Latar Belakang Novel Rojak Karya Fira Basuki : Analsis Psikosastra

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakan- pergolakan di dalam masyarakat tersebut. Unsur imajinasi dalam sebuah karya sastra mutlak perlu di samping yang tidak kurang pentingnya pengalaman pengarang. Unsur imajinasi ini dapat membedakan karya sastra dengan buku-buku lain. Misalnya sejarah, pembaca dapat menerima kebenarannya sebagai kenyataan yang benar-benar pernah terjadi. Namun, bukan pula berarti bahwa sastra hanya khayalan yang tidak menentu dan semena-mena. Unsur imajinasi digunakan pengarang untuk mencapai keindahan karyanya. Apa yang disampaikan pengarang terkandung di dalam struktur namun kehadiran struktur ini bukan dipaksakan atau disadari oleh pengarang. Pengarang hanya berusaha menyampaikan ide dan emosi yang dikreasikannya melalui bahasa. Bahasa sastra tidak bersifat umum. Pengarang telah memberikan makna tertentu terhadap suatu kata di samping makna sehari-hari. Kata-kata yang dipilih oleh pengarang mempunyai makna berjiwa, bukan bersifat semantik saja. Hal tersebut dapat menimbulkan struktur dan semantiknya antara bahasa sastra dengan bahasa umum. Pengarang biasanya menambah unsur imajinasi dan estetis dalam karyanya. Pengarang bebas menggunakan bahasa demi mencapai estetika karyanya lisensia puitika. Universitas Sumatera Utara Dengan tulisan pengarang lebih dapat mengembangkan dan memperbaiki karyanya, sebab karyanya dapat dibaca secara berulang-ulang dengan bentuk yang sama. Namun, pada sastra tulisan peran masyarakat tidak terlalu aktif karena masyarakat lebih sering tidak menemukan gambaran diri dan tradisi kebudayaannya di dalam karya. Komunikasi pengarang dengan pembaca semakin jauh dan karya tidak lagi dianggap mempunyai kekuatan magis sebagaimana ditemukan di dalam karya sastra Angkatan Balai Pustaka. Dalam kehidupan, karya sastra tumbuh berkembang sebagai keseimbangan yang mempunyai fungsi mengimbangi perkembangan atau laju kemampuan berbagai aspek kehidupan. Hal ini dapat diterima karena sastra berbicara tentang seluruh kehidupan lahiriah dan batiniah seperti masalah suka-duka, kecewa-hampa, marah-benci, dengan segala sifat yang merangkuminya,baik tentang kejahatan, kebaikan, keberanian, kelemahan, kelembutan, dan lain-lain. Pada umumnya, hal-hal yang dibicarakan dalam pernovelan Indonesia lebih banyak menganalisa tentang kegelisahan batin, kegelisahan sosial, kemelut hati manusia, warna daerah, kemanusiaan dan kekuatan gaib. Secara umum, sastra Indonesia adalah gambaran dari proses pertemuan antara nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai baru dari kebudayaan lain Barat. Pertemuan nilai-nilai itu lebih banyak terlihat dalam bentuk-bentuk konflik. Perkembangan tema- tema roman atau novel Indonesia memperlihatkan tendensi suatu perubahan dari tema- tema yang kolektifisme ke arah individulisme. Di dalam roman-roman Balai Pustaka masih bisa kita rasakan ciri kolektifisme tersebut, kemudian pada roman-roman Pujangga Baru berangsur-angsur longgar, dan pada novel-novel Angkatan 45 tema-temanya menjadi lebih personal. Begitu juga pada perkembangan novel-novel pada saat ini, Universitas Sumatera Utara pengarang lebih bebas berekspresi untuk menuangkan pikirannya ke dalam karya yang akan dihasilkannya sehingga tidak lagi terikat kepada tema yang menjadi ciri pada saat karya itu dihasilkan. Sastra di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan, Pengaruh kebudayaan Barat telah memasuki kehidupan sastra di Indonesia baik di masa penjajahan Indonesia maupun pada saat ini. Tradisi sastra tulisan sedikit demi sedikit mendesak kehidupan sastra lisan. Tema-tema yang muncul juga tidak lagi monoton sebagaimana yang ditemukan di dalam kehidupan sastra sebelum abad XIX. Dengan tulisan pengarang lebih dapat mengembangkan dan memperbaiki karyanya, sebab karyanya dapat dibaca secara berulang-ulang dengan bentuk yang sama. Namun, pada sastra tulisan peran masyarakat tidak terlalu aktif karena masyarakat lebih sering tidak menemukan gambaran diri dari tradisi di dalam kebudayaan karya sastra tersebut.Sastra lisan dan sastra tulisan sebenarnya bertujuan mendidik masyarakat. Dengan keterampilannya pengarang dapat menyampaikan ajaran moral baik itu perbuatan atau moral yang baik maupun yang buruk. Hal ini sesuai dengan pengertian sastra itu sendiri berdasarkan etimologinya sebagaimana A. Teew, 1984: 23 mengatakan: “Sebagai bahan banding, kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sanskerta; akar karta sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau intruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat, sarana.” Berdasarkan keterangan ini ada tersirat pengertian bahwa sastra berusaha mencerdaskan masyarakatnya. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesusastraan adalah karya fiksi yang medianya bahasa, mempunyai bentuk tertentu yang berfungsi untuk memberi pola ajaran serta pendidikan bagi pembacanya. Unsur imajinasi yang membedakannya dengan buku-buku ilmu pengetahuan yang lain, namun imajinasi memberi estetik dan keindahan karyanya. Sebuah karya sastra tercipta berdasarkan Universitas Sumatera Utara imijinasi pengarang. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah suatu kenyataan bahwa seorang pengarang itu senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Manusia merupakan makhluk dinamis dan selalu berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya, baik secara fisik maupun psikis. Lingkungan tempat seseorang itu hidup adalah faktor yang terpenting yang dapat membentuk kepribadiannya, misalnya yang menyangkut status sosial, ekonomi, atau segala sesuatu yang mengelilingi seseorang sepanjang hidupnya. Hubungan antara seseorang dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik yaitu lingkungan dapat mempengaruhi psikologis seseorang, begitu juga sebaliknya psikologis seseorang juga dapat mempengaruhi lingkungannya. Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif dari seorang pengarang terhadap kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila karya sastra tersebut dapat mencerminkan zaman serta situasi yang berlaku dalam lingkungan masyarakatnya. Sumardjo 1999:19 berkata, “Karya sastra yang baik juga biasanya memiliki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada”. Damono 1984:1 menyatakan bahwa “karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Seluruh peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, akan berdampak pada psikologinya”. Yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana keadaan psikologis tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Rojak karya Fira Basuki. Penulis merasa tertarik untuk meneliti novel ini karena sepanjang pengetahuan penulis belum ada satu pun penulis yang meneliti masalah ini Departemen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara. Fira Basuki termasuk seorang novelis perempuan Indonesia yang berbakat sekarang ini selain Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Dewi Lestari, dan lain-lain. Fira Basuki dalam karya-karyanya yang saat ini diantaranya 1 novel trilogi, 1 kumpulan cerpen dan 4 cerpen lainnya. penulis biasanya sangat peka dalam melukiskan secara halus dan teliti setiap konflik psikologis tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh dalam karya-karya Fira Basuki adalah sosok kejiwaan yang sangat kompleks.Objek penelitian ini adalah novel Rojak yang pertama kali terbit pada tahun 2004. Novel Rojak mengandung nilai-nilai psikologis tokoh-tokoh yang terdapat di dalam novel tersebut.,khususnya penggambaran masyarakat yang menikah dengan orang yang berbeda budaya atau dengan kata lain pernikahan campuran. Pengarang mengangkat masalah-masalah yang terjadi dalam rumah tangga tersebut. Penggambaran keadaan tokoh utama terurai secara lengkap, jelas dan mendalam oleh pengarang karena pengarang sendiri menikah dengan suaminya yang tak lain adalah warga negara asing. Seperti yang kita ketahui sastra dalam pertumbuhannya turut dibantu oleh beberapa faktor seperti: lingkungan sosial, adat istiadat, corak kebangsaan, agama, keadaan ekonomi, pendidikan faktor gangguan politik bangsa, bahkan iklim geografi. Demikian juga dengan manusia yang mempunyai tingkah laku yang berbeda-beda dan ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang melingkupi dirinya. Lingkungan tempat seseorang itu hidup adalah faktor yang terpenting yang membentuk kepribadiannya, misalnya yang menyangkut status sosial, ekonomi atau segala sesuatu yang mengelilingi seseorang sepanjang hidupnya. Hubungan antara seseorang dengan lingkungan terdapat hubungan yang timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi seseorang, dan seseorang juga dapat mempengaruhi lingkungannya. Universitas Sumatera Utara Penulis lebih tertarik untuk menelaah dan menjadikan Rojak sebagai objek kajian dalan penelitian sastra karena menurut penulis novel ini memiliki keunikan tersendiri. Sehingga menggugah penulis untuk meneliti novel ini lebih jauh dari aspek struktural dan aspek psikologisnya. Ada banyak unsur yang membangun struktur Rojak, seperti alur, penokohan, gaya bahasa, amanat, dan tema.

1.2 Rumusan Masalah