Analisis Peran LEMKA dalam Makna Fungsi

53

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Analisis Peran LEMKA dalam Makna Fungsi

Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an LEMKA, sebagai lembaga yang bergerak di bidang seni kaligrafi Islam, merupakan salah satu lembaga yang berperan aktif dalam penyebaran dakwah melalui metode dakwah bil qolam. LEMKA yang berdiri sejak tahun 1985 yang dipimpin D. Sirajuddin AR ini adalah sebuah wadah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kecintaan pada generasi muda terhadap seni kaligrafi Islam di Indonesia melalui kegiatan-kegiatan pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat, kursus kaligrafi terpadu, kompetisi, pergelaran dan pameran, pengembangan galeri dan diskusi wawasan seni budaya. 1 Dari kegiatan-kegiatan itulah LEMKA menyebarkan pesan-pesan dakwah Islam melalui seni kaligrafi Islam kepada masyarakat. Sebagai lembaga kaligrafi yang berlandaskan dakwah bil qolam, tentunya LEMKA mempunyai beberapa fungsi semenjak berdirinya sekitar 26 tahun yang lalu tersebut. Fungsi yang pertama tentu saja sebagai lembaga yang berfungsi dalam penyebaran dakwah Islam melalui seni kaligrafi Islam. Dakwah yang dilakukan oleh LEMKA ini dilakukan dengan gemerincing pulpen, di mana pancaran dakwahnya lebih mengarah pada metode dakwah bil qolam. Sebagaimana pimpinan LEMKA, Sirajuddin mengatakan: 1 D. Sirajuddin, AR, Kaligrafi: Peristiwa dan ide-ide pengembangannya Jakarta: Lemka studio, 1995 h. 35 “Ya kan kalau LEMKA pancaran dakwahnya itu lebih ke dakwah bil qolam, sementara lembaga dakwah lainnya mungkin dakwah bil hal atau dakwah bil khutbah. Dakwah LEMKA dengan gemerincing pulpen. Mungkin tidak bersuara, tapi berjalan. ” 2 Selain itu, tipe manusia di dunia ini bermacam-macam dan berbeda-beda. Di antaranya ada yang tipenya suka mendengarkan, ada yang suka membaca, ada yang suka menulis, dan ada pula yang suka menikmati. Sebagaimana salah satu guru yang mengajar kaligrafi di LEMKA, Ahmad Munir mengatakan: “Manusia ini kan tipenya berbeda-beda, ada yang tipenya suka mendengarkan, ada yang suka membaca, ada yang suka menulis, dan ada yang suka menikmati. Mungkin di antara objek dakwah yang bermacam- macam kaligrafi ini memberikan wadah bagi orang-orang yang suka menikmati, misalnya kolektor, atau seniman-seniman yang lain. ” 3 Objek dakwah LEMKA ini tak hanya mencakup bagi para mad’u yang mengerti tentang seni kaligrafi Islam, namun juga pada masyarakat luas. Seni kaligrafi yang dibuat untuk berdakwah tentu jenis kaligrafi yang mudah dibaca, agar masyarakat awam mengerti dan paham akan maksud tulisan atau ayat dibaca tersebut. Lalu agar dakwah bil qolam ini berjalan dengan lebih lancar dan dipahami, tak jarang pula para khattat LEMKA memberikan terjemahan dari ayat yang tertuang dalam kaligrafi tersebut. Biasanya, kaligrafi yang sertai dengan terjemahan ini ditampilkan pada pameran-pameran terbuka yang dapat dilihat oleh masyarakat luas. Keunggulan dakwah melalui seni kaligrafi ini antara lain yaitu abadi dan terdokumentasi, karena pesan-pesan yang disampaikan dalam dakwah melalui 2 Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011 3 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Munir, Ciputat, 1 Mei 2011 metode ini tidak menjadi musnah meskipun sang da’i, atau penulisnya sudah wafat. Martnus, salah satu guru yang mengajar di LEMKA berpendapat: “Yang jelas dakwah melalui kaligrafi tidak mudah hilang. Kalau dakwah lewat ceramah terkadang cepat hilang, kalau tulisan kan selama tulisan itu tidak terbakar, atau hilang, bahkan bisa awet ribuan tahun. ” 4 Teori dan metode yang digunakan oleh LEMKA adalah dengan membuat instrumennya yaitu LEMKA dan Pesantren LEMKA untuk memudahkan dakwah bil qolam itu berjalan. Sebagai pemimpin sekaligus direktur LEMKA, Sirajuddin juga menyempatkan diri untuk berkeliling Nusantara untuk mengajak masyarakat muda berkaligrafi, bernikmat-nikmat dengan keindahan huruf-huruf Al- Qur’an, berlomba-lomba dalam kebaikan dan menggugah anak-anak supaya cinta Al- Qur’an lewat huruf-hurufnya. Maka dari itu LEMKA sering mengadakan lomba- lomba mewarnai kaligrafi yang bertema misalnya asmaul husna, atau ayat-ayat Al- Qur’an lainnya. Sebagaimana Sirajuddin mengatakan: “Teorinya dan metode yg digunakan tentu dengan membuat instrumennya yaitu LEMKA dan Pesantren LEMKA untuk memudahkan dakwah itu berjalan. Secara pribadi pun saya berkeliling kemana-mana untuk mengajak masyarakat muda berkaligrafi, bernikmat-nikmat dengan keindahan huruf-huruf Alquran, dan menggugah anak-anak supaya cinta Alquran lewat huruf-hurufnya. Makanya diadakan lomba-lomba mewarnai kaligrafi yang temanya asmaul husna misalnya, atau ayat-ayat Alquran. ” 5 Selain itu, LEMKA pun aktif dalam beberapa gerakan termasuk gerakan lomba-lomba kaligrafi dalam event-event tertentu maupun di instansi-instansi dan lembaga-lembaga pendidikan. Mulai dari Musabaqoh Tilawatil Al- Qur’an MTQ yang terdiri dari beberapa lapisan, dari MTQ tingkat daerah sampai Nasional, lalu ada Musabaqoh Khat Al- Qur’an Mahasiswa Nasional, Musabaqoh Khat Al- 4 Wawancara Pribadi dengan Martnus, Ciputat, 1 Mei 2011 5 Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011 Qur’an Telkom Group. Di tingkat pelajar, ada juga event-event seperti Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional Pospenas, Musabaqoh Khat Al- Qur’an tingkat SMU dan masih banyak lagi. LEMKA meyakini, lomba-lomba tersebut dapat menjadi alat untuk mempermudah dakwah bil qolam. Sebagaimana Sirajuddin mengatakan: “Kemudian juga dengan membangkitkan beberapa gerakan termasuk gerakan lomba-lomba kaligrafi dimana-mana. Sekarang kan banyak, Musabaqoh Tilawatil Al- Qur’an MTQ ada beberapa lapisan, dari MTQ tingkat daerah sampai Nasional, lalu ada Musabaqoh Khat Al- Qur’an Mahasiswa Nasional, Musabaqoh Khat Al-Qur’an Telkom Group, kemudian ada lagi Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional Pospenas, Musabaqoh Khat Al- Qur’an tingkat SMU, Musabaqoh Khat Al- Qur’an tingkat wartawan, dan begitu banyak lagi. Tapi semuanya itu hanya alat, alat untuk mempermudah dakwah itu tadi, dakwah bil qolam. 6 Keaktifan LEMKA dalam berbagai lomba tersebut terbukti dapat menambah minat beberapa mad’unya untuk ikut berpartisipasi dalam dunia kaligrafi, walaupun hanya sekedar mempelajari seni kaligrafi Islam. Dengan banyaknya guru-guru LEMKA yang berprestasi dan keaktifan LEMKA dalam setiap event-event kaligrafi, para mad’u tertarik untuk mempelajari seni kaligrafi Islam yang nantinya juga akan diarahkan untuk ikut berpartisipasi dalam dakwah bil qolam ini. Sebagaimana salah satu peserta didik LEMKA, Prasetyo mengatakan: “Menurut saya, LEMKA ini mempunyai peran yang sangat aktif di Indonesia, baik dalam MTQ di mana anak-anak LEMKA sering mendominasi maupun perlombaan lainnya, hal itulah yang membuat saya tertarik untuk belajar di LEMKA. ” 7 6 Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011 7 Wawancara Pribadi dengan Prasetyo, Ciputat, 8 Mei 2011 Kegiatan LEMKA dalam dakwah bil qolam yang rutin dilakukan, dan yang menjadi salah satu program kerjanya antara lain adalah dengan kursus kaligrafi dan aktif pada acara-acara pameran maupu pergelaran seni Islam. Tak sedikit pula para khattat LEMKA yang berdakwah dengan menulis ayat-ayat Al- Qur ’an di masjid-masjid maupun membuat karya untuk dipajang di rumah-rumah. Salah satu khattat LEMKA, Martnus mengatakan: “Salah satunya dakwah LEMKA yaitu mengajar. Saya juga menulis kaligrafi di masjid sebagai salah satu dakwah lewat tulisan, dan juga membuat karya yang bisa dijadikan pajangan di rumah. Selain itu menurut saya ajang MTQ pun juga bisa dijadikan sebagai sarana dakwah, karena bisa memberi tahu mereka yang tadinya awam menjadi mengerti. ” 8 LEMKA juga berperan aktif dalam mencetak kader-kader kaligrafer muda, seniman-seniman Islami, sekaligus kader-kader da’i dalam dakwah bil qolam dari hampir seluruh wilayah di Indonesia. Pada tahun 1998, LEMKA berhasil mengembangkan sayapnya dengan mendirikan sebuah pondok pesantren Kaligrafi Al- Qur’an di daerah Gunung Puyuh, Kota Sukabumi Jawa Barat. Pondok pesantren ini merupakan pesantren pertama di Indonesia yang lebih menekankan kurikulum pengajaran bagi para santrinya pada kemampuan seni kaligrafi Islam. Walaupun demikian, di pondok pesantren ini tetap diajarkan kitab kuning, muhadharah atau latihan ceramah dan diskusi tentang wacana keislaman. 9 Santri yang belajar di pesantren LEMKA ini mencakup hampir dari seluruh wilayah di Indonesia. Sebagian besar dari mereka yang pertama berasal dari Provinsi Kalimantan Timur, yang kedua Riau. Lalu ada lagi yang berasal dari wilayah lain di Nusantara antara lain Provinsi Jawa Barat, Nangroe Aceh 8 Wawancara Pribadi dengan Martnus, Ciputat, 1 Mei 2011 9 Tim 7 LEMKA, Pak Didin: Menabur Ombak Kaligrafi, Jakarta: Studio LEMKA, 2006, h. 125 Darussalam NAD, Jambi, Padang, Bengkulu, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Gorontalo sampai Papua. Sebagian besar dari mereka ini ada yang dikirimkan oleh pemerintah daerah mereka masing-masing, yang dimaksudkan ketika lulus nanti dapat mengembangkan kaligrafi di daerahnya. Ada pula yang belajar ke pesantren atas inisiatif sendiri. Jadi, waktu dulu sebelum ada pesantren, LEMKA hanya membina mahasiswa dan warga sekitar, tapi sekarang justru berkembang membina pelajar yang berasal dari 17 provinsi. Fungsi LEMKA yang selanjutnya yakni sebagai lembaga yang mempelopori dan mengembangkan seni dalam budaya Islam, khususnya di bidang seni kaligrafi kepada masyarakat luas di seluruh Tanah air. Hal tersebut dilakukan LEMKA dengan kegiatan-kegiatannya seperti kursus kaligrafi, mengadakan maupun ikut serta dalam setiap pameran-pameran kaligrafi, aktif dalam setiap perlombaan kaligrafi, serta dialog-dialog tentang seni Islam. Dari semua kegiatan-kegiatan LEMKA, kegiatan utamanya adalah kursus kaligrafi. Di LEMKA diajarkan bagaimana huruf-huruf Al- Qur’an ditulis dengan tampilan yang bagus. Tulisan yang diajarkan tentu saja tulisan yang indah. Karena Al- Qur’an sendiri ditulis dengan bahasa yang sangat indah, LEMKA berpendapat jika Al- Qur’an juga ditulis dengan keindahan goresan, maka akan menambah cinta seseorang terhadap Islam dan Al-Qur ’an tersebut. Sebagaimana pimpinan sekaligus direktur LEMKA, Sirajuddin mengatakan: “Dengan landasan dakwah bil qolam, LEMKA berusaha mengajarkan huruf-huruf Al- Qur’an dalam tampilan yang bagus. Tidak semata tulisan dalam arti goresan, tetapi goresan yang indah. Itulah kenapa sandi kaligrafi itu menunjukkan keindahan goresan, sebagaimana Al- Qur’an itu ditulis dengan bahasa keindahan, sehingga bukan hanya menarik, tetapi akan menambah rasa cinta terhadap agama itu sendiri, terhadap Islam dan Al- Qur’an.” 10 Lalu kegiatan pengembangan kaligrafi di Indonesia yang juga rutin dilakukan oleh LEMKA adalah aktif dalam setiap event-event pameran-pameran seni budaya Islam, baik Nasional maupun Internasional. Salah satunya yaitu ketika pameran kaligrafi di Bayt Al- Qur’an dan Museum Istiqlal Taman Mini Indonesia Indah pada acara Festival Muharram pada bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Maret 2011 yang bertemakan “Dari Tulis ke Lukis”. Pada acara tersebut penulis mengamati bahwa 75 lukisan yang dipamerkan adalah lukisan- lukisan karya para pelukis LEMKA. 11 Dengan kata lain, selain berfungsi sebagai lembaga menyebarkan pesan- pesan dakwah yang berlandaskan dakwah bil qolam melalui seni kaligrafi, secara otomatis LEMKA juga merupakan sebuah lembaga yang berfungsi secara konsisten mengembangkan seni kaligrafi Islam dalam beberapa kegiatan, di mana kegiatan utamanya adalah kursus kaligrafi. Seperti yang telah dijelaskan, kegiatan dakwah bil qolam dan pengembangan kaligrafi yang dilakukan LEMKA ini tak hanya dengan kursus kaligrafi, tapi juga sering ditampilkan dalam kegiatan- kegiatan seperti pameran seni Islam, lomba-lomba kaligrafi, maupun dialog- dialog tentang seni Islam. Jika dilihat dari namanya, yaitu Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an, maka Al- Qur’an dijadikan dasar pijakan, dasar etika, dasar berkarya. Kemudian huruf- hurufnya itu bernuansa artistik jadi indah. Maka di sini tulisan yang dicanangkan 10 Wawancara Pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 22 April 2011 11 Festival Muharram Bayt Al- Qur’an dan Museum Istiqlal, “Dari Tulis ke Lukis,” Pameran Kaligrafi Islam, 6 Maret 2010. LEMKA itu mempunyai dua tujuan. Pertama yang bersifat fungsional, yaitu tulisan dapat dibaca. Kemudian yang kedua yaitu tujuan estetis, bagaimana tulisan itu tidak sekedar dibaca, tapi juga dirasakan indahnya. Sehingga mempelajari Al- Qur’an itu bagi LEMKA itu punya tahap-tahapnya. a. Learn to now. Belajar untuk tahu dulu, tahu Al-Qur’an. b. Learn to understand. Belajar memahami Al-Qur’an. Kalau ditampilkan dengan indah, maka memahaminya menjadi mudah. c. Learn to act. Belajar untuk mempraktekkannya. Apakah pengetahuan anak LEMKA tentang pemahaman huruf-huruf itu dapat betul-betul dibuktikan dengan karya mereka. d. Learn to analyze. Belajar untuk menganalisa. Membandingkan karya- karya peserta LEMKA dengan dengan karya-karya master. e. Learn to evaluation. Belajar untuk mengevaluasi karya-karya LEMKA. Artinya, menyimpulkan apakah karya itu sudah bagus atau belum. f. Learn to love Al-Qur’an. Belajar mencintai Al-Qur’an. Jika semua yang lima sebelumnya itu sudah dipelajari maka yang ada hanya rasa cinta terhadap Al- Qur’an. Itulah tujuan dasar LEMKA. 12

B. Analisis Peran LEMKA dalam Makna Tugas