Pengelolaan Bencana Disaster Management

yang memukul dan menimbulkan luka, dimana situasinya melebihi situasi sulit yang dialami manusia sehari-hari pada kondisi wajar. 55 Reaksi terhadap trauma tidak dapat disamaratakan antara seseorang dengan lainnya. Demikian pula dengan faktor yang melatarbelakangi perbedaan seseorang dalam reaksi trauma. Sifat pengalaman traumatik, ciri kualitas diri seseorang yang mengalami dan ada tidak adanya dukungan sosial juga mempengaruhi reaksi seseorang terhadap trauma yang dialami. 56 Bencana juga merupakan salah satu faktor besar yang dapat menghambat lajunya pembangunan nasional. Dalam pembangunan terdapat fungsi-fungsi pembangunan, dimana fungsi tersebut mempunyai tugas yang harus dilaksanakan yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi economic growth, perawatan masyarakat community care dan pengembangan manusia human development. 57 Semua fungsi pembangunan tersebut dapat terhambat atau bahkan hilang apabila terjadi suatu bencana. Bencana juga merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, berbagai unsur terkait harus menjadikan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas pembangunan nasional, sehingga bencana dapat dicegah atau paling tidak dapat dikurangi dampaknya. 58

F. Pengelolaan Bencana Disaster Management

Manajemen bencana membahas tentang bagaimana mengelola resiko bencana. Meliputi persiapan, pemberian dukungan dan pembangunan kembali masyarakat ketika bencana terjadi. Manajemen bencana adalah sebuah proses yang berkelanjutan 55 Kristi poerwandari, “Psikologi Korban Pasca Bencana,” Jurnal Perempuan no. 40, Maret 2005, h. 47. 56 Ibid., h. 38. 57 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Bandung: Refia Aditama, 2005, h. 5. 58 Syamsul Maarif, SIP, M.Si. “Indonesia Supermarket Bencana,” Komunika, Edisi 12tahun V Agustus 2009: h. 9. dimana setiap individu, kelompok dan masyarakat mengelola bahaya dalam sebuah usaha untuk menghindari dan mengatasi pengaruh bencana sebagai akibat dari bencana tersebut. Manajemen bencana adalah sebuah proses yang terus-menerus dimana pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sipil merencanakan dan mengurangi pengaruh bencana, mengambil tindakan segera setelah bencana terjadi dan mengambil langkah-langkah untuk pemulihan. Prinsip manajemen bencana adalah bagaimana mengatasi keterbatasan manusia dalam memprediksi dan menghadapi bencana, yang kemudian dituangkan dalam strategi dan kebijakan dalam mengantisipasi, mencegah dan menangani bencana melalui tahapan penanggulangan bencana. 59 Ada beberapa substansi yang perlu dalam filosofi pengelolaan bencana, meliputi: 1. Bencana memberi dampak mulai yang sangat kecil sampai ke yang sangat besar, tergantung dari antara lain jenis bencana, luas area yang terkena, land-use. 2. Kerugian baik jiwa maupun materi harta dialami oleh semua lapisan masyarakat, stakeholders maupun pemerintah 3. Penanggung jawab utama pengelolaan bencana ada di Pemerintah yang berperan dominan sebagai enabler 4. Pemerintah dibantu oleh stakeholder terkait. 60 Pengelolaan bencana adalah suatu proses terpadu yang mempromosikan koordinasi pengembangan dan pengelolaan bencana juga pengelolaan aspek lainnya yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam rangka mengoptimalkan kepentingan ekonomi dan kesejahteraan sosial dan untuk meningkatkan tindakan- 59 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 10. 60 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 21. tindakan measures yang terorganisir dan sistematis terkait dengan preventif, mitigasi, persiapan, respon darurat dan pemulihan. 61 Pengelolaan bencana dapat dikelompokan dalam 3 elemen penting, yaitu the enabling environmental , peran-peran institusi institutional roles dan alat-alat manajemen management instruments. 62 1. Enabling Environmental Sebagai suatu pengkondisian yang memungkinkan terjadi terhadap hal-hal utama atau substansi pokok yang membuat pengelolaan dilakukan dengan cara- cara, strategi dan langkah-langkah ideal yang tepat sehingga tercapai tujuan pengelolaan bencana yang optimal. Ada 3 hal substansi di dalam pengkondisian tersebut, yaitu kebijakan, kerangka kerja legislatif dan finansial. a. Kebijakan, Visi dan Misi Pengelolaan bencana harus dibuat sesuai dalam tahapan siklus pengelolaan bencana mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Kebijakan ditetapkan oleh pemerintah yang dapat dimengerti dan diterima oleh semua lapisan masyarakat. Secara makro hal-hal yang perlu diakomodir dalam penentuan kebijakan diantaranya: 1. Pengelolaan bencana harus dilihat dari multi aspek meliputi: teknik, sosial- budaya, ekonomi, hukum, kelembagaan dan politik. 2. Semua stakeholder harus terlibat dengan masing-masing peran sebagai pengelola bencana yang meliputi: penyedia pelayanan service provider, pengatur regulator, perencana planner, organisasi pendukung support organization , pelaksana kegiatan, pemakai user dari hasil pelaksanaan 61 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 79. 62 Ibid, h. 105. dari rencana tindak dan penerima dampak bencana baik langsung maupun tidak langsung. 3. Keterkaitan kebijakan pengelolaan bencana dengan kebijakan-kebijakan lainnya 4. Kebutuhan biaya untuk pengelolaan bencana b. Kerangka kerja legislatif Adalah kebijakan tentang bencana yang diterjemahkan dalam aspek hukum. Perlu adanya peraturan perundangan tentang bencana sebagai acuan hukum. Kerangka legislatif ini berperan sebagai rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh semua pihak. 1. Reformasi peraturan yang ada a. Kerangka kerja institusi, meliputi peran legal dan tanggung jawab dari institusi, interelasi antar institusi dan para pihak lainnya yang sesuai dengan fungsi-fungsi penyedia pelayanan, pengatur, perencana, pelaksana, organisasi pendukung dan pemakai user. b. Mekanisme para pihak untuk berpartisipasi dalam pengelolaan bencana c. Mekanisme penyelesaian konflik 2. Peraturan tentang bencana RUU tentang bencana telah disusun oleh DPR RI yang terdiri dari 10 bab dan 72 pasal. 3. Penegakan hukum Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan bencana adalah penegakan hukum. Peraturan perundangan telah banyak diterbitkan namun sering dilanggar. Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi maupun hukuman yang tegas. c. Finansial Pembiayaan untuk pengelolaan bencana meliputi semua biaya untuk kegiatan struktural maupun non-struktural, baik yang berskala kecil, skala kabupaten, skala propinsi maupun skala nasional. Substansi pentingnya adalah menyangkut waktu terjadi bencana sesuai dengan siklus tahapan penanggulangan bencana yaitu pada masa pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Aspek-aspek finansial yang harus dikaji meliputi proses anggaran, pengelolaan finansial, pengertian biaya, penentuan manfaat, hubungan manfaat-biaya, ekonomi publik. 2. Peran Institusi a. Penciptaan kerangka kerja organisasi-bentuk dan fungsi Pengelolaan bencana adalah kompleks dan saling ketergantungannya sangat tinggi, maka dalam kelembagaan perlu dibuat organisasi lintas batas, baik secara nasional, propinsi maupun kabupaten kota. Untuk institusi nasional resmi dan legal yang menangani adalah Bakornas PBP Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi yang bersifat non struktural dan bertanggung jawab langsung pada Presiden. b. Para pihak pengelolaan bencana Meliputi unsur pemerintah enabler, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat LSM, sukarelawanti volunteer, swasta investor, kontraktor, konsultan, masyarakat. Pada prinsipnya pihak-pihak ini dikelompokan menjadi 5 group, yaitu: pengatur regulator, perencana planner, pemakai user, organisasi pendukung support organizations, penyedia pelayanan service provider . c. Institutional Capacity Building Adalah semua usaha usaha dan upaya untuk melatih, mendidik, mengajar, mengembangkan kemampuan dan kecakapan sumber daya manusia. Tujuannya agar sumber daya manusia dapat lebih efektif dan efisien bekerja di bidangnya, dapat bekerja sama dan menjalin komunikasi secara lebih baik dengan sumber daya manusia dibidang lainnya dalam konteks pengelolaan bencana. 1 Kapasitas pengelolaan Diperlukan pendidikan, pelatihan dan pengajaran yang sistematis baik untuk jangka pendek, menengah dan panjang termasuk juga situasi dan kondisi normal maupun darurat. 2 Kapasitas pengaturan Building capacity yang menonjolkan keterampilan daripada alih ilmu pengetahuan dapat dipakai untuk meningkatkan penampilan organisasi yang terstruktur termasuk dalam organisasi pengelolaan bencana. Pelatihan dapat meliputi pelatihan manajemen, pemberdayaan sumber daya manusia, tindakan-tindakan terapan dalam pengelolaan bencana, pengenalan bencana spesifik dan pengelolaannya. 3 Berbagai Alih ilmu pengetahuan Karena bencana dapat dialami oleh semua orang maka pengertian alih pengetahuan dan teknologi perlu dibuat secara tersistem dan terfokus kepada SDM yang menerimanya. Dapat saja alih ilmu ini untuk substansi- substansi yang canggih dan modern sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan namun perlu juga dilakukan transfer teknologi yang sederhana dan tepat guna. 3. Alat-alat manajemen atau instrument-instrumen pengelolaan Instrumen-instrumen pengelolaan bencana meliputi: 1. Analisis penilaian bencana Terkait pemahaman tentang kebencanaan oleh para pihak. Analisis meliputi kuantitas dan kualitas terhadap potensi bencana. Terkait dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi, tata guna lahan, keseimbangan antara keberlanjutan ekologi, ekonomi dan sosial, otonomi daerah, perpaduan sistem alam dan sistem manusia, proses terjadinya, lokasi kejadian, penyebarannya, daerah rawan, dll. 2. Perancangan dan perencanaan pengelolaan bencana terpadu Pengelolaan bencana disaster management harus menyeluruh dan terpadu dan merupakan proses, harus kontinyu dan bukan tindakan periodic sesaat. Unsur manajemennya antara lain: manusia SDM, alam SDA, infrastruktur, institusi, keuangan, kebijakan, legalitas dan kemampuan pengelolaan. 3. Instrument perubahan sosial Meliputi pendidikan, pelatihan, komunikasi, partisipasi dan kepedulian 4. Pengendalian perencanaan tata guna lahan dan perlindungan alam Penentuan zona khusus dari pemakaian tanah dilarang, peraturan pembangunan, standar aplikasi daerah konservasi dan suaka alam, peraturan pembuangan sampah,dll. 5. Pengalihan dan pengelolaan data dan informasi Meliputi sistem informasi, penyelenggaraan dan materi informasi, jaringan informasi, penyelenggaraan informasi, pembagian data dan alih teknologi.

G. Tahapan Penanggulangan Bencana