantren-kaligrafi-Al- Qur’an-lemka_5274.html
seperti komposisi dan susunan huruf. Untuk menambah minat peserta, ditambahkan juga materi pendalaman gaya MTQ tipe Naskah, Hiasan Mushaf,
Dekorasi dan kaligrafi kontemporer.
14
Kaligrafi yang diajarkan tentu saja adalah kaligrafi Islam. Materi yang diberikan sebagian besar berasal dari ayat-ayat Al-
Qur’an, karena sasaran dan tujuan utama untuk keagungan Al-
Qur’an. Tak hanya materi tentang ayat yang diajarkan di LEMKA, karena Al-
Qur’an itu mempunyai sayap-sayap pendukungnya, seperti hadits Nabi, qoul ulama, mutiara hikmah, yang intinya
juga mempunyai makna dukungan terhadap Al- Qur’an.
Di LEMKA juga diajarkan bagaimana cara menanamkan pesan dakwah dalam sebuah kaligrafi, terutama dalam sebuah kaligrafi kontemporer. Diajarkan
bagaimana pemenggalan ayat dan pemilihan tema yang digunakan harus sesuai dengan backgroundnya. Sebagaimana dijelaskan oleh pimpinan LEMKA,
Sirajuddin mengatakan: “Sasaran dan tujuan utama untuk keagungan Alquran, tapi tentu
Al-Quran itu mempunyai sayap-sayap pendukungnya, seperti hadits Nabi, qoul ulama, mutiara hikmah, yang intinya juga mempunyai makna
dukungan terhadap Al- Qur’an. Di LEMKA juga diajarkan pemenggalan
ayat dan pemilihan tema. Misalnya ketika membuat kaligrafi kontemporer, haruslah sesuai antara background dengan temanya. Jadi kalau ayat itu
berbicara tentang kesemarakan ibadah, tentu di situ mungkin backgroundnya masjid dan orang yang sedang menuju ke masjid.
”
15
Pesan-pesan dakwah dalam kaligrafi jika ditulis dengan biasa, atau bahkan tidak selaras ayat yang ditulis dengan background yang digunakan, penulis
berpendapat pesan-pesan dakwah tersebut akan sulit untuk diterima pesannya
14
“Materi Kursus LEMKA,” diakses pada tanggal 17 Mei 2011 dari http:lemkaonline.blogspot.com200804pesantren-kaligrafi-Al-
Qur’an-lemka_5274.html
15
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011
bahkan untuk sekedar dilirik oleh mad’u. Akan tetapi sebaliknya, jika pesan-pesan
dakwah tersebut ditulis dengan indah maka akan semakin membuat orang-orang akan tertarik untuk melihatnya. Seperti yang sudah dijelaskan, dengan keindahan
goresan diharapkan akan menambah rasa cinta terhadap agama itu sendiri, terhadap Islam dan Al-
Qur’an. 2.
Pengajian kitab kuning Di LEMKA juga diajarkan pengajian kitab kuning yang berjudul Nashih
Al-Khaththathin. Kitab yang ditulis sendiri oleh Sirajuddin ini berisi tentang nasehat-nasehat tentang adab maupun etika dalam menulis kaligrafi kepada calon
atau mereka yang sudah mahir menulis kaligrafi. Sebagaimana Sirajuddin mengatakan:
“Di LEMKA juga diajarkan pengajian kitab kuning, yang judulnya Nashih Al-Khaththathin. Kitab ini mengajarkan tentang akhlak tolabul
ilmi, termasuk di dalamnya ilmu menulis. Diajarkan bagaimana prilaku khattat itu ketika seseorang sedang belajar kaligrafi.
”
16
Kitab ini, walaupun terlihat sederhana, mempunyai fungsi dan peranan yang cukup penting bagi para penulis kaligrafi. Hal ini terutama dalam
membentuk karakter seorang penulis kaligrafi yang mampu menghasilkan karya seni bernilai tinggi dan memiliki integritas spiritual yang mumpuni.
17
3. Pergelaran seni dan pameran kaligrafi
Dengan pameran kaligrafi ini LEMKA berharap dapat menarik minat masyarakat objek dakwah untuk mencintai Al-
Qur’an lewat huruf-huruf yang indah. Dengan menampilkan lukisan di pameran, diharapkan objek dakwah
16
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011
17
Syahruddin el- Fikri, “Nashih Al-Khaththathin, Nasihat untuk penulis kaligrafi,”
Republika, 12 Desember 2010, h. B9
tertarik hatinya kepada Al- Qur’an lewat huruf-huruf yang indah. Kalau dakwah
lewat qori itu lewat suara-suara yang merdu yang melantunkan Al- Qur’an,
sedangkan lewat kaligrafi diharapkan ayat yang tampil di dalam lukisan itu menggugah dan membangkitkan perasaan individu sehingga dia menjadi orang
yang shaleh, bersemangat hidup. Sebagaimana pimpinan LEMKA, Sirajuddin mengatakan:
“Dengan ayat-ayat yang digoreskan dalam huruf itu, yang di dalamnya ada tema-tema, maka masyarakat akan tergiring, diajak kepada
tujuan tema itu. Misalnya kalau ditampilkan di situ ayat tentang rezeki, diharapkan ayat itu memberikan pelajaran kepada penonton dan penikmat
kaligrafi bahwa rezeki itu dari Allah. Sehingga segala tenaga itu dikeluarkan demi Allah, dan meyakini dari Allah semua rezeki itu
dikeluarkan. Dan lain-lain masih banyak lagi.
”
18
Dengan keindahan kaligrafi ini, LEMKA berusaha mengajak masyarakat agar mempelajari Islam dengan dakwah yang indah. Sirajuddin kembali
menjelaskan: “Jadi dengan keindahan huruf dengan ilmu, maka diharapkan
masyarakat akan tertarik. Karena kalau ditampilkan dengan huruf jelek, walaupun mengajak tetapi akan kelihatan ogah-ogahan. Tetapi jika
keindahan itu digunakan untuk membalut, membalut dakwah, dakwah itu menjadi indah. Sama dengan keindahan untuk membalut sholat melalui
tasawuf, misalnya khusyu. Khusyu itu tidak wajib, tetapi itu adalah pembalut sholat yang akan membuat terasa indah. Berarti keindahan itu
harus disebarkan ke setiap relung-relung kehidupan ibadah. Lalu jika berpuasa Ramadhan, maka pembungkus supaya puasa itu indah adalah
adalah aktivitas di luar itu, misalnya diisi dengan mengaji. Demikian pula dengan Al-
Qur’an tadi.”
19
Selain itu, pameran juga dimaksudkan untuk pelampiasan atau apresiasi pengetahuan menulis para kru penulis di LEMKA.
18
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011
19
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011
4. Diskusi wawasan seni budaya
Diskusi ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan anggota LEMKA, baik tentang seni Islam secara umum maupun seni kaligrafi lebih khusus.
Biasanya diskusi ini diadakan ketika ada event-event lomba kaligrafi maupun ketika LEMKA sedang mengadakan suatu acara lainnya.
5. Safari seni budaya
Safari seni ini untuk dapat menikmati keindahan di wilayah-wilayah hiburan yang menarik, misalnya di alam terbuka. Dengan berangkat ke tempat-
tempat sambil melukis atau menulis maka rasa senang terhadap kaligrafi akan bertambah. Bagi LEMKA, bahwa sekolah itu bukan gedung, sekolah itu bukan
bangunan, sekolah itu bukan ruangan, tetapi sekolah itu adalah suasana. Maka melukis di alam terbuka, dengan mengajak santri LEMKA untuk melukis di
kebun teh, melukis di gunung, melukis di sawah, melukis di tepi sungai, melukis di pantai sehingga pelajaran itu bersuasana rekreatif. Jadi, menulis sekaligus
melukis karena LEMKA mencanangkan pelajarannya dengan nuansa rekreatif sehingga apa yang diajarkan itu bernuansa menyenangkan. Sebenarnya itu bukan
tujuan utamanya, akan tetapi hal itu merupakan salah satu alat untuk mempercepat dan mempermudah dakwah bil qolam tersebut. Selain itu sering juga diadakan
diskusi di tempat rekreatif tersebut sambil melihat kanan kiri sehingga bukti-bukti keindahan alam itu bisa dibicarakan.
6. Kegiatan pengembangan usaha
Untuk mewujudkan salah satu misinya yaitu memasyarakatkan kaligrafi, di tanah Air, tentunya para kaligrafer LEMKA harus pintar-pintar mencari pasar
untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah dalam kaligrafi. Maka dari itu LEMKA juga menyalurkan karya-karya peserta, entah ke toko atau pusat-pusat pameran,
diadakan show-show karya, dan atas dasar pesanan-pesanan. Tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang harus dilakukan LEMKA
dalam perannya pada dakwah bil qolam. Sebagaimana salah satu metode dakwah bil qolam adalah melalui teknik penulisan gambar atau lukisan kaligrafi. Dengan
memberikan pelajaran dan pemahaman pada khattat-khattatnya, diharapkan kaligrafi yang digoreskan dapat menyampaikan makna dan pesan-pesan dakwah
Islam dengan baik dan benar. Dakwah yang dilakukan LEMKA ini cukup unik karena menggunakan
berbagai media dalam membuat pesan-pesan dakwahnya pada sebuah kaligrafi. Sebagaimana pimpinan LEMKA Sirajuddin mengatakan:
“Di LEMKA itu menggunakan aneka media. Dari mulai kertas, kanvas, kaca, kayu, kemudian unsur-unsur kolase, seperti dedaunan,
pelepah pohon, kain, benang-benang, bulu, serat-serat, pasta poalam, pasir, batu-batu dan lain lain. Kemudian dengan bantuan cat yang juga
bermacam-macam, seperti cat akrelik, cat minyak, tinta. Sedangkan semua instrumen penulisnya semua digunakan. Dari mulai pensil, pulpen
cair, handam, bambu, pelepah aren, batang kayu, kuas, kemudian instrumen air beras, bahkan sampai sikat gigi untuk memantulkan
cipratan digunakan. Itulah alat-alat melukis yang biasa disebut material tools.
”
20
Sirajuddin menambahkan: “Jadi Kaligrafi adalah seni arsitektur spiritual, yang lahir melalui
perabot kebendaan. Tetapi nilai spiritual isi kandungan ayat itu yang jadi tujuannya. Jadi keindahan yang LEMKA pegang itu dua, pertama
keindahan fisik, yaitu sosok lukisan itu indah, dengan menggunakan alat- alat yang tadi. Lalu yang kedua keindahan non fisik, yaitu pesan-
pesannya.”
21
20
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011
21
Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011
Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat merangsang indera-indera manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk
menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif media dakwah yang dipakai maka semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang
menjadi sasaran dakwah.
C. Analisis Peran LEMKA dalam Makna Status