Lele Sangkuriang Ikan Lele

Secara fisik penampilan lele sangkuriang hampir mirip dengan lele dumbo. Namun, kepala lele sangkuriang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan lele dumbo. Selain itu, bintik-bintik yang menghiasi kulitnya tidak sebanyak lele dumbo biasa Nasrudin, 2010. Pertumbuhan lele sangkuriang terbilang cepat. Pertumbuhan hariannya mencapai 3,53 lele dumbo hanya 2,73. Dalam hal kemampuan mengubah pakan menjadi daging, lele sangkuriang terbilang efisien karena angka konversi pakannya berkisar 0,8-1 Hendriana, 2010. Selain itu, apabila dibandingkan dengan lele dumbo, tingkat mortalitasnya lebih rendah, tingkat agresifnya juga lebih rendah dan lebih tidak kanibal Widodo, 2009 Tabel 1. Tabel karakter pertumbuhan Lele sangkuriang dibandingkan lele dumbo Deskripsi Lele sangkuriang Lele dumbo Pendederan 1 benih umur 5-26 hari Pertumbuhan harian 29,26 20,38 Panjang standar cm 3-5 2-3 Kelangsungan Hidup 80 80 Pendederan 2 benih umur 26-40 hari Pertumbuhan harian 13,96 12,18 Panjang standar cm 5-8 3-5 Kelangsungan Hidup 90 90 Pembesaran Pertumbuhan harian 3,53 2,73 Pertumbuhan harian calon induk 0,85 0,62 Konversi pakan 0,8-1 1 Sumber : DKP 2006 dalam Hendriana, 2010 Keunggulan lele sangkuriang dibandingkan dengan lele dumbo diantaranya adalah dalam sekali pemijahan lele sangkuriang mampu bertelur hingga 30.000- 60.000 butir, sementara lele dumbo dalam sekali pemiijahan dapat menghasilkan telur sekitar 20.000-30.000 butir. Daya tetas telur ikan lele sangkuriang juga tinggi mencapai lebih dari 90 dibandingkan dengan daya tetas telur lele dumbo yang mencapai lebih dari 80. Selain itu, ketahanan lele sangkuriang terhadap penyakit juga lebih tinggi dibandingkan lele dumbo. Tekstur daging lele sangkuriang lebih padat, minim kandungan lemak, lebih renyah, lebih gurih dan tidak berbau lumpur dibandingkan dengan lele dumbo biasa Nasrudin, 2010.

2.2. Pupuk

Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah agar dapat menambah unsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung Fitria, 2008.

2.2.1. Pupuk Hayati

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai media penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman Simanungkalit, 2006.

2.2.2. Effective Microorganism 4

Teknologi EM 4 Effective Microorganisme 4 adalah teknologi fermentasi yang dikembangkan pertama kali oleh Prof Dr Teruo Higa dari University of Ryukyus, Okinawa Jepang sejak tahun 1980. EM 4 merupakan kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme alami yang terdapat dalam EM 4 bersifat fermentasi peragian yang terdiri dari empat kelompok mikroorganisme yaitu bakteri fotosintetik Rhodopseudomonas sp., jamur fermentasi Saccharomyces sp., bakteri asam laktat Lactobacillus sp., dan Actinomycetes Winedar dkk, 2006 EM 4 merupakan biofertilizer yang diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah. Selain itu, EM 4 juga dapat digunakan untuk membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak ikan dan udang Indriani, 1999. Gambar 2. Effective Microorganism 4