Kesepian Frustasi Kepribadian Landasan Teori

b. Kesepian

Kesepian adalah salah satu perbuatan atau keadaan tertutup yang dapat dilihat dari tingkah laku secara tidak langsung seperti cara berpikir, berkhayal, bermimpi, takut, sedih, dan sebagainya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kesepian itu adalah 1. kesunyian; kelengangan. 2. merasa sunyi lengang; tidak berteman, tidak beruang dan sebagainya. Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa kesepian itu adalah kesunyian atau seseorang yang merasa kesunyian akibat tidak mempunyai teman, ditinggal oleh orang tua dan keluarga atau ditinggal kekasih yang dicintainya, dan sebagainya.

c. Frustasi

Setiap orang, dalam mengarungi hidup ini, acap kali menemui berbagai aral, masalah atau rintangan, dan tak selamanya bisa berjalan mulus. Terutama dalam segi finansial, sering dihadapkan pada adanya kompetisi, persaingan yang tak jarang berlari ke arah yang kurang sehat, sampai akhirnya akan muncul sebuah konflik. Pada kenyataan ini, manusia dihadapkan kepada beragam masalah, dan masalah itu sendiri merupakan pertanda adanya suatu kehidupan. Adanya masalah itu merupakan tantangan bagi manusia untuk mempergunakan pikiran, dan hanya orang-orang bodohlah yang tidak mau mempergunakan pikiran, orang-0rang seperti itu lebih ekstrim bisa dikatakan orang gila. Universitas Sumatera Utara

d. Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata personality bahasa Inggris yang berasal dari kata persona bahasa Latin yang berarti kedok atau topeng yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain sandiwara, yang maksudnya untuk menggambarkan pelaku, watak dan pribadi seseorang. Hal ini dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang dimiliki oleh seseorang baik dalam arti kepribadian yang baik atau pun yang kurang baik. Jadi kepribadian adalah merupakan gambaran total dari diri individu. Kepribadian seseorang tumbuh dan berkembang disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor tertentu antara lain : kemampuan, kebudayaan, keluarga, sikap orang tua, dan sebagainya.

2.2 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan landasan teori yang mendasarinya karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan diharapkan mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan. Hubungan yang terjadi antara pengarang, karya sastra, dan masyarakatnya memungkinkan analisis ini bertolak dari dua sisi pendekatan yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik karya sastra tersebut. Dalam membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak dari karya itu sendiri. Pendekatan seperti ini disebut pendekatan struktural. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekstrinsik yaitu pendekatan yang membahas tentang hubungan karya sastra dengan psikologi, sosiologi, antropologi, dan lain-lain. Penelitian ini akan Universitas Sumatera Utara menerapkan pendekatan intrinsik dengan menggunakan teori struktural dan teori psikologi sastra. Landasan teori yang dipergunakan dalam pembahasan ini adalah pendekatan struktural, yaitu meneliti karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang terdapat pada karya itu, misalnya: tema, alur,plot, perwatakan, latar, dan sudut pandang. Pendekatan struktural dapat dijadikan titik tumpu proses penelitian. Selanjutnya pendekatan struktural merupakan penelitian yang menganalisis suatu karya sastra secara keseluruhan, baik unsur-unsur di dalam karya sastra maupun unsur-unsur di luar karya sastra tersebut. A. Teew 1988:154 berpendapat bahwa analisis struktural merupakan langkah awal dalam proses pemberian makna, tetapi tidak boleh dimutlakkan dan juga tidak boleh ditiadakan. Teori dan dan metode dalam penelitian sastra disesuaikan dengan bahan yang ada. Pendekatan struktural itu terdiri atas beberapa macam teori, tetapi dalam hal ini dipergunakan teori menurut A.Teeuw dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra. Menurut A.Teeuw 1984: 135 , pendekatan struktural mempunyai tujuan yaitu“Analisis Struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin, keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.” Selanjutnya A.Teeuw 1984: 137 mengatakan bahwa: “ Analisis struktur tidak dapat tidak diarahkan oleh ciri khas karya sastra yang hendak dianalisis.” Universitas Sumatera Utara Batasan ini menunjukkan bahwa pendekatan struktural akan tergantung kepada karya sastra yang hendak dianalisis. Lebih lanjut A.Teeuw 1984: 139 mengatakan bahwa pendekatan struktural ini mempunyai kelebihan-kelebihan di samping juga kelemahan-kelemahannya sebagai berikut: “ Keuntungan pendekatan ini bukan main besarnya: lain dari pada masa sebelumnya, ketika seorang peneliti atau pengkritik sastra dianggap atau diwajibkan mempunyai pengetahuan yang seluas mungkin mengenai latar belakang sejarah, kebudayaan, psikologi, sosiologi dan lain-lain, yang sukar diperoleh oleh pembaca awam, murid sekolah atau mahasiswa, sebaliknya bagi metode close reading hanya satu saja yang perlu : kemampuan bahasa, kepekaan sastra dan minat yang intensif, yang pada prinsipnya dapat dimiliki oleh siapa saja yang perlu; setiap pembaca sanggup dan dapat bersedia mencoba menggali struktur karya sedalam- dalamnya, dan sampai pada keterjalinannya yang terhalus dan terumit.” Kelebihan pendekatan struktural ini akan menyangkut pada si peneliti. Para peneliti hanya membicarakan karya yang hendak dibahasnya sebagai karya sastra. Peneliti tidak perlu membicarakan riwayat hidup si pengarang, latar belakang sosialnya, atau proses kejiwaannya dalam mencipta karya-karya yang dihasilkannya, dan lain-lain. Selanjutnya A.Teeuw 1984: 61, menyatakan kelemahan pendekatan struktural ini terlihat dalam dua hal, seperti “ Strukturalisme yang hanya menekankan otonomi karya sastra mempunyai dua pokok: a. melepaskan karya sastra dari rangka sejarah sastra; b. mengasingkan karya sastra dari rangka sosial budayanya.” Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut bukan berarti pendekatan struktural ini tidak perlu. Pendekatan struktural ini sangat perlu untuk menganalisis suatu karya Universitas Sumatera Utara sastra, sehingga tetap akan terlihat bahwa yang dianalisis adalah karya sastra, bukan sejarah atau sosial atau juga bukan psikologi si pengarang. Selanjutnya penelitian ini diteruskan dengan analisis psikologi sastra. Penulis memilih analisis psikologi sastra karena karya sastra dilihat dari hubungannya dengan kenyataan yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan dalam hal ini mempunyai arti yang sangat luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Pendekatan psikologi identik dengan pendekatan ekspresif, yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra. Objek penelitian pendekatan melalui jiwa pengarangnya dan melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Kejiwaan para tokoh dalam karya itu sekaligus merupakan implementasi jiwa pengarangnya dan sekaligus merupakan gejala psikologis sosial dari masyarakatnya. Kejiwaan para tokoh dalam karya sastra itu sekaligus merupakan cerminan jiwa pengarangnya. Melalui pendekatan ekspresif akan tergambar atau tercermin kejiwaan pengarang. Hal ini dapat dilihat melalui seorang tokoh atau lebih ataupun melalui bahasa pengarang.

2.3 Tinjauan Pustaka