Penghimpunan Zakat Zakat 1. Pengertian Zakat

29 Adapun pendayagunaan berarti usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan zakat itu disyariatkan. 40 Ada dua bentuk penyaluran dana zakat, yaitu: a. Zakat diberikan lansung kepada mustahik. Dalam hal ini bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi pemberdayaan mustahik. b. Zakat disalurkan dengan produktif pemberdayaan yaitu penyaluran zakat yang disertai merubah keadaan penerima lebih dikhususkan kepada golongan fakir miskin dan kategori mustahik menjadi muzakki. 41 Menurut M. Daud AliPemanfaatanpendayagunaan zakat dapat digolongkan ke dalam empat kategori: 1 Pendayagunaan zakat yang konsumtif tradisional sifatnya. Dalam kategori ini zakat dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir- miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam. 2 Pendayagunaan zakat konsumtif kreatif. Maksudnya zakat yang diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain- lain. 40 Hamid Abidin, editor, Reinterpretasi Pendayagunaan Zakat, Jakarta: Piramedia, 2004,hlm.8 41 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, hlm. 25 30 3 Pendayagunaan zakat produktif tradisional. Maksudnya zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan dan sebagainya. 4 Pendayagunaan zakat produktif kreatif. Pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seseorang pedagang atau pengusaha kecil. 42

C. Kesejahteraan Umat

1. Pengertian Kesejahteraan Umat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI “sejahtera” yang berarti aman, sentosa dan makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan. Kesejahteraan yaitu hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan dan ketenteraman. 43 Kesejahteraan dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. 44 Sedangkan umat community apabila dikaitkan dengan kesejahteraan umat dapat diartikan sekelompok orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah geografis tertentu yang saling berinteraksiuntuk mencapai tujuan hidupnya. 42 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, hlm. 62-63 43 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, edisi. 3, hlm. 1011 44 Kusmana editor, Bunga Rampai Islam Kesejahteraan Sosial, Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006, hlm. 183 31 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBImenjelaskan bahwa yang dimaksud dengan umat dapat juga diartikan sebagai mayarakat yaitu sekelompok manusia yang saling berkaitan dengan sistem, adat-istiadat, ritus-ritus serta hukum khas dan hidup bersama. Masyarakat adalah yang terdiri dari individu- individu yang hidup secara berkelompok. 45 Maka yang dimaksud dengan kesejahteraan umat dapat pula kita kaitkan dengan keejahteraan sosial yaitu sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan. 46 Sedangkan menurut Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No. 6 tahun 1974, kesejahteraan sosial merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial sebaik-baiknya, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. 47 45 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1987, cet. Ke-1, hlm. 75 46 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1987, cet. Ke-1, hlm.184 47 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1987, cet. Ke-1, hlm.184