BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Seluruh pihak dapat memberikan kontribusi terhadap proses penanggulangan bencana sesuai dengan peran masing-masing, mulai dari tahap pra bencana pencegahan,
kesiapsiagaan, mitigasi, tanggap darurat dan pasca bencana pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi. Berikut analisis terhadap tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan
oleh PKPU dalam upaya membantu dan memulihkan kembali kondisi masyarakat Situ Gintung kepada suatu keadaan yang lebih ideal.
C. Analisis Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU
Berdasarkan hasil observasi, wawancara serta data dokumen yang dilakukan dan diperoleh peneliti, didapatkan data dan informasi tentang serangkaian tahapan-tahapan
penanggulangan bencana Situ Gintung yang digulirkan oleh PKPU. 1.
Pra Bencana
PKPU tidak ikut terlibat dalam upaya-upaya penanganan bencana pada masa pra bencana sebelum terjadinya bencana. PKPU sebagai lembaga kemanusiaan, ikut
terlibat dalam tahapan penanggulangan bencana Situ Gintung sesuai dengan kapasitas dan peranannya, karena pada dasarnya tanggung jawab dan wewenang
penanggulangan bencana berada pada pemerintah dan pemerintah daerah dalam pasal 5 UU RI No. 24 2007. Namun setiap orang, kelompok, lembaga masyarakat bahkan
masyarakat asingpun boleh dan harus perduli terhadap bencana. Karena baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha, merupakan segi tiga kekuatan yang
harus solid dalam penanggulangan bencana.
Semua pihak dapat memberikan kontribusi sesuai dengan peran masing-masing mulai dari jauh sebelum bencana, pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
140
Dimana saling melengkapi satu sama lainnya untuk penanggulangan bencana yang terjadi di suatu daerah.
141
D. Tanggap Darurat
Berbagai upaya-upaya yang dilakukan PKPU untuk penanganan bencana Situ Gintung pada masa tanggap darurat, yaitu:
1. Menurunkan Team Ekspedisi SAR
Ketika terjadinya suatu bencana, dibutuhkan respon yang cepat dan kesigapan untuk melakukan penanganan terhadap bencana, khususnya tindakan evakuasi
korban dan pemenuhan kebutuhan dasar. Team Ekspedisi atau SAR dari divisi Rescue PKPU yang dipimpin oleh Bapak
Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU, diturunkan segera setelah terjadinya bencana untuk mencari dan menelusuri korban akibat jebolnya Tanggul
Situ Gintung pada terusan aliran air dari tumpahan danau. Kemudian juga sambil mengamati dampak dari aliran sungai banjir bandang Situ Gintung.
142
Seperti dikatakan dalam UU RI No. 24 2007 pasal 48, bahwa pada masa tanggap darurat harus dilakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan dan sumber daya, seperti mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan pra sarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi
pelayanan umum serta pemerintahan dan kemampuan sumber daya alam maupun
140
Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu Jakarta: Yarsif Watampone, 2006, h.
105.
141
Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1995, h. 9.
142
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU”
tahun 2009, h. 62.
buatan. Kemudian juga tindakan pencarian dan evakuasi korban, serta pemenuhan terhadap kebutuhan dasar.
143
“Team Ekspedisi itu adalah kita melakukan perjalanan menelusuri limpahan aliran air sampai dimana habisnya, nah berarti sepanjang jalur air
itulah kita fokuskan. Dengan tujuan kita bisa memetakan secara langsung dimana titik-titik parahnya dan kemungkinan-kemungkinan titik-titik korban
yang masih tersangkut atau tertindih begitu. Dengan pendataan dan assesment yang dilakukan juga sekaligus mencari korban, kita bisa
menentukan secara langsung titik-titik pengumpulan mayat, dimana posisi yang tepat mendirikan posko dan kemungkinan-kemungkinan lainnya”.
144
Tim ekspedisi menggali berbagai aspek sosial dan kemanusiaan serta memotret sebaran pengungsi, kerusakan fisik, jumlah korban jiwa serta jenis
bantuan apa yang akan diberikan kepada para korban. Penelusuran ekspedisi Situ Gintung ini dimulai dari depan tanggul yang jebol hingga Sekolah Polisi Wanita
Sepolwan, Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
145
Luas jangkauan bencana ini yaitu sampai dengan wilayah kali Pesanggrahan, Pasar Jum’at. Akibat jebolnya tanggul
Situ Gintung ini, selain memporak-porandakan bangunan rumah, tempat usaha, fasilitas umum seperti masjid, posyandu, pemakaman umum, jembatan, kampus
UMJ Universitas Muhammadiah Jakarta, pemancingan umum, juga menyebabkan pemukiman yang berada di wilayah sekitar kali pesanggrahan
terusan aliran air Situ Gintung terendam air bercampur lumpur sampai dengan ketinggian sekitar 2 m lebih, hal tersebut terlihat dari bekas batas air pada tembok-
tembok rumah penduduk.
146
Pada masa tanggap darurat Situ Gintung, jenis penyakit yang diderita oleh para korban yaitu seperti diare, penyakit kulit, luka ringan, ispa, nyeri sendi dan
143
Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 31.
144
Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU. Jakarta, 28 Desember 2009.
145
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU”
tahun 2009, h. 62.
146
Observasi Peneliti. Jakarta, 09 Oktober 2009.
otot, hipertensi darah tinggi dan dilakukan pula suntik tetanus. Kemudian dari jenis kebutuhan yang diperlukan seperti pakaian, makanan, obat-obatan, air
bersih, alat MCK, alat tidur, penerangan. Selain itu, alat-alat berat juga dibutuhkan untuk pembersihan. Untuk lokasi posko pengungsian korban pada masa tanggap
darurat yaitu Posko FK UMJ, Posko Balai Warga, Posko Depsos, Posko FH UMJ dan Posko RW 02 03. Dan jumlah instansi yang terlibat pada masa tanggap
darurat Situ Gintung ± 343 instansi.
147
Berdasarkan hasil pencarian dan penelusuran yang dilakukan, Team Ekspedisi PKPU berhasil menemukan 3 sosok mayat yang terdiri atas 2 orang anak−anak
dan 1 orang wanita dewasa yang tersangkut dan kemudian dievakuasi untuk selanjutnya dikirim ke rumah sakit terdekat.
148
“Ya, yang dilakuin sama team SAR PKPU itu mencari korban-korban yang bisa ditemuin, karena keadaannya kan penuh lumpur, jadi Team SAR itu
emang sangat dibutuhin lah saat kejadian banjir itu”.
149
Dampak bencana Situ Gintung yang ditimbulkan secara lebih rinci, yaitu: 1.
Jumlah korban yang ditemukan tewas dipastikan sudah mencapai angka 100 jiwa, jumlah korban yang hilang menjadi 5 orang dan jumlah pengungsi
adalah 902 orang berdasarkan update terakhir pada 3 April 2009,
150
memporak-porandakan 315 rumah penduduk.
151
2. Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta UMJ yang berada di tengah
perlintasan air bah, mengakibatkan rusaknya sebagian besar infrastruktur,
147
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU”
tahun 2009, h. 31.
148
Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU. Jakarta, 28 Desember 2009.
149
Wawancara Pribadi dengan Supriyati Penerima Program. Jakarta, 17 Desember 2009.
150
“Kabar Nasional: Total Jumlah Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http:nasional.tvone.co.idberitaview1069620 090401total_jumlah korban_tewas_situ_gintung_100
orang
151
Dian Yuliastuti, “Bekas Jalan Air Situ Gintung Akan di Lebarkan,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:tempointeraktif.com20090401 situ gintung
meninggalnya 3 orang mahasiswa dan 1 orang karyawan UMJ, menghancurkan ribuan buku perpustakaan, alat kantor, komputer dan data
yang berada di lantai 1 Gedung Perintis 1 serta semua arsip FISIP dan Fakultas Agama Islam FAI UMJ yang berada di lantai 1 Gedung Perintis II.
Gedung kuliah Fakultas Pertanian harus dirubuhkan karena kerusakannya sudah sedemikian parah. Selain itu, 6 unit mobil dan 2 unit Bus rusak parah
karena terendam dan terbawa arus air hingga puluhan meter. Gedung TK Labschool dan Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ beserta isinya juga hancur
karena hantaman air yang sangat keras. Semua isi Koperasi Karyawan, Laboratorium Komputer dan Baitul Mal Wa Al-tamwil UMJ juga musnah.
Infrastruktur di lingkungan kampus UMJ seperti jalan, jembatan dan pagar juga mengalami kerusakan yang sangat signifikan.
152
3. Dampak dari segi trauma yang dialami oleh anak-anak akibat kasus Situ
Gintung, dimana sekilas anak-anak seperti tak mengalami trauma dan mereka tampak asyik bermain di lokasi pengungsian. Namun ternyata banyak diantara
mereka yang trauma melihat air. Pada saat lelap ada yang mengigau dan ketakutan, lalu ketika terbangun berteriak minta dibuatkan kapal. Ada anak
yang tak berani mandi karena ketakutan melihat air. Banyak yang mengalami kesulitan tidur dan ketakutan saat melihat hujan turun karena takut banjir itu
datang lagi.
153
Ketika melihat genangan air atau mendengar suara gemuruh, mereka tampaknya masih belum berani untuk menyentuh bahkan sempat
menutup kupingnya. Jika menyaksikan televisi yang menyajikan kejadian Situ
152
“Peran Universitas Muhammadiyah Jakarta di Tengah Tragedi Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:suara-muhammadiyah.com2009?p=581
153
“Trauma Serang Anak Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:tangerangselatan.wordpress.com20090331trauma-serang-anak-korban-situ-gintung
Gintung, ada yang sampai keluar dan enggan menonton.
154
Ada yang tidak bisa konsentrasi, gelisah dan tidak bisa tidur.
155
Selain itu, ada kondisi anak- anak yang kesulitan melanjutkan sekolah karena tidak memiliki peralatan
sekolah, ada pula yang kehilangan ijazahnya. Banyak anak balita yang tidur di pengungsian dengan alas seadanya. Sekitar 120 anak mengungsi ke kontrakan,
30 anak ke Wisma Kertamukti dan 80-an tersebar di wilayah sekitar.
156
Menurut kak Seto pemerhati anak yang juga menjadi korban bencana Situ Gintung mengatakan, sekitar 25 persen dari 286 anak korban bencana
mengalami depresi dan trauma berat. Dibutuhkan waktu minimal tiga bulan untuk pemulihannya. Namun angka itu sudah mengalami penurunan tidak
seperti setelah bencana Situ Gintung yang pertama kali terjadi.
157
Kemudian penyebab terjadinya banjir bandang debris flow Situ Gintung, yaitu:
•
Hujan lebat yang berlangsung lama dengan curah hujan tinggi sebagai pemicu jebolnya tanggul, mengakibatkan volume air danau bertambah besar.
Sementara pintu air pembuang outlet dan saluran pembuangan tidak berfungsi secara optimal, menyebabkan air melimpas melalui mercu
permukaan tanggul over topping. Diperkirakan jumlah air yang melimpas ke luar sungai mencapai 2 juta kubik, setara dengan 400.000 truk tangki BBM
yang berkapasitas 5.000 liter. Tanggul yang masih terbuat dari tanah dan belum pernah diturap inipun menimbulkan kerawanan baru karena
154
“12 Bocah Situ Gintung Alami Trauma,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:www.kapanlagi.comh12-bocah-situ-gintung-alami-trauma.html
155
Eko Priliawito, “Beragam Kategori Trauma yang dialami Anak-anak Korban Situ Gintung,” artikel diakses
pada Kamis,
24 Februari
2010 dari
http:metro.vivanews.comnewsread47384- 110_anak_situ_gintung_trauma_berat
156
“12 Bocah Situ Gintung Alami Trauma.”
157
Priliawito, “Beragam Kategori Trauma yang dialami Anak-anak Korban Situ Gintung.”
dikhawatirkan ambruknya tanggul. Akibat jebolnya tanggul beberapa waktu lalu, apabila ditambah hujan terus menerus, tanah dapat menjadi gembur di
sekitarnya dan rawan untuk bergerak. Untuk kedepannya direkomendasikan agar masyarakat mewaspadai kemungkinan munculnya gerakan tanah atau
longsor di sekitarnya.
158
•
Erosi buluh, peluapan air atau overtopping, fondasi jebol dan longsor.
159
•
Adanya retakan-retakan pada tubuh tanggul sebelum terjadi bencana, menyebabkan munculnya rembesan-rembesan air yang terjadi sebelum
bencana.
•
Limpasan air pada mercu tanggul yang meresap ke dalam tubuh tanggul, menyebabkan tanah tanggul menjadi jenuh air, tanah tanggul menjadi gembur
dan tahan geser menjadi berkurang.
160
•
Alih fungsi lahan di sekitar waduk dan di daerah aliran sungai yang menyebabkan perubahan kondisi di bagian hulu dan hilir yang sudah berubah
dari fungsi awalnya, menjadi kawasan hunian padat dan berkembang seperti tempat rekreasi, restoran, perumahan dan juga fasilitas pendidikan.
161
•
Pintu air yang tak berfungsi baik
•
Tidak adanya kontrol yang kuat dan tegas, juga tanpa adanya sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran alih fungsi lahan.
162
•
Rendahnya manajemen resiko dan kurang tanggapnya aparatur negara melihat berbagai resiko dampak yang mungkin terjadi. Ditambah lagi sebelumnya
158
“Bencana Situ Gintung: Kombinasi dari Respons yang Lemah,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http:cetak.kompas.comreadxml2009032804212810 kombinasi.dari respons.yang.lemah
159
Nugroho, “Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu.”
160
“Laporan Singkat Bencana Situ Gintung, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,” artikel diakses pada Senin,
22 Februari
2010 dari
http:portal.vsi.esdm.go.idjoomlaind\ex.php?op tion=com_contenttask=viewid=459 Itemid=1
161
Rukmana, “Tinjauan Tata Ruang terhadap Bencana Situ Gintung.”
162
Hutapea, “Tinjauan Bencana Situ Gintung dari Sudut Pandang Penataan Ruang,” h. 4.
sudah ada laporan keluhan dari masyarakat atas kerusakan tanggul yang berada di area Situ Gintung.
163
•
Sebagian rumah dibangun persis di punggung tanggul. Pembangunan rumah di badan tanggul akan menambah beban bendungan dan ini jelas dilarang,
seharusnya jarak minimal permukiman dari tanggul adalah sekitar 100 meter.
164
Dalam team ekspedisi atau SAR ini, secara khusus mengambil relawan- relawan ahli saja sebanyak 6 orang. Kemudian menggunakan 2 buah perahu karet,
1 mobil SAR dan 1 ambulan.
165
Namun menurut beberapa korban bencana, aktivitas Team SAR pada umumnya hanya terkonsentrasi lebih kepada korban meninggal dan bukan pada
hal yang lainnya seperti harta benda, karena pada dasarnya itu juga penting untuk diperhatikan oleh semua team SAR yang ada dilokasi. Apabila ada kehilangan
tentu sulit untuk meminta pertanggungjawaban, sebab siapa saja dapat turun untuk mengakses ke lokasi.
166
Penghentian kegiatan oprasi SAR dalam PP RI No. 36 2006 pasal 13, karena pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti seluruh korban telah berhasil
ditemukan dan dievakuasi. Kemudian tidak ada tanda-tanda korban akan ditemukan kembali.
167
Team Ekspedisi SAR PKPU sendiri mulai melaksanakan
163
“Pengungsi Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http:www.surya.co.id20090401pengungsi-korban-situ-gintung-akan-ditempatkan-ke-wisma-kerta-
mukti.html
164
Nugroho, “Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu.”
165
Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU. Jakarta, 28 Desember 2009.
166
Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH Penerima Program. Jakarta, 12 Desember 2009.
167
Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 170.
aksinya pada tanggal 27 Maret 2009 pada saat terjadinya bencana sampai dengan 5 lima hari kedepan.
168
Gambaran kondisi wilayah Situ Gintung akibat bencana tersebut kini sebagian besar berupa hamparan lumpur kering dengan sisa-sisa bangunan yang hancur
terutama lokasi yang terdekat dengan tanggul dan terendam oleh endapan lumpur, berikut puing-puing material lainnya yang sudah mulai dilakukan
pembersihan secara kontinyu dilokasi. Lokasi terparah akibat bencana ini yaitu pada wilayah yang dekat dengan jebolnya tanggul, karena banyak bangunan yang
rata dengan tanah. Selain itu, aktivitas warga korban bencana juga masih banyak yang berada di pengungsian Kertamukti I, Kertamukti II dan kontrakan-
kontrakan sekitar kampus UMJ yang selalu mengecek kondisi rumahnya, mengamankan
barang-barangnya, melakukan
pembersihan-pembersihan, memperbaiki rumahnya tempat usahanya, memberikan batas-batas rumahnya
bagi yang rumahnya habis rata dengan tanah.
169
Tabel 4: Aktivitas Team Ekspedisi SAR PKPU
No. Waktu Tempat Kegiatan
Metode Hasil
1 Jum’at, 27 Maret
– Rabu, 8 April 2009
• Pencarian dan evakuasi korban
• Pengkajian dan penilaian
terhadap bencana Praktek
• Menemukan 3 sosok mayat 1 orang
wanita dewasa dan 2 orang anak-anak
• Memperoleh data tentang dampak
bencana luas lokasi bencana, jumlah
korban, kerusakan pra sarana dan
sarana,fasilitas umum, titik
168
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU”
tahun 2009, h. 62.
169
Observasi Peneliti. Jakarta, 25 September 2009.
terparah, lokasi pendirian posko,
sebaran pengungsi, jenis penyakit yang
sering timbul pada masa bencana, jenis
kebutuhan korban, jumlah instansi yang
terlibat, trauma, penyebab bencana
E. Penyediaan Posko Bantuan
Pembuatan posko dalam situasi bencana sangat diperlukan sebagai langkah awal dalam memulai beragam aktivitas dan proses penanggulangan bencana.
Posko bantuan merupakan suatu upaya yang menitikberatkan pada kesiapsiagaan, mengingat begitu banyak hal dan kemungkinan yang dapat terjadi ketika bencana
datang. “Untuk posko itu pada hari 1 dan ke 2 kita arahkan langsung kepada
evakuasi, jadi kita sebut sebagai Posko Evakuasi, karena memang fokus pada saat itu adalah evakuasi segera setelah terjadinya bencana. Nah kemudian
hari ke 3 sampai hari ke 6 kita sebut sebagai Posko Live Saving, yang mana benar-benar memberikan suatu kepercayaan atau penguatan korban dalam
program-program kita, disini adalah proses pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar bagi mereka para korban bencana yang memang sangat urgen untuk
diberikan. Kemudian hari ke 7 dan seterusnya itu kita sudah masuk kedalam Posko Trauma, kita sebut posko trauma karena bekas-bekas yang tertinggal
akibat bencana itu harus kita hilangkan dan coba untuk kita hilangkan, seperti bekas lumpur yang sukar sekali dibersihkan, bekas trauma akibat bencana
dan lain-lain. Kesemuanya bekas-bekas yang tertinggal itu kita coba untuk hilangkan melalui program-program yang kita luncurkan.
170
Posko PKPU terletak disamping tenda pengungsi Depsos, di daerah Kp. Poncol, Cirendeu. Posko ini juga menjadi tempat untuk menaruh barang-barang
logistik dan menjadi pusat tempat kegiatan-kegiatannya PKPU. Dalam
170
Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin Manager Rescue PKPU. Jakarta, 28 Desember 2009.
pelaksanaanya, posko PKPU ini buka selama 24 jam yang di jaga secara bergantian oleh relawan PKPU.
171
“Posko PKPU ya untuk memudahkan kegiatan PKPU membantu warga korban sini, kalo ngga ada posko coba, pasti ya ribet, susah untuk ngelakuin
kegiatan ini itu. Ya posko itu penting yang saya liat, jadi kalo ada apa-apa ya kita bisa ke posko gitu untuk keperluan dan urusan ini itunya buat nanganin
bencana”.
172
Posko peduli bencana PKPU sendiri sudah mulai beroprasi pada tanggal 27
Maret 2009 pada saat terjadinya bencana sampai dengan tanggal 8 April 2009 penutupan posko bencana sesuai ketentuan dari pihak Satkorlap setempat atau
sekitar 12 hari.
173
Seperti dikatakan dalam UU RI No. 24 2007 pasal 29 tentang peran lembaga usaha, dimana lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan
kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
174
Selain itu, posko PKPU juga menjadi tempat transit berbagai kalangan terkait penanggulangan bencana. Kemudian sebagai pusat sarana informasi dan juga
koordinasi antara satu pihak dengan pihak lainnya, baik instansi maupun individu dalam memperlancar pelaksanaan.
175
Sehingga tergambarkan begitu memiliki posisi yang cukup sentral dan pentingnya keberadaan dari posko bencana.
Setelah beberapa bulan kedepan, kondisi wilayah sekitar UMJ yang pada masa tanggap darurat dipenuhi oleh posko-posko darurat dari berbagai instansi terkait,
kini sudah bersih dari kegiatan posko bencana dan aktivitas tanggap darurat
171
Wawancara Pribadi dengan Dwiyono Penerima Program. Jakarta, 12 Desember 2009.
172
Wawancara Pribadi dengan Saman Penerima Program. Jakarta, 13 Desember 2009.
173
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU”
tahun 2009, h. 63. Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 24.
175
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana Disaster Management Situ Gintung oleh PKPU”
tahun 2009, h. 63.
lainnya. Kegiatan belajar mengajar di sekitar kampus UMJ pun sudah berjalan normal.
176
Tabel 5: Aktivitas Penyediaan Posko Bantuan PKPU
No. Waktu Tempat Kegiatan
Metode Hasil
1 Jum’at, 27 Maret
– Rabu, 8 April 2009
• Pendukung program penanggulangan
bencana PKPU • Sebagai tempat transit
berbagai kalangan terkait
penanggulangan bencana
• Sebagai tempat koordinasi antar pihak
instansi • Sebagai tempat
menaruh barang- barang logistic
Praktek • Terlaksananya
berbagai program penanggulangan
bencana PKPU
• Tersedianya tempat untuk transit,
koordinasi dan menaruh barang-
barang logistik
F. Program Dapur Air