Konflik Pendekatan ke Pendekatan

BAB IV KONFLIK BATIN YANG DIALAMI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN

4.1 Jenis-Jenis Konflik Batin yang Dialami Tokoh Utama Dalam Novel Saman

Menurut Wirawan dalam bukunya yang berjudul “Konflik dan manajemen konflik” 2000:55 konflik batin dibagai atas tiga jenis, antara lain; konflik pendekatan ke pendekatan, pendekatan ke menghindar, dan menghindar ke menghindar. Dalam Novel Saman dapat ditemukan ketiga jenis konflik batin yang dirasakan oleh tokoh utama.

4.1.1 Konflik Pendekatan ke Pendekatan

Konflik pendekatan ke pendekatan merupakan konflik yang terjadi karena seseorang harus memilih dua pilihan yang berbeda, tetapi sama-sama memiliki nilai positif yang saling menguntungkan. Sebagai contoh seorang pemain sepakbola yang akan dikontrak klub internasional harus memilih satu klub diantara dua klub yang sama kayanya. Pada Novel Saman terdapat beberapa konflik batin yang dialami tokoh utama berdasarkan jenis konflik pendekatan ke pendekatan. Saman menginginkan untuk ditugaskan menjadi seorang pastor di Desa Lubukrantau. Hal tersebut dilakukan karena Saman ingin ikut berbelas kasih atas kesusahan yang menimpa warga Lubukrantau terhadap ancaman dan tekanan dari pihak perkebunan Anugerah Lahan Makmur. Saman yang dikenal sebagai pastor Universitas Sumatera Utara yang memiliki latar belakang kepribadian sosial yang tinggi, maka Saman harus menggunakan cara yang dianggap sopan. Oleh karena, demi mewujudkan keinginannya agar ditugaskan di Desa Lubukrantau, Saman harus meminta izin kepada Pater Westenberg agar diizinkan tinggal lebih lama di Lubukrantau. Akan tetapi, Pater Westenberg menyuruh Saman untuk menghubungi Romo Daru. Saman harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari Romo Daru untuk bisa tinggal lama bersama keluarga Mak Argani di Lubukrantau. Akhirnya, Saman menelepon Romo Daru agar mengijinkanya untuk tinggal di Lubukrantau. Konflik batin yang dialami Saman adalah jenis konflik batin pendekatan ke pendekatan. Hal itu terlihat ketika Saman memiliki dua pilihan yang tidak merugikan bagi dirinya karena baik Pater Westenberg maupun Romo Daru selalu mengizinkan Saman untuk tetap tinggal di Gereja maupun di Lubukrantau. Superego mengatakan bahwa Saman harus meminta restu dari Romo Daru yang dianggap orang yang lebih tua dan dihormati di pastoran. Pada tahap ini ego mewujudkan keinginan superego dengan meminta izin Romo Daru sebagai orang yang lebih senior di gereja daripada Pater Westenberg. “Wis menghela nafas, sebab itu berarti ia harus menghubungi Bapa Uskup dan meminta izinnya. Biasanya Uskup tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. Apalagi untuk persoalan yang tak ada hubungannya dengan Gereja. Selain itu juga, berarti ia membutuhkan rekomendasi dari Pater Westenberg sendiri. Ditatapnya pria itu, dengan matanya ia memohon tolong pada Romo Daru untuk melobi agar ia ditempatkan di kota ini S, 2013: 84. Saman mengalami emosi dan amarah yang sangat tinggi sebagai petanda Saman mengalami kecemasan batin. Saman pun bertanya-tanya dalam hati kepada Universitas Sumatera Utara perkebunan swasta Anugerah Lahan Makmur yang telah membeli lahan sawit dari perkebunan PTP X tentang tindakan jahat yang dilakukan pihak perkebunan ALM kepada warga Lubukrantau. Id menginginkan Saman agar memenangkan perseteruan sengketa lahan dengan cara melawan pihak perkebunan swasta ALM dengan menuntutnya ke jalur hukum. Saman mencela pihak perkebunan ALM dengan berburuk sangka dan berpandangan negatif kepada perkebunan Anugerah Lahan Makmur. Pada kenyataannya, dalam ajaran agama hal itu sangat dilarang karena telah melakukan tindakan fitnah sehingga siapa saja yang melakukan perbuatan tersebut akan merasa berdosa besar. Namun, superego menahan ego agar tidak cepat berburuk sangka sebab untuk mengurus surat perjanjian kepada ratusan warga membutuhkan waktu lebih lama dan mungkin saja memang ada maksud baik pihak perkebunan ALM agar sistem administrasi praktis dan cepat. Dalam hal ini ego tidak bekerja dalam batin Saman. Id Saman dalam keadaan tidak sadar hanya menerka-nerka dengan bertanya kesal dalam hatinya tentang tindakan pihak perkebunan ALM yang licik dengan memberikan blanko yang merugikan dan terkesan memanfaatkan kebodohan warga Lubukrantau. Konflik batin yang dialami Saman termasuk jenis konflik batin pendekatan ke pendekatan yang tidak merugikan pihak manapun. “Bagaimana orang-orang bersedia menandatangani blanko kosong? Sebab mereka mendapat pembagian bibit sawit. Lagi pula, alasan petugas supaya praktis saja karena perusahaan kerepotan jika harus menyertakan seluruh isi perjanjian. Apalagi tidak semua orang juga bisa membaca. Untuk apa menyerahkan kertas perjanjian kepada orang yang buta huruf? Wis pun terhenyak. Bagaimana jika otograf itu disertakan pada pernyataan penyerahan hak milik petani kepada perusahaan atau pada para petugas itu? S, 2013:94. Universitas Sumatera Utara Tidak ada sebab maupun sesuatu hal yang mengakibatkan Saman tiba-tiba mengubah pikirannya. Awalnya Saman sangat semangat menolong dengan ikhlas warga Lubukrantau demi mengambil semua hak-hak mereka dan mempertahankan lahan karet mereka yang dipaksa oleh perkebunan ALM untuk menggantinya menjadi lahan kelapa sawit. Hal itulah yang mengakibatkan Saman mengalami kebimbangan ketika ia tiba-tiba berubah pikiran dan mengambil sikap dengan menuruti pihak perkebunan ALM daripada melawan dan meneror perkebunan dengan melakukan perlawanan. Saman beranggapan bahwa tidak akan bermasalah apabila lahan karet milik warga diganti dengan kelapa sawit sebab menurut Saman tanaman kelapa sawit dan karet dapat di panen pada umur yang sama, yaitu dalam jangka lima tahun. Konflik batin Saman memuncak ketika Saman merenungi perjuangan mempertahankan lahan karet bersama warga Lubukrantau sangat beresiko nantinya jika warga tidak sanggup mempertahankan lahan tersebut. Id menginginkan Saman untuk melakukan cara yang bisa mengambil jalan damai dan memeroleh keuntungan tanpa mengalami kerugian. Di sisi lain, Superego Saman menginginkan ego agar warga Lubukrantau menyetujui semua perjanjian pergantian tanaman karet menjadi kelapa sawit asalkan perjanjian jelas dan konkret. Menurut Saman kedua tanaman tersebut juga membawa berkah. Superego Saman mengajarkan bagaimana sebuah permasalahan harus diselesaikan dengan perjanjian yang saling menguntungkan dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Superego menghindari perbuatan ego Saman agar tidak merasa cemas dalam menghadapi tekanan yang melanda Universitas Sumatera Utara batinnya. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah pendekatan ke pendekatan. Jika benar lahan karet diganti dengan tanaman kelapa sawit maka hal itu juga menguntungkan warga Lubukrantau untuk lima tahun ke depan. “Ia juga teringat pertemuannya dengan Upi. Sudah enam tahun lalu yang menyeretnya hingga begitu terlibat di perkebunan. Namun, kini sanggupkah mereka mempertahankan pohon-pohon itu dari kekuatan yang begitu besar? Haruskah kita bertahan? Dan mengundang teror lebih lama? Bukankah yang kita inginkan adalah sebuah desa yang makmur? Tidakkah sebaiknya kita setuju mengubah pohon karet dengan sawit, asalkan perjanjiannya tidak merugikan? Kelapa sawit juga sudah bisa di panen pada umur lima tahun S, 2013:98. Konflik antara warga Lubukrantau dengan perkebunan ALM tidak dapat dihindarkan. Saman mengalami kekhawatiran yang sangat tinggi ketika Saman hanya ditemani ibu-ibu di salah satu langgar Lubukrantau yang di tinggal oleh beberapa bapak yang pergi untuk membakar pabrik perkebunan ALM. Untuk menghindari rasa ketakutan Saman beserta para ibu yang berada di langgar Saman mencoba menenangkan para ibu untuk berdoa dan bersalawat sesuai kepercayaan agamanya. Dalam hal ini id menginginkan ego melakukan cara untuk mengatasi situasi menakutkan tersebut agar tetap menghadapi situasi dengan tenang walaupun keadaan sangat membahayakan bagi diri mereka. Akhirnya hal yang tidak diinginkan pun terjadi. Saman merasa bahwa kedatangan para lelaki dengan menggunakan jaket hitam membahayakan dirinya dan juga ibu-ibu. Ego mulai muncul ketika Saman mengatakan “Insya Allah” yang artinya “mudah-mudahan” dalam bahasa arab yang di dalamnya terdapat nama Tuhan agama Islam. Di satu sisi Saman menganut agama kristen Katolik. Superego Saman memuncak dengan menyuruh ibu-ibu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sebagai Universitas Sumatera Utara pemilik kuasa dan keputusan terakhir dan berterima kasih kepadaNya. Superego Saman menginginkan agar sesama umat beragama harus saling menghormati dan menghargai walaupun agamanya berbeda. Jenis konflik batin yang dialami Saman pada kutipan di bawah adalah konflik pendekatan ke pendekatan. Dalam kehidupan sehari-hari dengan ada niat baik saja seseorang dapat memeroleh pahala yang besar bahkan jika niat tersebut disertai dengan doa dan diaplikasikan secara benar maka keinginannya akan terkabul. “Mereka mengiya. Lalu Wis meminta wanita-wanita itu bersalawat. “berdoalah yang lantang. Selantang mungkin. Insya Allah, doa kita meredakan kemarahan orang-orang” Semoga Tuhan melembutkan hati orang-orang yang mungkin akan mengepung S, 2010:102.

4.1.2 Konflik Pendekatan ke Menghindar