Menurunkan Team Ekspedisi SAR

Semua pihak dapat memberikan kontribusi sesuai dengan peran masing-masing mulai dari jauh sebelum bencana, pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. 140 Dimana saling melengkapi satu sama lainnya untuk penanggulangan bencana yang terjadi di suatu daerah. 141

D. Tanggap Darurat

Berbagai upaya-upaya yang dilakukan PKPU untuk penanganan bencana Situ Gintung pada masa tanggap darurat, yaitu:

1. Menurunkan Team Ekspedisi SAR

Ketika terjadinya suatu bencana, dibutuhkan respon yang cepat dan kesigapan untuk melakukan penanganan terhadap bencana, khususnya tindakan evakuasi korban dan pemenuhan kebutuhan dasar. Team Ekspedisi atau SAR dari divisi Rescue PKPU yang dipimpin oleh Bapak Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU, diturunkan segera setelah terjadinya bencana untuk mencari dan menelusuri korban akibat jebolnya Tanggul Situ Gintung pada terusan aliran air dari tumpahan danau. Kemudian juga sambil mengamati dampak dari aliran sungai banjir bandang Situ Gintung. 142 Seperti dikatakan dalam UU RI No. 24 2007 pasal 48, bahwa pada masa tanggap darurat harus dilakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, seperti mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan pra sarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan dan kemampuan sumber daya alam maupun 140 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu Jakarta: Yarsif Watampone, 2006, h. 105. 141 Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1995, h. 9. 142 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 62. buatan. Kemudian juga tindakan pencarian dan evakuasi korban, serta pemenuhan terhadap kebutuhan dasar. 143 “Team Ekspedisi itu adalah kita melakukan perjalanan menelusuri limpahan aliran air sampai dimana habisnya, nah berarti sepanjang jalur air itulah kita fokuskan. Dengan tujuan kita bisa memetakan secara langsung dimana titik-titik parahnya dan kemungkinan-kemungkinan titik-titik korban yang masih tersangkut atau tertindih begitu. Dengan pendataan dan assesment yang dilakukan juga sekaligus mencari korban, kita bisa menentukan secara langsung titik-titik pengumpulan mayat, dimana posisi yang tepat mendirikan posko dan kemungkinan-kemungkinan lainnya”. 144 Tim ekspedisi menggali berbagai aspek sosial dan kemanusiaan serta memotret sebaran pengungsi, kerusakan fisik, jumlah korban jiwa serta jenis bantuan apa yang akan diberikan kepada para korban. Penelusuran ekspedisi Situ Gintung ini dimulai dari depan tanggul yang jebol hingga Sekolah Polisi Wanita Sepolwan, Pasar Jumat, Jakarta Selatan. 145 Luas jangkauan bencana ini yaitu sampai dengan wilayah kali Pesanggrahan, Pasar Jum’at. Akibat jebolnya tanggul Situ Gintung ini, selain memporak-porandakan bangunan rumah, tempat usaha, fasilitas umum seperti masjid, posyandu, pemakaman umum, jembatan, kampus UMJ Universitas Muhammadiah Jakarta, pemancingan umum, juga menyebabkan pemukiman yang berada di wilayah sekitar kali pesanggrahan terusan aliran air Situ Gintung terendam air bercampur lumpur sampai dengan ketinggian sekitar 2 m lebih, hal tersebut terlihat dari bekas batas air pada tembok- tembok rumah penduduk. 146 Pada masa tanggap darurat Situ Gintung, jenis penyakit yang diderita oleh para korban yaitu seperti diare, penyakit kulit, luka ringan, ispa, nyeri sendi dan 143 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 31. 144 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU. Jakarta, 28 Desember 2009. 145 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 62. 146 Observasi Peneliti. Jakarta, 09 Oktober 2009. otot, hipertensi darah tinggi dan dilakukan pula suntik tetanus. Kemudian dari jenis kebutuhan yang diperlukan seperti pakaian, makanan, obat-obatan, air bersih, alat MCK, alat tidur, penerangan. Selain itu, alat-alat berat juga dibutuhkan untuk pembersihan. Untuk lokasi posko pengungsian korban pada masa tanggap darurat yaitu Posko FK UMJ, Posko Balai Warga, Posko Depsos, Posko FH UMJ dan Posko RW 02 03. Dan jumlah instansi yang terlibat pada masa tanggap darurat Situ Gintung ± 343 instansi. 147 Berdasarkan hasil pencarian dan penelusuran yang dilakukan, Team Ekspedisi PKPU berhasil menemukan 3 sosok mayat yang terdiri atas 2 orang anak−anak dan 1 orang wanita dewasa yang tersangkut dan kemudian dievakuasi untuk selanjutnya dikirim ke rumah sakit terdekat. 148 “Ya, yang dilakuin sama team SAR PKPU itu mencari korban-korban yang bisa ditemuin, karena keadaannya kan penuh lumpur, jadi Team SAR itu emang sangat dibutuhin lah saat kejadian banjir itu”. 149 Dampak bencana Situ Gintung yang ditimbulkan secara lebih rinci, yaitu: 1. Jumlah korban yang ditemukan tewas dipastikan sudah mencapai angka 100 jiwa, jumlah korban yang hilang menjadi 5 orang dan jumlah pengungsi adalah 902 orang berdasarkan update terakhir pada 3 April 2009, 150 memporak-porandakan 315 rumah penduduk. 151 2. Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta UMJ yang berada di tengah perlintasan air bah, mengakibatkan rusaknya sebagian besar infrastruktur, 147 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 31. 148 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU. Jakarta, 28 Desember 2009. 149 Wawancara Pribadi dengan Supriyati Penerima Program. Jakarta, 17 Desember 2009. 150 “Kabar Nasional: Total Jumlah Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http:nasional.tvone.co.idberitaview1069620 090401total_jumlah korban_tewas_situ_gintung_100 orang 151 Dian Yuliastuti, “Bekas Jalan Air Situ Gintung Akan di Lebarkan,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:tempointeraktif.com20090401 situ gintung meninggalnya 3 orang mahasiswa dan 1 orang karyawan UMJ, menghancurkan ribuan buku perpustakaan, alat kantor, komputer dan data yang berada di lantai 1 Gedung Perintis 1 serta semua arsip FISIP dan Fakultas Agama Islam FAI UMJ yang berada di lantai 1 Gedung Perintis II. Gedung kuliah Fakultas Pertanian harus dirubuhkan karena kerusakannya sudah sedemikian parah. Selain itu, 6 unit mobil dan 2 unit Bus rusak parah karena terendam dan terbawa arus air hingga puluhan meter. Gedung TK Labschool dan Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ beserta isinya juga hancur karena hantaman air yang sangat keras. Semua isi Koperasi Karyawan, Laboratorium Komputer dan Baitul Mal Wa Al-tamwil UMJ juga musnah. Infrastruktur di lingkungan kampus UMJ seperti jalan, jembatan dan pagar juga mengalami kerusakan yang sangat signifikan. 152 3. Dampak dari segi trauma yang dialami oleh anak-anak akibat kasus Situ Gintung, dimana sekilas anak-anak seperti tak mengalami trauma dan mereka tampak asyik bermain di lokasi pengungsian. Namun ternyata banyak diantara mereka yang trauma melihat air. Pada saat lelap ada yang mengigau dan ketakutan, lalu ketika terbangun berteriak minta dibuatkan kapal. Ada anak yang tak berani mandi karena ketakutan melihat air. Banyak yang mengalami kesulitan tidur dan ketakutan saat melihat hujan turun karena takut banjir itu datang lagi. 153 Ketika melihat genangan air atau mendengar suara gemuruh, mereka tampaknya masih belum berani untuk menyentuh bahkan sempat menutup kupingnya. Jika menyaksikan televisi yang menyajikan kejadian Situ 152 “Peran Universitas Muhammadiyah Jakarta di Tengah Tragedi Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:suara-muhammadiyah.com2009?p=581 153 “Trauma Serang Anak Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:tangerangselatan.wordpress.com20090331trauma-serang-anak-korban-situ-gintung Gintung, ada yang sampai keluar dan enggan menonton. 154 Ada yang tidak bisa konsentrasi, gelisah dan tidak bisa tidur. 155 Selain itu, ada kondisi anak- anak yang kesulitan melanjutkan sekolah karena tidak memiliki peralatan sekolah, ada pula yang kehilangan ijazahnya. Banyak anak balita yang tidur di pengungsian dengan alas seadanya. Sekitar 120 anak mengungsi ke kontrakan, 30 anak ke Wisma Kertamukti dan 80-an tersebar di wilayah sekitar. 156 Menurut kak Seto pemerhati anak yang juga menjadi korban bencana Situ Gintung mengatakan, sekitar 25 persen dari 286 anak korban bencana mengalami depresi dan trauma berat. Dibutuhkan waktu minimal tiga bulan untuk pemulihannya. Namun angka itu sudah mengalami penurunan tidak seperti setelah bencana Situ Gintung yang pertama kali terjadi. 157 Kemudian penyebab terjadinya banjir bandang debris flow Situ Gintung, yaitu: • Hujan lebat yang berlangsung lama dengan curah hujan tinggi sebagai pemicu jebolnya tanggul, mengakibatkan volume air danau bertambah besar. Sementara pintu air pembuang outlet dan saluran pembuangan tidak berfungsi secara optimal, menyebabkan air melimpas melalui mercu permukaan tanggul over topping. Diperkirakan jumlah air yang melimpas ke luar sungai mencapai 2 juta kubik, setara dengan 400.000 truk tangki BBM yang berkapasitas 5.000 liter. Tanggul yang masih terbuat dari tanah dan belum pernah diturap inipun menimbulkan kerawanan baru karena 154 “12 Bocah Situ Gintung Alami Trauma,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:www.kapanlagi.comh12-bocah-situ-gintung-alami-trauma.html 155 Eko Priliawito, “Beragam Kategori Trauma yang dialami Anak-anak Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:metro.vivanews.comnewsread47384- 110_anak_situ_gintung_trauma_berat 156 “12 Bocah Situ Gintung Alami Trauma.” 157 Priliawito, “Beragam Kategori Trauma yang dialami Anak-anak Korban Situ Gintung.” dikhawatirkan ambruknya tanggul. Akibat jebolnya tanggul beberapa waktu lalu, apabila ditambah hujan terus menerus, tanah dapat menjadi gembur di sekitarnya dan rawan untuk bergerak. Untuk kedepannya direkomendasikan agar masyarakat mewaspadai kemungkinan munculnya gerakan tanah atau longsor di sekitarnya. 158 • Erosi buluh, peluapan air atau overtopping, fondasi jebol dan longsor. 159 • Adanya retakan-retakan pada tubuh tanggul sebelum terjadi bencana, menyebabkan munculnya rembesan-rembesan air yang terjadi sebelum bencana. • Limpasan air pada mercu tanggul yang meresap ke dalam tubuh tanggul, menyebabkan tanah tanggul menjadi jenuh air, tanah tanggul menjadi gembur dan tahan geser menjadi berkurang. 160 • Alih fungsi lahan di sekitar waduk dan di daerah aliran sungai yang menyebabkan perubahan kondisi di bagian hulu dan hilir yang sudah berubah dari fungsi awalnya, menjadi kawasan hunian padat dan berkembang seperti tempat rekreasi, restoran, perumahan dan juga fasilitas pendidikan. 161 • Pintu air yang tak berfungsi baik • Tidak adanya kontrol yang kuat dan tegas, juga tanpa adanya sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran alih fungsi lahan. 162 • Rendahnya manajemen resiko dan kurang tanggapnya aparatur negara melihat berbagai resiko dampak yang mungkin terjadi. Ditambah lagi sebelumnya 158 “Bencana Situ Gintung: Kombinasi dari Respons yang Lemah,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:cetak.kompas.comreadxml2009032804212810 kombinasi.dari respons.yang.lemah 159 Nugroho, “Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu.” 160 “Laporan Singkat Bencana Situ Gintung, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,” artikel diakses pada Senin, 22 Februari 2010 dari http:portal.vsi.esdm.go.idjoomlaind\ex.php?op tion=com_contenttask=viewid=459 Itemid=1 161 Rukmana, “Tinjauan Tata Ruang terhadap Bencana Situ Gintung.” 162 Hutapea, “Tinjauan Bencana Situ Gintung dari Sudut Pandang Penataan Ruang,” h. 4. sudah ada laporan keluhan dari masyarakat atas kerusakan tanggul yang berada di area Situ Gintung. 163 • Sebagian rumah dibangun persis di punggung tanggul. Pembangunan rumah di badan tanggul akan menambah beban bendungan dan ini jelas dilarang, seharusnya jarak minimal permukiman dari tanggul adalah sekitar 100 meter. 164 Dalam team ekspedisi atau SAR ini, secara khusus mengambil relawan- relawan ahli saja sebanyak 6 orang. Kemudian menggunakan 2 buah perahu karet, 1 mobil SAR dan 1 ambulan. 165 Namun menurut beberapa korban bencana, aktivitas Team SAR pada umumnya hanya terkonsentrasi lebih kepada korban meninggal dan bukan pada hal yang lainnya seperti harta benda, karena pada dasarnya itu juga penting untuk diperhatikan oleh semua team SAR yang ada dilokasi. Apabila ada kehilangan tentu sulit untuk meminta pertanggungjawaban, sebab siapa saja dapat turun untuk mengakses ke lokasi. 166 Penghentian kegiatan oprasi SAR dalam PP RI No. 36 2006 pasal 13, karena pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti seluruh korban telah berhasil ditemukan dan dievakuasi. Kemudian tidak ada tanda-tanda korban akan ditemukan kembali. 167 Team Ekspedisi SAR PKPU sendiri mulai melaksanakan 163 “Pengungsi Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http:www.surya.co.id20090401pengungsi-korban-situ-gintung-akan-ditempatkan-ke-wisma-kerta- mukti.html 164 Nugroho, “Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu.” 165 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU. Jakarta, 28 Desember 2009. 166 Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH Penerima Program. Jakarta, 12 Desember 2009. 167 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 170. aksinya pada tanggal 27 Maret 2009 pada saat terjadinya bencana sampai dengan 5 lima hari kedepan. 168 Gambaran kondisi wilayah Situ Gintung akibat bencana tersebut kini sebagian besar berupa hamparan lumpur kering dengan sisa-sisa bangunan yang hancur terutama lokasi yang terdekat dengan tanggul dan terendam oleh endapan lumpur, berikut puing-puing material lainnya yang sudah mulai dilakukan pembersihan secara kontinyu dilokasi. Lokasi terparah akibat bencana ini yaitu pada wilayah yang dekat dengan jebolnya tanggul, karena banyak bangunan yang rata dengan tanah. Selain itu, aktivitas warga korban bencana juga masih banyak yang berada di pengungsian Kertamukti I, Kertamukti II dan kontrakan- kontrakan sekitar kampus UMJ yang selalu mengecek kondisi rumahnya, mengamankan barang-barangnya, melakukan pembersihan-pembersihan, memperbaiki rumahnya tempat usahanya, memberikan batas-batas rumahnya bagi yang rumahnya habis rata dengan tanah. 169 Tabel 4: Aktivitas Team Ekspedisi SAR PKPU No. Waktu Tempat Kegiatan Metode Hasil 1 Jum’at, 27 Maret – Rabu, 8 April 2009 • Pencarian dan evakuasi korban • Pengkajian dan penilaian terhadap bencana Praktek • Menemukan 3 sosok mayat 1 orang wanita dewasa dan 2 orang anak-anak • Memperoleh data tentang dampak bencana luas lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan pra sarana dan sarana,fasilitas umum, titik 168 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 62. 169 Observasi Peneliti. Jakarta, 25 September 2009. terparah, lokasi pendirian posko, sebaran pengungsi, jenis penyakit yang sering timbul pada masa bencana, jenis kebutuhan korban, jumlah instansi yang terlibat, trauma, penyebab bencana

E. Penyediaan Posko Bantuan